Enough! (3)

15.4K 830 1
                                    

Rani POV

Melewatkan waktu dengan keluarga itu ga akan pernah terasa lama. Gue baru saja merasa bertemu, mengobrol sebentar, bahkan baru saja selesai makan siang di salah satu restoran favorit kami dulu. Tapi jam sudah menunjukan pukul setengah satu.

"Aduh Dad, sepertinya Rani harus segera pergi. Harus balik ke kantor nihhh!" kata gue ke Daddy.

"Jam berapa kamu pulang?" tanya Dad.

"Mm... mungkin jam lima." Jawab gue.

"Bukannya meremehkan, tapi kamu itu bekerja dimana Ran?" tanya Dad dengan wajah khawatir.

Gue tahu Dad pasti merasa khawatir dengan gue, apalagi sejak dia masuk rumah sakit jiwa, ga ada seorang pun yang menggantikannya menjaga gue dan Rangga. Kebangkrutan parah kemarin juga benar-benar membuat syok. Tentu saja, orang tua mana yang ga khawatir?

Dulu saja gue hampir masuk ke klub malam untuk menjual diri. Huff... tapi sekarang hidup gue sudah ga seperti itu lagi. Gue hidup cukup baik sekarang ini. Tapi, ga mungkin kan gue bilang kalau penghasilan gue sekarang sudah cukup luar biasa? Gue baru saja berumur dua puluh tiga tahun.

"Di Wiratmadja Group, Dad.." kata gue pelan agar ga membuat kaget.

"Wiratmadja Group? Berarti kamu kenal Rico???" tanya Dad antusias.

Astaga! Nama itu. Seharian ini gue seakan lupa dengan nama itu, dan sekarang gue mendengarnya lagi. Gue menghela nafas. Pasti Rico mengira kalau gue ga datang ke kantor karena gue kabur. Tapi gue sudah memberitahu Rena kalau gue balik ke kantor jam dua. Pasti Rico sudah tahu dari Rena, dan pasti Rico juga sudah menyuruh Rena untuk mengosongkan jadwal gue agar bisa bicara empat mata dengannya.

"Iya Dad... kenal. Dia kan boss Rani..." kata gue dengan suara sepelan mungkin.

"Kamu bekerja di posisi apa Ran?" tanya Dad sambil mengamat-amati penampilan gue.

Jangan dilihat dari penampilan gue sekarang. Kemeja putih dan jeans belel yang gue pakai sekarang ini karena terburu-buru. Tadinya juga gue ga berniat kembali ke kantor seharian, tapi karena merasa ga enak hati, gue punya keinginan untuk ke kantor. Biarlah pakai baju seperti ini, yang penting pekerjaan gue beres! Walau bakal kena tegur Rico.

"Kak Rani jadi wakil presdir Dad.." jawab Rangga.

"BENARKAH?" tanya Dad ga percaya.

Siapa juga yang akan percaya?

"Ya! Itu berkat kerja kerasnya Kak Rani juga, Dad! Gara-gara taruhannya sama Papa!" kata Rangga bangga.

"Papa?" tanya Dad.

Ugh! Rasanya gue ingin sekali menyumpal mulut Rangga sekarang. Tapi terlanjur. Dad pasti akan menginterogasi habis-habisan, dan pasti ga akan ada kesempatan buat gue menghindar.

Gue menyerahkan semua ceritanya kepada Rangga. Mulanya Dad kaget karena Rangga dulu pernah koma, tapi ceritanya berlanjut sampai akhirnya gue taruhan, setahun di Bali, kepindahan kami ke Jogja, dan hingga detik kemarin saat kami berkunjung ke kediaman keluarga Wiratmadja.

"Dad ga mengira kalau kamu ... kamu pacaran sama Rico." Kata Dad.

"Rani emang ga pacaran sama Rico, Dad! Kami Cuma teman sekantor dan hubungan kami ga akan pernah lebih dari itu." tegas gue.

Benarkah?

"Tapi dari cerita yang Dad dengar, rasanya kamu menyembunyikan sesuatu..." kata Dad sambil menyipitkan matanya ke arah gue.

"Yahh.. terserah Dad." Kata gue menyerah.

Dad dan Rangga ber-high five ria karena merasa berhasil mengalahkan gue yang ga bisa menjawab pertanyaan lagi. Lalu mereka tertawa, menertawakan gue! Huh... tega sekali ayah dan adik gue ini.

I have to be STRONG!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang