Enough! (1)

15K 888 2
                                    

Bukannya gue ga tahu diri karena sudah menjabat sebagai wakil direktur. Tapi pagi ini gue ditelepon oleh pihak rumah sakit tempat Dad dirawat kalau Dad mengamuk hebat! Padahal selama ini, Dad selalu baik-baik saja di rumah sakit. Malah kata dokter dan perawat yang menjaga, Dad itu lebih banyak diam dan melamun.

Tentu saja gue segera memaksa diri gue bangun, padahal gue baru saja tidur dua jam. Gue segera membangunkan Rena untuk memberitahu kalau gue hari ini off, dan meminta dia untuk mengatur jadwal ulang.

"Terus... kalo bos nanya lu kemana, gue jawab apa?!" tanya Rena masih mengucek matanya karena baru terbangun.

"Lu bilang aja sama Rico kalo gue ada urusan mendadak. Inget! Jangan bilang kalo gue ngunjungin bokap gue! Kalo engga, kita putus hubungan!" ancam gue masih sibuk mengisi tas gue dengan berbagai macam barang.

"Ih, kok serem gitu sih! Terus kalo Edward? Boleh ga gue kasih tau dia?" tanya Rena lagi.

"Engga! Siapapun ga boleh lu kasih tau! Lu pikirin aja lah alasan paling masuk akal. Jangan bilang gue sakit, karena gue tau Rico bakal langsung ngejer gue ke sini!" kata gue.

"Laahhh.. terus gue bilangnya apa?!"

Aduh, iya juga. Jadi Rena harus bilang apa ya?

"Lu bilang aja kalau toko gue yang di Jogja lagi ada masalah, terus gue ke sana buat nengok sebentar. Pulang hari. Paling setelah makan siang gue balik ke kantor. Gitu aja!" kata gue cepat.

"Oke." Kata Rena lalu kembali berbaring di ranjang.

Huh! Dasar pemalas!!!

"Loh Kak.. tumben banget pagi gini udah siap? Mau kemana? Bukannya kakak kerja jam delapan ya?" tanya Rangga bingung.

"Dad ngamuk. Kakak harus ke rumah sakit." Kata gue sambil mencari-cari kunci mobil.

"Rangga ikut!"

"ENGGAK BOLEH!" larang gue.

"Kenapa?!" protes Rangga.

"Emang kamu ga perlu sekolah, hah?!" kata gue sudah berkacak pinggang.

"Isshh.. Kak! Rangga bolos seminggu pun ga akan ada efeknya sama nilai Rangga. Udah deh. Lagian Rangga ga pernah nengokin Dad di rumah sakit. Ayolahhhh..." pinta Rangga.

Memang sih Rangga itu pintar, dan ga diragukan lagi. Bahkan di sekolah barunya saja, Rangga sudha mendapatkan teman baru. Dia luar biasa kan? Tapi gue ga mungkin membawa Rangga ke rumah sakit. Gue takut Rangga ga kuat melihat keadaan Dad yang berubah. Dad sudah tidak seperti Dad yang dulu.

"Pleassseeeeeee...." mohon Rangga dengan puppy eyesnya.

Gue tahu Rangga pasti juga kangen sama Dad. Apalagi dia memang tidak pernah melihat Dad sejak Dad dirawat di rumah sakit.

Gue menghela nafas. Setelah menimbang-nimbang, dan didesak waktu akhirnya gue mengiyakan. Rangga langsung berteriak heboh dan masuk ke kamar mandi. Gue sendiri masih sibuk mencari kunci mobil gue. Aduhhh, semalam gue taruh dimana sih?!

"Yuk berangkat Kak!" kata Rangga tepat di saat gue menemukan kunci mobil gue di sofa.

***

"Sus, dimana ayah saya? Kenapa tidak ada di kamarnya?!" tanya gue panik.

Banyak sekali pikiran buruk merayapi kepala gue. Oh astaga... bagaimana ini? Ga mungkin kan Dad kabur dari rumah sakit karena mengamuk? Atau... Dad masuk rumah sakit? Kemana Daddy?

"Oh, Pak Hendra sudah menunggu Anda. Mari ikut saya." Kata perawat itu.

Hati gue lega mendengar kalau Dad masih ada di rumah sakit ini. Tapi tunggu. Apa yang tadi perawat ini bilang?

Menunggu?

Gue tetap diam saja sampai akhirnya perawat itu mengantarkan gue ke sebuah ruangan dan mempersilahkan gue masuk. Walau ragu, akhirnya gue mendorong pintu itu. Saat gue dan Rangga memasuki ruangan itu, betapa kagetnya kami berdua.

"Selamat pagi anak-anakku yang luar biasa." Kata Dad.

"Da-daddy..." kata gue terbata-bata.

"SELAMAT PAGI DAD! I MISS YOU!!!" teriak Rangga yang langsung berhambur ke arah Dad yang duduk di kursi roda.

"Hai son... you really miss me?" tanya Dad.

"Sure! Kita udah lima tahunan ga ketemu Dad! Gimana kabar Dad? You look... old?"

"Hahahaha.. and you look.... Handsome!"

Ini mimpi kan? Oh astaga! Kalau ini mimpi, jangan pernah bangunkan gue lagi! Bagaimana pun juga Dad yang bisa tertawa seperti ini, mengobrol seperti ini, tidak lagi hidup di dunianya sendiri, oh astaga... gue sangat bahagia melebihi apapun melihat semua ini!

"Rani... my princess.... Wanna hug me?" tanya Dad sambil melebarkan kedua tangannya.

Oh my God! Please, stop the time and let me live forever!

Gue segera berlari dan berhambur ke pelukan Dad. Menangis sekeras-kerasnya dan menumpahkan semua kesedihan gue selama ini.

"Rani kangen sama Dad.... Rani kangeennnn.... hiks... Daddy... Huwaaa....."

"Iya iya. Princess Daddy ternyata masih cengeng seperti dulu ya..." kata Dad sambil mengelus rambut gue.

"Daddy jangan tinggalin Rani lagi... jangan Dad! Hiks... Rani sudah lelah ... Rani sayang Daddy!"

Semua kegilaan yang gue alami selama ini. Semua yang terjungkir balik setelah umur gue tujuh belas tahun, usaha keras gue dalam berkompetisi di dunia bisnis, kuliah gue, toko gue, posisi gue yang sekarang. Please, semua sudah cukup! Biarkan kali ini gue melupakan apa yang sudah terjadi, dan menjadi diri gue yang dulu sebentar saja.

Bersama keluarga. Dad, gue dan Rangga... cukup begini saja.

I have to be STRONG!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang