Rani POV
"Halo?" sapa gue saat telepon baru saja diangkat.
"Halo? Ini siapa ya? Bukannya ini hp Rico, anak saya?" Tanya orang di seberang.
"Oh, nama saya Maharani tante.." kata gue memperkenalkan nama gue.
"Wah! Apa kamu pacar anak saya? Rico kan ga mungkin memberikan hpnya kepada sembarangan orang. Jadi benar?" kata Mama Rico antusias.
"Iya benar sekali." Jawab gue singkat.
Dari sudut mata gue, gue bisa lihat Rico memandang gue bingung. Tapi biarlah, lagipula siapa yang menyuruh dia melepas hpnya. Untung saja gue berhasil menangkap hpnya tepat waktu. Walau gue ga sopan, tapi gue perlu tahu sedikit juga tentang orang yang selama sebulan ini terus menganggu hidup gue.
"Kenapa Rico ga pernah membawa kamu ke rumah untuk menemui saya? Padahal Rico itu sudah saya cecar setiap hari untuk membawa calon istrinya! Ck, keterlaluan sekali. Apa Rico sengaja menyembunyikan kamu?" Tanya Mama Rico penuh selidik.
"Ah, tidak juga." Kata gue. Bingung mau menjawab apa.
"Oh iya, saya punya permintaan! Apa kamu bersedia?" Tanya Mama Rico.
"Ada apa?" Tanya gue. Kok 'ada apa' ya? Sepertinya gue salah jawab.
"Kamu datang ke rumah saya ya. Untuk makan malam. Saya ingin bertemu kamu, suami saya juga pasti ingin bertemu. Bagaimana? Kapan kamu bisa?" kata Mama Rico mengundang gue.
Wah! Bagus. Ternyata maksud gue mudah untuk terlaksana.
"Wah, bagaimana kalau malam ini?" Tanya gue.
"Boleh! Kalau begitu saya akan buat makan malam yang sangat istimewa!!!" jawab Mama Rico setengah berteriak.
"Tapi jangan terlalu formal, tante." Kata gue. Gue baru saja mengalami musibah, gue ga punya baju yang pantas buat undangan resmi dan formal.
"Loh, kenapa?" tanya Mama Rico bingung.
"Pakai baju santai aja ya?" kata gue penuh harap.
"Ya sudah. Terserah kamu saja. Kalau memang kamu lebih nyaman seperti itu, saya maklum. Jadi kamu pasti datang kan?" Tanya Mama Rico.
"Iya." Jawab gue singkat.
"Ga usah bawa apa-apa ya. Kamu cukup datang saja, saya tidak akan interogasi atau semacamnya. Jadi, pasti dateng kan?" Tanya Mama Rico yang sepertinya sangat berharap.
Gue tersenyum. Rico sangat disayang keluarganya ya.
"Iya-iya." Jawab gue.
"Nanti saya yang minta Rico jemput kamu, oke?" tawar Mama Rico.
Ehhh!
"Jangan dijemput!" seru gue cepat.
"Oohhhh, saya tau! Kamu pasti mau bikin kejutan ya? Apa Rico lagi ke toilet dan ninggalin hpnya? Wahhh, kamu pasti nyuri-nyuri kesempatan buat lihat hp Rico ya?" tebak Mama Rico.
"Nggak!" kata gue membantah hipotesa Mama Rico.
"Tapi saya malah bersyukur kalau seperti itu! Jadi saya bisa tau kalau Rico sudah punya pacar. Saya nyaris mengira Rico itu gay!" celoteh Mama Rico.
Langsung saja ketawa gue meledak. Mana mungkin anak tante gay! Rico malah sukses memperkosa dan menghamili gue. Bahkan dia sebulan ini memohon untuk menikah dengan gue!
"Baik, kalau begitu saya akan pura-pura ga tau. Kita bikin kejutan buat Rico yaa.." kata Mama Rico membuat ide.
Setuju!
"iya." Jawab gue.
"Jangan kesasar ya!" kata Mama Rico.
Oh iya! Gue ga tau alamat rumah Rico!!!
"Jadi, dimana alamatnya?" tanya gue.
"Wah, jangan-jangan Rico tertutup sekali sama kamu ya? Rumah saya ada di ....."
Gue langsung merekam alamat serta nomor telepon Mama Rico di otak gue. Rico semakin keheranan melihat ke arah gue, sebaiknya gue segera menutup telepon ini.
"Oke! Selamat siang." Kata gue memutus sambungan telepon.
Gue mengembalikan hp Rico, segera mengusir Rico pulang dengan pura-pura tidur dan sedikit gertakan. Rico harus segera pulang karena nanti malam gue harus ke rumah Rico.
Segera setelah Rico pulang, gue memanggil perawat dan meminta perawat tersebut memanggil dokter dan melepas infus. Gue bersikeras untuk segera keluar dari rumah sakit. Gue sehat kok!
Gue segera berlari ke kamar Rangga dan menemui Mbok Ijah.
"Mbok.." panggil gue ke arah Mbok Ijah yang sedang duduk di samping ranjang Rangga.
"Iya, Neng. Ada apa?" jawab Mbok Ijah.
"Besok Rani mau pergi ke Bali. Untuk kerja. Sendiri." Kata gue jujur.
Gue bisa melihat wajah kekagetan Mbok Ijah. Mbok Ijah langsung mendekat ke arah gue dan memeluk gue. Tubuhnya bergetar dan Mbok Ijah pun menangis.
"Kenapa harus jauh sekali? Lalu Rangga sama Mbok harus gimana? Selama ini kan Neng Rani yang selalu sama-sama kita." Kata Mbok Ijah di sela-sela tangisnya.
Gue membalas memeluk Mbok Ijah.
"Mbok kenal Erico kan? Nanti, Mbok sama Rangga tinggal sama dia ya. Rani udah nitipin Mbok sama Rangga. Rani sadar, kita butuh banyak sekali biaya, dan Rani harus kerja! Kita ga boleh bergantung sama rasa bersalah keluarga Christine lagi. Jadi Rani mau kerja di Bali. Di perusahaan." kata gue melepaskan pelukan dan menatap mata Mbok Ijah dengan binar semangat.
"Den Rico, Neng?" Tanya Mbok Ijah.
"Iya! Sama Rico. Rani percaya sama dia. Kalau ada apa-apa, Mbok telepon Rani aja. Rani akan langsung pulang dari Bali. Rani hanya pergi setahun kok, dan begitu Rani pulang, Rani yakin kita bisa hidup lebih baik seperti dulu lagi." Kata gue mantap dan berhasil meyakinkan Mbok Ijah.
Setelah acara haru biru tersebut, gue langsung mengacak koper gue dan mencari baju yang cukup pantas buat gue pakai ke rumah Rico. Untung saja masih ada blouse warna pink dan celana jeans hitam yang cukup pantas untuk acara makan malam.

KAMU SEDANG MEMBACA
I have to be STRONG!
Любовные романыApa yang menjadi impian seorang gadis cantik, kaya, dan cerdas saat usianya menginjak tujuh belas tahun? Kematian orang tuanya kah? Kebangkrutan keluarganya kah? Adiknya koma kah? Atau kehancuran dirinya?