Bonchapter 4 : The Real

864 96 10
                                    

24 Years ago....

Yeji dan Yunseong sedaritadi tidak berhenti menangis. Inilah detik-detik dimana saudara kembar mereka akan dieksekusi mati.

"Lo jangan pergi kak.. Lo disini aja nggak usah kemana-mana.." Kata Yunseong disela tangisnya.

"Lo tuh bodoh! Gimana bisa lo bilang kalo lo yang bunuh Hwall! Udah sinting!" Kata Yeji.

Hyunjin terkekeh lalu menjawab, "buat apa gue hidup kalo karir gue berantakan.. Ditambah lagi, Kim udah nikah sama orang lain.."

"Ya lo masih ada kita bego! Kita ini sodara.. Kalo lo mati, kita juga ikut mati.." Kata Yeji.

"Udahlah.. Udah ketentuan takdir.. Gue yang bakal nemuin mama duluan di surga.." Kata Hyunjin.

"Jangam gitu, bangsat! Ayo berantem!" Kata Yunseong disela tangisnya.

"Saudara Hwang Hyunjin, ayoo.." Kata petugas.

Dan inilah saat saat dimana Hwang Hyunjin akan dieksekusi mati. Hyunjin sudah naik keatas dan mengalungkan tali ke lehernya.

Yunseong berusaha menutupi mata Yeji. Yeji itu gampang trauma. Dia bisa gila kalo ngeliat Hyunjin mati didepan matanya.

"Yunseong, gue takut.." Gumam Yeji berada dipelukan Yunseong.

"Gue juga, ji.. Gue juga.." Kata Yunseong.

Hyunjin masih sempat tersenyum saat ia hampir dieksekusi. Algojo itu sejak tadi sudah berada di dekat Hyunjin.

Para tenaga medis juga ada disana untuk memastikan Hyunjin sudah meninggal apa belum.

Hyunjin memejamkan matanya. Inilah waktunya.......

"Tunggu!"

Hyunjin membuka matanya. Ia mendapati Minhyun tengah berdiri tepat berhadapannya.

"Saya membawa 30 juta won dan ringankan hukuman untuk anak saya.." Kata Minhyun

Air mata Hyunjin menetes begitu saja. Sejatinya, ayahnya masih tetap peduli padanya. Tatapan angkuh itu, Hyunjin merindukan ayahnya.

"Kami hanya bisa meringankan hukuman seumur hidup.." Kata Hakim.

"Tidak apa-apa.. Asal dia tidak dihukum mati seperti ini.." Kata Minhyun.

Algojo itu segera melepaskan tali itu dari leher Hyunjin. Yeji dan Yunseong segera menghampiri Hyunjin yang kini berjalan tertatih-tatih.

Yeji mengelap keringat yang membasahi pelipis Hyunjin. Setidaknya ia lega karena Hyunjin tidak jadi di eksekusi.

"Berterima kasihlah pada Ayah, Hyunjin.." Kata Yeji.

Hyunjin berjalan kearah Minhyun dan terduduk dihadapannya. Ia mencium kaki Minhyun dengan penuh ketulusan.

"Terima kasih ayah.." Kata Hyunjin.

"Kau adalah anakku, Hyunjin.. Bagaimanapun kau adalah anakku.." Kata Minhyun memeluk Hyunjin. Tangisnya pecah begitu saja.

Ini adalah kali pertama mereka melihat seorang Hwang Minhyun menangis. Laki-laki berpangkat kolonel itu selalu menerapkan prinsip 'laki-laki jantan itu tidak boleh cengeng!'.

Hyunjin pun menangis melihat ayahnya menangis.

"Maafkan ayah tidak bisa membebaskanmu.. Ayah juga tidak akan menjengukmu.. Ayah masih menepati janji Ayah.. Ayah akan percayakan semuanya pada kembaran mu.." Kata Minhyun.

[2] When The Heart Choose ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang