I am Tired... (4)

18.9K 1K 4
                                        

Rico POV

Gue langsung menggendong Rani dan secepat mungkin ke arah parkiran. Memasukkan Rani ke kursi penumpang, dan mengemudikan mobil gila-gilaan ke arah rumah sakit.

Gue mondar mandir di depan pintu UGD sambil terus berkomat-kamit mengucapkan jutaan doa. Sampai pintu terbuka dan seorang dokter keluar.

"Bagaimana keadaanya dok?" tanya gue terburu-buru.

"Anda siapanya pasien?" tanya dokter itu.

"Sa-saya suaminya dok!" kata gue dengan cepat. Gue butuh informasinya sekarang juga, gue harus sedikit berbohong.

"Istri Anda baik-baik saja. Tetapi maaf sekali saya tidak bisa menyelamatkan janin yang ada di rahimnya. Istri Anda dalam keadaan stress berat dan kelelahan. Hal itu menganggu kehamilannya. Saya harap saat bangun nanti, Bapak boleh memberitahukannya sebaik mungkin, mengingat kondisi mental pasien yang baru saja mengalami keguguran." Kata dokter tersebut panjang lebar lalu pergi.

Rani keguguran?

***

Rani terbangun saat jam sudah menunjukkan pukul enam pagi.

"Maharani..." panggil gue.

Rani menoleh ke arah gue dan menatap gue penuh tanda tanya.

"Lu pingsan semalem. Lu inget?" Tanya gue.

Rani berusaha mengingat dan sepertinya dia sudah ingat.

"Maharani... gue mohon. Menikah dengan gue." kata gue saat gue rasa Rani udah lebih sadar.

Rani menatap gue bingung.

"De javu?" kata Rani.

Ha?

"Sama kejadiannya seperti gue pingsan kemarin itu. Jadi, lu mau ngomong apa lagi? Ga usah pake embel-embel ngajak nikah lagi lah. Gue bosen." Kata Rani sambil melipat tangannya di depan dada.

Gue menghela nafas berat.

"Maaf. Gue minta maaf. Ternyata selama ini gue emang jadi cowok brengsek sampe ga bisa menjaga lu dengan baik. Padahal lu hamil anak gue. Maaf..." kata gue menunduk.

"Rico, yang jelas!" kata Rani kesal.

"Lu keguguran." Kata gue ga berani menatap Rani.

Gue bisa merasakan cewek di depan gue ini menegang. Bahkan tangan yang gue pegang sedari tadi terasa dingin. Percuma saja, gue ga bisa bicara apa-apa untuk menenangkan. Ga berguna!

Gue emang cowok brengsek! Udah perkosa Rani, bikin Rani hamil, dan sekarang gue bikin Rani keguguran!

Ya Tuhan, Rani baru tujuh belas tahun! Seharusnya Rani mendapat kebahagiaannya! Seharusnya Rani sedang menikmati masa-masa kuliahnya dan hang out bersama teman-temannya. Seharusnya Rani ... seharusnya...

"Gue baik-baik aja. Lu ga usah kayak gitu mukanya." Kata Rani tiba-tiba.

Gue langsung mendongakan kepala menghadap Rani. Muka Rani datar-datar saja. Gue ga bisa lihat ada sedih atau kecewa. Datar!

"Boleh gue minta tolong sama lu?" tambah Rani.

Gue langsung mengangguk cepat.

"Apapun asalkan ga sama dengan yang terakhir kali!" kata gue cepat.

Rani mengangguk.

"Boleh gue minta salah satu cabang perusahaan lu?" Tanya Rani.

Gue kaget! Rani minta cabang perusahaan gue? Serius?? Jangankan satu cabang, gue akan kasih perusahaan gue kalo Rani minta! Asal itu bisa menebus semua kesalahan gue ke Rani, apapun bakal gue kasih!

I have to be STRONG!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang