New Problem(s) (4)

14.4K 864 1
                                    

“Kak Rani! Kok ga bilang-bilang sih kalau kita mau pergi?! Tante Sofi tadi cemas banget karena kita ga dateng-dateng. Malah kita telat sampai satu jam lagi!” Tegur Rangga.

“Kakak beneran lupa. Maaf Rangga.” Kata gue.

Gue terus menyetir dengan kecepatan tinggi, sampai akhirnya dalam waktu tiga puluh menit gue sampai di depan rumah kediaman keluarga Wiratmadja.

“Kak! Kalo mau nyetir kayak gini lagi, Rangga naik taksi aja!” Kata Rangga kesal.

Gue hanya terkekeh. Maaf Rangga, tapi ini keadaan darurat dan buru-buru.

Saat gue masuk, seorang pelayan menyambut gue dan Rangga. Gue meminta pelayan itu diam-diam saja jangan membuat keluarga Wiratmadja heboh. Yah, mungkin aja gue dan Rangga bisa membuat sedikit surprise, gitu?

Gue dan Rangga mengendap-endap masuk ke ruang makan. Diam-diam kami mengambil tempat duduk dan tanpa permisi kami langsung mengetuk-ngetuk sendok di piring.

“Selamat malam Tuan dan Nyonya, serta Tuan Muda dan Nona Muda Wiratmadja. Perkenalkan kami a-...”

“RANIIIIII, RANGGAAAAAA!!!!!” teriak Tante Sofi heboh saat menyadari kehadiran gue dan Rangga.

Dengan segera gue dan Rangga bangkit dari tempat duduk lalu menghampiri Tante Sofi. Kami berpelukan lama sekali.

“Mana janji Mama yang mau nelepon Rangga?” tagih Rangga.

“Astaga Rangga! Kamu kok bisa sebesar ini? Rasanya kemarin masih kecil! Astagaaaa kamu makin ganteng aja!” kata Tante Sofi heboh.

“Apa kabar, Tante? Lama ga ketemu, Tante semakin cantik ya?” puji gue.

Tiba-tiba, suara deheman tiga orang yang merasa dicuekin pun menggema. Gue dan Rangga hanya saling melempar senyum, melepas pelukan Tante Sofi. Rangga memeluk Om Deni, sedangkan gue menghampiri Christine.

“Hai Dokter Christine, apa kabar?” goda gue.

“Rani! Lu tega banget sih ga ngabarin gue sama sekali! Lima tahun lu pergi gitu aja, tau ga?! Lupa ya kalo lu masih ngutang gue jawaban, he?” kata Christine cemberut tapi langsung memeluk gue.

Gue hanya terkekeh geli lalu mengiyakan Christine.

“Wah, sepertinya saya kurang tegas ya ke wakil presiden direktur yang baru kembali setelah lima tahun pergi begitu saja?” Sindir Om Deni.

Gue segera melepaskan pelukan Christine, lalu berjalan ke hadapan Om Deni. Menjabat tangannya.

“Apa kabar Om? Kelihatannya Om sudah semakin tua dan mulai banyak mengomel ya?” kata gue membalas sindiran.

“Tapi orang tua ini masih sanggup untuk menggantikan kamu yang pemalas dan tidak bertanggung jawab!” kata Om Deni dan diakhiri dengan tawa.

Rasanya sungguh bahagia karena gue bisa kembali ke rumah ini, rumah yang penuh kehangatan akan kasih sayang dari orang tua. Gue kira gue sudah tidak akan kembali lagi, tapi ternyata masih ada kesempatan buat gue menikmati hari ini.

Makan malam yang enak, suasana yang akrab, keluarga yang hangat. Gue dan Rangga sangat rindu dengan keadaan seperti ini.

Mom... Dad... we miss you.

***

“Tante.. Om.. sebaiknya Rani dan Rangga pulang sekarang. Besok kan masih hari sekolah, dan juga Rani kan harus ‘bertanggung jawab’ karena udah mengambil cuti lima tahun. Rani dan Rangga pamit pulang ya.” kata gue sambil beranjak berdiri.

“Yahhh... kenapa harus buru-buru?” tanya Tante Sofi sedih.

“Kapan-kapan, Rani dan Rangga kan bisa main lagi ke sini. Lagipula, sekarang sudah jam sepuluh malam. Tante dan Om harus istirahat.” Jelas gue panjang lebar.

Setelah jutaan alasan gue kemukakan, akhirnya gue bisa juga terbebas. Saat gue baru saja naik ke mobil, tangan gue dicekal oleh Rico.

“Ric, apa-apaan sih!” kata gue sambil berbisik.

“Ran, gue harap lu mau denger penjelasan gue besok.” Kata Rico, lalu melepas tangan gue.

Gue segera masuk ke dalam mobil dan segera pergi. Rasa-rasanya gue ga akan sanggup mendengar penjelasan apapun dari Rico.

Sampai di rumah, gue menemukan Rena sudah tergeletak di ranjang kamar gue. Mbok Ijah juga sudah tidur. Rangga sudah masuk ke kamarnya, tinggal gue sendiri di depan televisi merenungkan kejadian hari ini.

Jika gue bener-bener jatuh cinta sama Rico, gue berharap cinta gue berbalas. Gue ga mau ada orang yang ketiga ataupun keempat. Tapi, kalau memang bukan takdir gue untuk bersama Rico, gue harap gue ga akan semakin dekat dengan Rico. Gue takut gue akan terlalu dalam mencintai Rico!

Gue ga boleh merasa ga bisa hidup tanpa Rico. Gue harus kuat, demi apa yang udah gue perjuangkan selama ini!

I have to be STRONG!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang