Sepulang dari makan malam, Kim segera masuk kedalam kamar. Ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Perjodohan ini harus batal.
Ia segera menelfon Hyunjin untuk mengabari berita penting ini.
"Sayaaang"
Kim mulai terisak. Entah kenapa ia ingin menangis sekarang. Perjuangannya tidak sia-sia. Sebentar lagi ia dan Hyunjin akan bersatu.
"Hyunjin"
"Why? Kenapa pacarku ini menangis hm?"
"Kamu dikasih kesempatan sama papa.."
"H-hah? Kesempatan apa?"
"Kamu harus ngelamar aku dalam waktu seminggu.. Ini satu-satunya cara agar perjodohan aku dengan Jeno batal.."
"Dalam waktu seminggu? Sekarang aja aku siap sayang.."
"Pokoknya kamu harus temui papa, Hyunjin.."
"Iyaa sayang.. Aku janji.. Kita akan menikah.. Aku ngga nyangka bakal semulus ini perjuangan kita.."
"Mungkin kita memang jodoh, Hyunjin.."
"Nanti aku kabarin Siyeon kalo dia udah pulang tugas.. Dia pasti seneng"
"Iyaaaa.. Lega banget yaa.."
"Sudah makan?"
"Sudah.. Baru aja makan malam sama keluarga Jeno.."
"Hmmm Heejin udah pulang?"
Kim mengernyit. Kenapa Hyunjin menanyakan Heejin. Ah pasti mereka bertemu di Jakarta.
"Udah sih.. Abis maghrib tadi.. Kenapa? Kamu ketemu sama dia pas di jakarta?"
"Hmm sebenernya ada yang mau aku kasih tau ke kamu.. Tapi topik ini bener-bener sensitif.."
"Kasih tau apa?"
"Jadi gini-"
"Kim! Dipanggil Mama Jiho!"
Kim menoleh kearah pintu kamarnya dan mendapati Heejin.
"Kenapa dipanggil?" Tanya Kim ke Heejin.
"Ngga tau tuh" Kata Heejin.
Kim kembali fokus ke ponselnya.
"Bentar lagi aku kesini.. Mama panggil aku"
"Ahh...... Okay"
Kim beranjak dan pergi menemui Jiho. Heejin dengan segera mengambil ponsel Kim dan berbicara dengan Hyunjin.
"Hwang Hyunjin, jangan berani-beraninya kamu melangkah lebih dari ini!" Kata Heejin.
"Maksud kamu apa, Heejin?"
"Kamu mau kasih tau Kim soal kemarin kan? Berani kamu ngomong sama Kim, aku pastikan kamu bakal kehilangan Kim.."
"Kamu pikir kamu siapa? Aku ngga akan pernah takut dengan ancaman kamu.."
"Oh silahkan kalo kamu ingin membuktikan.."
"Jangan macam-macam kamu, Jung Heejin!"
"Aku ngga akan macam-macam jika kamu ngga macam-macam juga, Hwang Hyunjin!"
Bip!
Heejin dengan kesal membanting ponsel Kim keatas kasur dan keluar dari kamar Kim.
Diseberang sana, Hyunjin memikirkan kata-kata Heejin. Apakah ia harus diam dan tidak memberitahukan soal malam itu. Tapi jika Kim tau soal itu, Heejin dan Kim akan semakin renggang. Ia akan sangat berdosa jika memisahkan dua saudara itu.
Ponsel Hyunjin kembali berbunyi dan itu dari Kim.
"Halo sayang?"
"Hyunjin maaf tadi kelamaan ya? Makanya kamu matiin telfon.."
"Hehee takut kuota abis.. Lagi sekarat soalnya.."
"Yaudah kamu tadi mau ngomong apa?"
"Hmmm ga jadi deh hehe.."
"Kok gitu? Aku kan penasaran!"
"Nanti aja deh.. Kapan-kapan.."
