27. Cruel

540 76 1
                                    

Jeno pulang kerumah dalam keadaan kacau. Ia terus-menerus menangis mendengar kabar dari Hyunjin. Tak pernah sedikitpun terlintas dalam pikiran Jeno jika hal ini akan terjadi.

Siyeon nya telah pergi.

"Jeno kamu kenapa?" Tanya Jisoo saat melihat keadaan putranya.

Jeno menatap Jisoo sebelum akhirnya berlutut. Ia memeluk kaki Jisoo dengan erat dan menangis.

"Jeno?! Kenapa nak?" Kata Jisoo.

"Izinin aku ketemu Siyeon, ma.. Aku mohon sama mama.. Setelah ini, aku janji ngga akan minta mama sama papa untuk merestui kami.." Kata Jeno.

Jisoo mendekat kearah Jeno dan memeluknya.

"Sudah mama bilang jika Siyeon itu bukan wanita baik-baik.. Dia anak dari seorang Jalang, Jeno.." Kata Jisoo.

Jeno melepaskan pelukan Jisoo dan menatap miris ke arah mamanya.

"Bahkan ketika Siyeon udah ngga ada, mama tetap memanggilnya anak dari seorang Jalang.." Kata Jeno lalu masuk kedalam kamar.

Deg!

Jisoo terkejut mendengar kabar jika Siyeon sudah tiada. Taeyong yang baru saja keluar dari ruang kerjanya kaget melihat Jisoo tengah berlutut.

"Maaa.." Panggil Taeyong

Jisoo menoleh dan berdiri.

"Ada apa? Tadi papa dengar suara Jeno" Kata Taeyong lagi.

"Jeno tadi nangis.. Katanya Siyeon meninggal.." Kata Jisoo.

Taeyong terdiam sebentar sebelum akhirnya menjawab, "bukankah itu bagus?"

"Kenapa mama merasa kita sudah kelewat batas pada Jeno?" Kata Jisoo.

"Bukankah mama sendiri yang awalnya melarang Jeno dan Siyeon, Karena Siyeon anak dari Jalang bernama Kim Mimi?" Kata Taeyong.

Jisoo tiba-tiba merasa bersalah. Ia menghela nafas dan berusaha menenangkan dirinya.

"Tidak, Jisoo.. Tidak.. Keputusan mu sudah tepat memisahkan Jeno dan Siyeon.." Gumam Jisoo.

Tak! Tak!

Jisoo dan Taeyong menoleh ke sumber suara dan mendapati Jeno tengah menggeret kopernya.

"Mau kemana kamu, Jeno?" Tanya Taeyong.

"Aku mau ke Indonesia.. Aku mau liat Siyeon.." Kata Jeno.

"Tidak papa izinkan.." Kata Taeyong.

Jeno menarik kasar rambut nya. Ia benar-benar frustasi sekarang. Bagaimana kedua orang tuanya bisa sekejam itu? Apa mereka tidak punya hati?

"Aku akan tetap pergi walaupun tanpa izin papa!" Tegas Jeno.

"Baiklah.. Tapi kamu tidak boleh kembali lagi kesini dan papa pecat kamu dari rumah sakit!" Kata Taeyong.

Jeno terdiam. Namun tak lama tersenyum.

"Tidak apa-apa.. Aku ikhlas menerimanya.. Dan Satu hal yang aku tau, orang tuaku adalah manusia tidak punya hati!" Kata Jeno berjalan keluar dari rumah.

"Jeno! Lee Jeno!" Teriak Jisoo.

Jeno tidak menghiraukan teriakan Jisoo dan Taeyong. Jeno menyesal, seharusnya dari dulu ia melakukan ini. Dengan begitu, ia bisa bersatu dengan Siyeon.

Jeno menyetopkan taksi dan masuk kedalam taksi. Ia benar-benar akan meninggalkan semua kehidupannya di Korea.

Bibirnya bergetar dan tangisnya kembali pecah.

"Siyeon maafin aku.."

🌈


Kim menghela nafas dan hanya mengaduk-aduk cokelat panasnya. Dia masih tak menyangka dengan kabar duka yang ia dan Jeno Terima 3 jam yang lalu. Ia menatap keluar cafe dan menatap orang yang berlalu lalang.

Kenapa kehidupan serumit ini?

Siyeon benar-benar baik padanya. Rasanya Kim benar-benar kehilangan Siyeon. Kim mendengar cerita dari Ryujin tentang kenapa Jisoo dan Taeyong sangat tidak menyetujui hubungan Siyeon dan Jeno.

Saat itu, Ryujin dan dirinya sedang memasak. Dan Ryujin menceritakan semuanya pada Kim. Ryujin tidak bermaksud untuk menyebarkan aib Siyeon. Ryujin hanya ingin Kim mengerti perjuangan Jeno dan Siyeon.

Kalau boleh meminta, Siyeon ingin dilahirkan di keluarga yang kaya raya. Tapi sayang nya ia tidak bisa memilih. Jadi ia hanya menjalani apa yang sudah digariskan Oleh Tuhan.

Ibunya Siyeon dulu seorang PSK yang bekerja ditempat hiburan malam. Namanya Mimi. Mimi adalah seorang single parent yang ditinggal oleh suaminya.

Siyeon hanya tau jika ibunya bekerja di perusahaan besar. Hingga akhirnya semuanya terungkap. Ibunya ternyata seorang PSK yang ternyata juga seorang simpanan pejabat.

Siyeon kecewa, bahkan tidak ingin menemui Mimi selama setahun. Tapi karena ikatan ibu dan anak, akhirnya Siyeon memaafkan Mimi. Mimi berhenti dari pekerjaan haram itu dan jatuh sakit. Hingga akhirnya meninggal pada saat Siyeon lulus dari Akmil.

Mendengar cerita Ryujin pada hari itu, membuat Kim yakin jika Siyeon adalah wanita yang kuat.

"Dokter Kim.."

Kim mengangkat kepalanya dan mendapati dua orang yang sudah lama tak ia lihat. Kim merindukan mereka. Tempat Kim berkeluh kesah selama belasan tahun.

"Papa Bangchan, Mama Solbin.." Gumam Kim

Solbin tersenyum dan memeluk erat Kim.

"Apa kabar anak mama satu ini hmm?" Tanya Solbin.

Kim menangis. Solbin dan Bangchan selalu datang di saat Kim membutuhkan bantuan.

"Kim capek, maa.." Lirih Kim.

Solbin melepas pelukan dan duduk dihadapan Kim. Bangchan juga melakukan hal yang sama dengan istrinya.

Kim menghapus air matanya.

"Jungmoo cerita, kamu lagi banyak masalah.." Kata Solbin.

"Dia diem-diem papa suruh jadi mata-mata kamu sama seungmin lho, Kim.. Tanpa kamu cerita, Papa udah tau masalah kamu apa.." Kata Bangchan

"Banyak banget yang terjadi beberapa bulan ini.. Minju meninggal dan sekarang Siyeon yang meninggal.. Trus masalah perjodohan aku sama Jeno.. Aku tuh ngga cinta sama Jeno!" Kata Kim.

"Mama paham nak.. Mama akan coba ngomong sama Mama kamu.." Kata Solbin.

"Jangan nyerah.. Kamu bisa lewatin ini semua.." Kata Bangchan.

"Papa sama Mama ngapain disini?" Tanya Kim.

"Janjian sama Jungmoo dan Yujin.. Mau makan malem.. Kim ikutan juga yuk.." Ajak Solbin.

"Maunya sih gitu, ma.. Tapi aku harus pulang.. Ini udah malem.." Kata Kim.

"Papa anter mau?" Tawar Bangchan.

"Ngga usah, pa.. Aku bisa pulang sendiri.." Kata Kim.

"Hati-hati.." Pesan Solbin yang segera dianggukki Kim.

Kim keluar dari Cafe dan segera pulang. Sepertinya ia akan menyelesaikan semuanya secepat mungkin. Semua nya harus selesai dengan baik-baik saja.

[2] When The Heart Choose ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang