Chapter 22 - Ceritanya LDR-an

18.7K 1.1K 25
                                    

🎶 Count on Me - Bruno Mars

***

Batara dan Melati sudah sampai sekitar setengah jam yang lalu. Mereka sampai pukul setengah delapan. Batara sudah menjadi bagian keluarga Danadyaksa. Hal itu tentu saja membuat keluarga itu merasa bahagia.

"Kalian nggak makan dulu?" tanya Yanti.

"Kamu mau makan?" Melati melihat Batara dengan senyum manisnya. Barengan aja, jawabnya singkat. Pria itu duduk di kursi meja makan.

"Mela, kamu layani suami kamu. Bunda mau ke depan dulu." Yanti tersenyum lalu beranjak ke depan sambil membawa kopi untuk Darwin.

Melati dengan sigap menyendok nasi dan juga ikan pada piring suaminya. Dia melayani Batara dengan baik sama seperti yang dilakukan Bundanya pada Ayahnya setiap hari.

"Nasinya dikit aja," pinta Batara.

"Kenapa? Kamu nggak lapar?"

"Ini malam."

"Kamu diet?"

"Kamu nggak akan makan kalau aku nggak makan." Melati mengerti maksud Batara. Lalu, gadis itu tersenyum.

"Kamu benar-benar suami idaman. Makin cinta deh," ucapnya menangkup wajah suaminya lalu mencium keningnya. Melati melanjutkan aktivitas nya. Batara? Dia benar-benar bisa mati akibat kelakuan istrinya yang begitu agresif.

Kedua suami istri itu makan bersama malam itu. Jika biasanya mereka makan bersama dengan yang lain, tapi malam ini khusus mereka berdua.

"Kamu mau aku buatin susu?" tanya Melati setelah selesai makan.

"Nggak. Kamu aja."

"Oh, ya udah. Kamu ke depan aja. Aku mau cuci piring dulu." Gadis itu membereskan sisa makanan dan piring mereka. Batara tersenyum tipis melihat istrinya yang sibuk di wastafel.

Setidaknya aku nggak punya istri malas, batinnya. Dia berdiri lalu mendekati istrinya.

"Piringnya diletakin di mana?" tanya pria itu yang sudah berdiri di samping istrinya.

"Ai? Kamu nggak ke depan?"

"Barengan."

Pipi gadis itu merona. "Kamu minta dicium lagi ya? Makanya sering-sering buat aku senang. Iya kan?" Gadis itu tersenyum dan menyipitkan matanya.

"Jangan mikir yang aneh-aneh. Ini udah malam nanti kamu masuk angin, kalau pegang air lama-lama," jelas Batara.

"Tuh kan. Kamu buat aku seneng lagi tahu nggak, Ai?"

"Kamu... Kamu... Emm." Cepat-cepat pria itu mengapit bibir gadis itu dengan ibu jari dan telunjuknya.

"Jangan cerewet." Batara melepaskan jarinya lalu meninggalkan gadis itu. Gadis itu mendengus kesal.

"Tega banget sih, Ai?" protesnya.

Setelah selesai, dia mematikan lampu dapur.

"Ai? Kamu ngapain di kamar aku?" tanya Melati yang melihat Batara duduk di ranjangnya sambil memainkan handphonenya.

"Kamar kita."

"Oh, iya. Aku lupa kalau kita udah nikah. Berasa kayak mimpi sih," cengir gadis itu. Batara hanya diam memperhatikan istrinya yang sibuk dengan handphonenya.

"Besok sekolah?"

"Iya, Ai. Kenapa?"

"Besok aku balik ke Yogya." Jawaban Batara membuat gadis itu menghentikan aktivitasnya. Lalu, mendekat dan duduk di samping pria itu.

𝑷𝒆𝒍𝒖𝒌𝒂𝒏 𝑺𝒂𝒂𝒕 𝑺𝒆𝒏𝒋𝒂  (𝙀𝙉𝘿) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang