Rico POV
"Om Rico!!!!" teriak suara anak kecil.
Gue langsung mengedarkan pandangan, dan menengok ke bawah. Ah, Gerald! Anaknya Gary, teman gue waktu kuliah di luar negeri dulu.
"Oh hei, ada apa Gerald?" tanya gue.
"Gerald kira Om itu baik, ternyata Om itu jahat ya!" kata Gerald.
Hah? Maksudnya?
"Om kok tega sih bikin tantenya Gerald sedih sampai nangis. Matanya bengkak! Kan kasian... Om jahat! Padahal Tantenya Gerald kan cantik." Kata Gerald sambil terus menatap gue tanpa takut.
Tantenya Gerald?
"Loh loh loh... Om aja ga tau siapa tante kamu." kata gue membela diri.
"Sini! Gerald ajak ketemu sama Tante! Pokoknya, Om harus minta maaf ya karena udah bikin tante jadi sedih! Jangan marahin Tante lagi. Harus baikan! Lebih enak kan kalau hidup rukun. Itu kata Opa!" nasihat Gerald sambil menarik-narik tangan gue.
Mau ga mau, gue ikut. Malu juga dong di pesta sebesar ini gue malah ditarik-tarik anak kecil. Mending gue ikut aja lah.
Lagipula, siapa sih Tantenya Gerald? Terus, apa Gerald yakin gue yang bikin Tantenya nangis? Tapi hari ini gue ga bikin siapapun nangis! Jessica aja yang gue usir ga mengeluarkan setetes air mata pun.
Ah, gue jadi ingat Rani.
Setelah kejadian itu, gue langsung mengusir Jessica pergi dari kantor gue. Membatalkan kontrak besar, dan menelepon Papa minta maaf. Walaupun perusahaan ini sekarang gue yang mengelola, tapi Papa terus mengawasi. Karena itu, daripada Papa tau masalah ini dari orang lain, mending dari mulut gue langsung. Awalnya Papa jelas marah besar, tapi maklum.
Gue juga menelepon Pak Gunawan karena sudah berlaku ga sopan terhadap putrinya. Tapi Pak Gunawan malah bingung dengan permintaan maaf gue, dan setelah gue jelaskan, ternyata emang Jessica yang bikin masalah!
Gue mencari Rani ke apartemennya, tapi ga ada. Gue telepon hpnya berkali-kali, tapi juga ga diangkat. Gue tanya Rena, tapi Rena pun ga tau. Tadinya gue masih mau mencari Rani keliling Jakarta seperti dulu saat Rani hilang ke Jogja, tapi gue ditelepon untuk hadir di acara ini. Dengan ancaman dari Papa dan Mama!
Akhirnya gue datang juga. Walau berat hati. Pikiran gue masih memikirkan Rani yang sekarang entah dimana. Bagaimana perasaan dia sekarang?
"Tanteeee.... Gerald udah bawa Om Rico!!!" teriak Gerald.
Gue baru sadar kalau Gerald mengajak gue ke arah balkon. Gue juga baru sadar Gissela ada di sana, dan gue baru sadar wanita yang yang terbalut gaun biru gelap yang melekat pas di tubuhnya itu adalah orang yang seharian ini gue cari.
Rani.
Oh astaga... apa dunia begitu sempit, sampai akhirnya gue masih punya kesempatan ketemu Rani sekarang ini?
Gerald dan Gissel, kedua anak kembar Gary, menarik gue dan Rani mendekat. Gue bisa melihat Rani enggan untuk mendekat ke arah gue. Ya, gue sadar diri. Rani pasti ingin pergi menjauh dari gue.
"Om... jangan diem aja! Ayo bilang yang tadi Gerald kasih tau!" perintah Gerald.
Gue hanya bisa tersenyum menanggapi Gerald. Ah, rasa-rasanya gue malu sekali ditegur oleh anak berusia lima tahun. Tapi, bukankah tadi Gerald bilang kalau gue yang membuat Rani menangis?
Dari jarak sedekat ini, sekarang gue bisa melihat dengan jelas mata Rani yang bengkak. Benarkah ini karena gue, sampai Rani menangis? Kalau ya, gue benar-benar minta maaf.
"Rani, gue minta maaf." Kata gue tulus.
Rani hanya diam, bahkan menunduk tanpa berani melihat wajah gue. Jelas saja rasanya gue sedih sekali. Ingin rasanya gue rengkuh tubuhnya dalam pelukan gue dan membisikan kata-kata maaf jutaan kali agar Rani mau melihat ke arah gue lagi dan memaafkan gue.
"Tanteeee.... kalau ada olang yang minta maaf, halyus dimaafin!!!" omel Gissel sambil menarik-narik dress yang dipakai Rani.
"Tapi Om Rico udah jahat banget sama Tante... gimana cara maafinnya, Gissel cantik...?" tanya Rani yang sudah berjongkok dan memeluk Gissel.
"Emang Om Rico ngapain Tante??" tanya Gerald penasaran.
"Om Rico udah nyakitin hati Tante, padahal Tante sayang banget sama Om Rico, tapi Om Rico ga sayang sama Tante. Malah lebih sayang sama orang jahat yang jualan surat!!!" adu Rani.
Gue langsung melongo kaget. Rani ngomong apa?!
"Cama olang jahat penjual sulat, Tante??? Kok aneh... olangnya kayak gimana? Kok Om lebih sayang sama penjual sulat??? Olang jahat lagi." Tanya Gissel.
"Iyaaa... Malah Om Rico pangku-pangkuan sama orang jahat itu. Padahal Tante sayang sama Om Rico. Banget malah! Sebelum Gerald sama Gissel lahir." Kata Rani.
Seriusan? Rani sayang sama gue? Ini ga lagi bercanda kan???
"Padahal kalau cantik, pasti cantikan Tante. Terus kalau pinter, juga pinteran Tante. Hebat, jelas hebatan Tante! Dia ga ada apa-apanya!!!" kata Rani.
Oke.. sekarang Rani bercanda kan?
"Berarti Om Rico buta ya Tante? Kalau gitu, Tante jangan deket-deket Om Rico lagi! Sama Om lainnya aja. Yang lebih baik!!!" kata Gerald.
Eh?
"Iya! Gissel punya banyaaaak banget Om!" tambah Gissel.
Sembarangan! Rani itu Cuma punya gue!!! Gue langsung menarik Rani berdiri dan merangkulnya erat.
"Engga boleh! Rani itu Cuma punya Om!" tegas gue.
"CIEEEEEE UDAH BAIKAAAANNNN...." Teriak Gerald dan Gissel berbarengan lalu segera kabur.
Ugh! Kok gue bisa terbawa emosi hanya karena dua anak kecil sih. Malu-maluin aja!

KAMU SEDANG MEMBACA
I have to be STRONG!
RomanceApa yang menjadi impian seorang gadis cantik, kaya, dan cerdas saat usianya menginjak tujuh belas tahun? Kematian orang tuanya kah? Kebangkrutan keluarganya kah? Adiknya koma kah? Atau kehancuran dirinya?