Gue disambut hangat di pintu depan rumah keluarga Wiratmadja. Tante Sofi, Mama Rico bersiap di depan pintu menyambut gue. Om Deni, Papa Rico, juga tidak kalah semangat menyambut kedatangan gue. Gue segera digiring ke arah meja makan.
Rasanya gue kangen sama Dad dan Mom. Gue kangen acara makan malam dan pelukan dari orang tua gue seperti saat orang tua Rico memeluk gue di pintu depan. Gue kangen.
"Jadi, hubungan kamu sama Rico itu sudah sejauh apa?" Tanya Tante Sofi.
"Ga sejauh apa-apa. Rico hanya beberapa kali mencoba melamar saya, tapi saya masih belum bisa menerima Rico." Jawab gue jujur.
"APA?! RICO MELAMAR KAMU???" teriak Tante Sofi heboh.
Gue sudah bisa menebak bagaimana karakter Tante Sofi. Sama persis seperti saat gue menelepon tante. Orangnya sangat ekspresif!
"Kenapa kamu menolaknya?" tanya Om Deni bijak.
"Saya ini masih muda, Om. Umur saya saja baru tujuh belas. Mana mungkin menikah? Lagipula, saya masih mau bekerja dulu. Maaf ya saya menolak anak Om." Jawab gue sebenar-benarnya.
"Kenapa kamu ga terima Rico? Memang kalian masih muda, tapi kan kalau kalian menikah, kalian punya suatu ikatan." Tegur Tante Sofi.
Gue menggeleng. Gue merasa, Tante Sofi sangat ingin memiliki menantu. Padahal umur Rico juga masih sangat muda.
"Lalu kamu sekarang mau melakukan apa?" tanya Om Deni yang selalu bijak.
"Sebelumnya saya mau minta maaf." Kata gue.
Om Deni dan Tante Sofi saling menatap, lalu kembali memfokuskan diri ke arah gue. Bingung.
"Saya 'sedikit' memaksa Rico untuk memberikan saya salah satu perusahaan Wiratmadja yang ada di Bali. Saya bermaksud bekerja di sana sebagai pemimpin perusahaan. Saya benar-benar minta maaf." Kata gue sambil menunduk takut.
Om Deni kaget, begitu juga dengan Tante Sofi.
"CEO maksud kamu?" tanya Om Deni memastikan.
Gue mengangguk.
"Rico benar-benar memberikan perusahaan ke kamu?" tanya Tante Sofi yang masih ga percaya.
Gue mengangguk lagi.
Sepertinya sebentar lagi gue akan mendengar teriakan. Gue sudah menunduk sedalam mungkin karena takut.
Tapi aneh, yang gue dengar malah suara tepuk tangan. Gue mendongak melihat kedua orang tua Rico dan ternyata mereka yang bertepuk tangan. Gue kaget! Kenapa?
"Wah, sepertinya kamu spesial ya? Kalau gitu, mulai sekarang kamu boleh memanggil saya dan suami saya seperti Rico memanggil kami ya." Seru Tante Sofi sambil mengenggam erat tangan gue.
Ha?
"Tante...?" gue jadi bingung.
"Salah! Panggil saya Mama!" kata Tante Sofi sambil melotot kea rah gue.
"O-om?" panggil gue mencari pembelaan.
"Salah! Panggil saya Papa. Saya rasa, hubungan kalian itu luar biasa." Kata Om Deni membela istrinya.
Gue tersenyum. Justru kalian yang salah, karena hubungan gue dan Rico memang nyatanya tidak ada apa-apanya. Tapi biarlah seperti ini dulu.
Setelah itu, gue dan kedua orang tua Rico terus mengobrol dan tertawa-tawa. Gue ga menceritakan kehidupan gue sama sekali, malah pembicaraan ini lebih didominasi oleh kedua orang tua Rico. Tentang apa yang disuka dan tidak disuka Rico, pekerjaan Rico, kehidupan Rico, dan semua tentang Rico.

KAMU SEDANG MEMBACA
I have to be STRONG!
RomanceApa yang menjadi impian seorang gadis cantik, kaya, dan cerdas saat usianya menginjak tujuh belas tahun? Kematian orang tuanya kah? Kebangkrutan keluarganya kah? Adiknya koma kah? Atau kehancuran dirinya?