Rani POV
Pagi ini gue sedikit kebingungan dimana gue tidur semalam. Gue bahkan masih memakai gaun pesta gue semalam. Butuh waktu cukup lama sampai gue ingat semua yang terjadi semalam. Gue hanya bisa tersenyum mengingat kejadian semalam. Ah, bagaimana gue harus ketemu Rico setelah gue menangis lama di dadanya?
"Selamat pagi, sleeping beauty?" kata Rico yang sudah bersandar di pintu.
"Ah Ric... sorry semalam gue-.."
"Ga ada yang perlu dimaafin, cantik. Mending kamu mandi sekarang. Di lemari aku masih ada bajunya Christine pas dia nginep dulu." Kata Rico sambil berjalan mendekat ke arah ranjang.
"Umm... thanks." Kata gue menunduk.
Tiba-tiba saja ranjang sedikit bergoncang karena Rico duduk di depan gue. Walau gue sedang menunduk, tapi gue tahu Rico sedang menatap ke arah gue. Gue jadi teringat kejadian semalam. Ah, bagaimana ini?!
"Ran... kalau kamu ga natap aku, gimana aku bisa ngomong sama kamu?" tanya Rico.
Karena ga enak hati, akhirnya gue mendongak juga. Rico sepertinya sudah mandi. Mukanya terlihat segar, bahkan rambutnya masih sedikit basah. Dan seperti biasanya, dia tetap terlihat tampan! Ditambah dengan seulas senyum yang menghiasi wajahnya. Senyumnya yang begitu tulus.
"Aku mau tahu perasaan kamu. Semalam itu rasanya kamu seperti orang mabuk saja. Aku ga ngerasa kamu bener-bener bilang sesuatu. Jadi aku mau yakinin. Boleh?" tanya Rico.
Dengan ragu, gue mengangguk. Tapi mulut gue enggan untuk berbicara. Rasanya malu sekaligus takut sekali! Padahal gue tahu Rico dengan jelas kalau dia mencintai gue. Tapi gue masih merasa takut. Entah apa yang gue takutkan.
"Kalau kamu ga bisa bilang, aku jadi ga tau harus gimana nih! Lagipula, aku sudah membatalkan semua meeting di kantor demi dengerin perasaan kamu." Kata Rico dengan wajah sedih.
Oh astaga! Rico serius membatalkan semua meeting hari ini? Kalau gue ga salah ingat, hari ini bukankah ada meeting penting??? Proyek kerja sama yang cukup besar bukan?!
"Ric, mending lu balik ke kantor gih! Kita bisa ngomong lagi nanti." Desak gue.
"Ga akan balik sebelum kamu bilang perasaan kamu!" tegas Rico.
Eh, gue baru sadar. Kok Rico menggunakan kata aku-kamu? Tapi itu bukan hal penting. Yang lebih penting adalah hari ini ada meeting!
"Ric, jangan kayak anak kecil deh. Hari ini hari kerja. Dan aku juga harus kerja!" kata gue yang sudah ingin bangkit dari ranjang.
Sebelum gue bangkit berdiri, Rico sudah mencekal tangan gue dan menahan gue tetap di tempat. Gue juga ga berniat meronta, karena tangan Rico yang menyentuh tangan gue terasa begitu hangat. Dan gue merasa ada aliran listrik yang mengalir dari sana.
Well, mungkin gue seperti anak ABG labil yang sedang jatuh cinta. Tapi hati gue ga bisa berbohong, kalau gue memang mencintai Rico. Dari dulu, sekarang dan ...mungkin selamanya!
"I love you... and I want you to say the same word to me." Kata Rico sambil menatap gue lurus.
Wajah gue memanas. Walau ini bukan pertama kalinya gue mendengar Rico bilang dia mencintai gue, tapi rasanya kali ini berbeda. Karena gue yakin dengan jelas kalau Rico sudah tahu apa yang akan gue bilang. Karena gue juga yakin dengan jelas kalau Rico hanya ingin gue memastikannya!
Ah bagaimana ini?! Jantung gue berdetak berkali-kali lipat lebih cepat. Bahkan berdetum dengan begitu keras, sampai rasanya gue ga kuat untuk bernafas!
Gue mencoba untuk menarik nafas dalam, dan menghembuskannya perlahan. Membalas tatapan Rico yang begitu penuh dengan kesungguhannya.
Sekarang atau tidak sama sekali.
![](https://img.wattpad.com/cover/27718375-288-k540057.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I have to be STRONG!
RomantizmApa yang menjadi impian seorang gadis cantik, kaya, dan cerdas saat usianya menginjak tujuh belas tahun? Kematian orang tuanya kah? Kebangkrutan keluarganya kah? Adiknya koma kah? Atau kehancuran dirinya?