"Yaudah sih.. Jadi rencananya kapan kamu mau ngelamar aku?"
"Aku bakal ngurus cuti dulu.. Paling dua hari aku ngurusnya.. Setelah itu, baru aku ke Korea.."
"Yaudah deh ngga papa.. Yang penting kamu dateng.."
"Kamu mau rumah tangga kita kayak gimana?"
"Kalo aku nikah sama kamu, aku bakal ikut kamu ke Indonesia.. Aku mau kita punya rumah sederhana dan dua orang anak.. Satu laki-laki dan satu perempuan.. Pasti bahagia banget.."
Senyum mengembang di bibir Hwang Hyunjin. Ia jadi ikut membayangkan apa yang dibayangkan oleh Kim.
"Pasti kita bahagia sekali.."
"Hahaha apasih kita ini! Nikah aja belom"
"Aku janji Kim.. Aku ngga akan pernah kecewain kamu lagi.. Demi Tuhan, kamu satu-satunya perempuan di hidup aku selain Mama dan Yeji.."
"Iyaaa aku percaya.. Pacarku ini adalah lelaki setia.."
"Ngga tidur? Ini sudah jam 11"
"Sebentar lagi.."
"Aku mau lanjut ngerjain tugas nih.."
"Oh yaudah.. Jangan kemaleman yaa.. Nanti kamu sakit trus ngga bisa ngelamar aku.."
"Iyaaa sayangkuuu"
"Byeeee"
"Byeeeee"
Bip!
Dan Hyunjin rasa keputusan nya untuk diam adalah yang paling terbaik.
🌈
Keesokan harinya, Hwall mengajak Heejin untuk bertemu. Heejin malas sekali bertemu dengan laki-laki ini.
"Apa lagi yang diinginkan laki-laki tidak berguna ini?" Gumam Heejin saat mendapatkan pesan dari Hwall.
Heejin datang ke sungai Han dan mendapati Hwall tengah berdiri dengan masih memakai seragam perawatnya.
"Jadi apa lagi?" Tanya Heejin to the point.
Hwall menoleh dan tersenyum tipis.
"Bisa duduk sebentar?" Tanya Hwall. Heejin menghela nafas dan akhirnya duduk bersebelahan dengan Hwall.
"Jadi saya sudah ambil keputusan untuk tidak mengganggu Dokter Kim dan Kapten Hwang Hyunjin lagi.." Kata Hwall.
"Sudah ku duga kau memang tidak berguna" Desis Heejin.
"Saya sadar kalo saya salah.. Saya seharusnya tidak melakukan apa yang anda suruh.." Kata Hwall sedikit menyindir.
"Ya itu salah anda sendiri.." Kata Heejin.
Heejin mendekat kearah telinga Hwall dan berbisik, "Anda terlalu bodoh.." Lanjut nya.
Hwall mengepalkan tangan. Ia ingin sekali menghajar wanita didepannya ini. Tapi ia tidak boleh terpancing. Hanya laki-laki banci yang menghajar seorang wanita.
"Saya akan beritahu semua rencana anda pada Dokter Kim Hyunjin!" Tegas Hwall.
"Kamu berani melawan saya?" Kata Heejin.
"Untuk apa saya takut dengan wanita lemah seperti anda.." Kata Hwall.
"Saya pegang kata-kata kamu, Hwall Heo!" Kata Heejin lalu beranjak meninggalkan Hwall.
Sepertinya Heejin harus menghancurkan dua orang sekaligus. Yang pertama adalah Hwang Hyunjin dan Yang kedua adalah Hwall Heo.
"Laki-laki brengsek seperti kalian memang pantas mati" Gumam Heejin.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] When The Heart Choose ✔
FanfictionKisah Hwang Hyujin yang harus memilih Dimanakah hatinya akan berlabuh.. Pada Jung Heejin atau Kim Hyunjin? Atau tidak pada keduanya?