🎶 Promise - EXO
***
"Kamu mau pacaran?" Ucap Batara melihat Melati dengan serius.
"Hah," jawab gadis itu dengan jantung berdebar.
"Lupain." Batara berjalan mendahului gadis itu, membuat gadis itu kesal setengah mati. Dia berlari kecil untuk mengerjai pria itu.
"Bunda sama yang lain di mana ya?" tanya gadis itu yang sibuk melihat handphonenya.
Batara berdecak kesal. "Ck, kalau jalan, jalan aja." Gadis itu mengerucutkan bibirnya kesal. "Bawel amat. Seingat aku kamu itu pendiam deh. Kok akhir-akhir ini kamu cerewet?" ucap gadis spontan. Batara seperti tertohok, gadis itu benar.
"Hmm, kamu yang cerewet," jawab Batara berjalan meninggalkan gadis itu. "Kok ditinggalin, kamu suka banget ya ninggalin aku sendiri."
"Batara!! Tungguin," gadis itu berlari mengejar Batara. Pria itu memandang lurus ke depan.
"Kamu masih kecil, jangan panggil nama," jelas Batara berhenti dan menoleh ke Melati. Melati bingung mengerutkan keningnya.
"Emangnya kenapa? Kamu mau aku panggil om?"
Batara pusing menghadapi gadis itu. "Yang penting jangan panggil nama, nggak sopan," jelasnya bersedekap.
Gadis itu tersenyum dan mengangguk-anggukan kepalanya, "aku tahu, kamu pasti mau aku panggil sayang kan?" tanyanya dengan senyum di bibirnya.
Batara? Dia malu, bukan itu maksudnya. Dia hanya ingin gadis itu sedikit sopan padanya. Salah paham lagi, batin Batara.
"Kamu gila," ucap Batara.
"Loh kok aku? Kamu kan yang nggak suka dipanggil nama langsung. Terus aku harus panggil kakak? Masa samaan sama Febby, uppsss..." gadis itu segera menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Gadis itu malu, padahal tadi malam sudah jelas-jelas bahwa Batara tidak menyukainya. Ditambah Batara pernah punya hubungan dengan perempuan lain.
Sadar dong Mel, batin gadis itu."Maaf," ucap gadis itu menunduk.
"Buat apa?" tanya Batara.
"Ng, nggak kok. Ya udah aku mau nyusul Febby aja. Buat foto yang tadi makasih banyak," ucap gadis itu berjalan dan meninggalkan Batara di sana. Dia bingung sekaligus merasa bersalah pada Melati.
"Halo Febby, kamu di mana?"
"Lagi di rumah makan sama yang lain, kenapa?"
"Di rumah makan yang mana? Biar aku ke sana."
Batara melihat gadis itu sibuk bertelepon. Sama siapa? batinnya. Dia mendekati gadis itu.
"Oh, ya udah. Aku ke situ bentar lagi," gadis itu menutup teleponnya.
"Siapa?" tanya Batara.
"Febby."
"Oh."
Melati kesal setengah mati, dia sangat heran terhadap pria di sampingnya ini. Padahal yang dia lihat Batara terkenal dengan sifat ramahnya sama orang lain. Kadang gadis itu berpikir, kenapa Batara aneh dan menjadi pendiam saat berhadapan dengannya. Apa aku punya salah? batin gadis itu. Dia membuang nafasnya berat.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑷𝒆𝒍𝒖𝒌𝒂𝒏 𝑺𝒂𝒂𝒕 𝑺𝒆𝒏𝒋𝒂 (𝙀𝙉𝘿)
Ficção Adolescente𝘞𝘢𝘳𝘯𝘪𝘯𝘨 ❗ 🚫𝘊𝘦𝘳𝘪𝘵𝘢 𝘪𝘯𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯𝘥𝘶𝘯𝘨 𝘜𝘞𝘜 𝘵𝘪𝘯𝘨𝘬𝘢𝘵 𝘢𝘬𝘶𝘵, 𝘫𝘪𝘬𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘬𝘶𝘢𝘵 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘶𝘴𝘢𝘩 𝘣𝘢𝘤𝘢!🚫 🚫𝐒𝐒𝐄𝐁𝐀𝐆𝐈𝐀𝐍 𝐂𝐄𝐑𝐈𝐓𝐀 𝐃𝐈𝐏𝐑𝐈𝐕𝐀𝐓, 𝐅𝐎𝐋𝐋𝐎𝐖 𝐒𝐄𝐁𝐄𝐋𝐔𝐌 𝐌𝐄𝐌𝐁𝐀𝐂𝐀...