🎶 If You - Big Bang
***
Pagi itu, Melati sangat sibuk. Sebagai ibu rumah tangga yang baik, dia harus bangun cepat lalu, menyiapkan sarapan. Menyapu rumah dan membereskan cucian. Batara masih tidur terlelap. Tadi malam, pria itu hanya bisa mengigau tidak jelas. Melati maklum, pria itu akhir-akhir ini sangatlah sibuk. Persiapan wisuda dan restorannya.
Setelah selesai, mencuci piring gadis itu mengelap tangannya ke kain kecil di dekat wastafel. Lalu, dia mempersiapkan sarapan pagi ini. Semua sudah siap di meja makan. Tinggal membangunkan suaminya yang masih tidur.
"Kenapa nggak bangunin aku?" kata Batara dengan suara lemah dan serak khas bangun tidur.
"Ai?" Dengan cepat gadis itu menghampiri suaminya yang masih setia melihat istrinya. Mata merah, rambut berantakan, dan suara serak. Begitulah keadaan Batara saat ini.
"Badan kamu udah lumayan." Melati membantu Batara untuk duduk di meja makan. Pagi ini, gadis itu membuat bubur untuk Batara.
"Aku kenapa?"
"Kamu demam tadi malam. Badan kamu panas banget."
Batara menghela nafasnya berat. Dia tidak berniat untuk menyentuh mangkok bubur itu.
"Kenapa, Ai?"
"Suami kamu sakit."
"Terus?"
"Tangan aku malas gerak."
Melati langsung tahu maksud suaminya. Gadis itu tersenyum lalu meraih mangkok bubur itu. Melati dengan perlahan menyuapi bubur itu pada Batara. Ada kepuasan tersendiri bagi Batara saat istrinya peka kali ini.
"Baju aku yang biru mana?"
"Yang mana? Yang ada gambar bolanya?" Batara mengangguk.
"Kamu mau ke mana, Ai? Kamu masih sakit."
"Mau ke restoran sebentar."
"Nggak bisa di rumah dulu?"
"Kayaknya nggak."
Melati tahu pendapatan mereka sekarang dari restoran. Tapi dia takut Batara kenapa-kenapa. Suhu tubuh pria itu masih belum pulih.
"Minum obat dulu sebelum pergi," kata Melati tanpa melihat suaminya. Nada suara kecewa sedikit terdengar di telinga Batara. Dia melihat istrinya yang mengambil baju biru yang dimaksud.
Batara mendekat, lalu tanpa malu atau gengsi dia memeluk istrinya dari belakang. Batara mengeratkan pelukannya seakan tak ingin melepasnya. Rasanya begitu nyaman. Entahlah, tapi akhir-akhir ini Batara sedikit manja dan ingin mendapat perhatian lebih dari istrinya.
"A, Ai?"
"Aku minta maaf. Aku nggak mau buat kamu hidup susah setelah nikah sama aku. Aku yang tanggung jawab sama aku. Jadi, aku mohon kali ini jangan larang aku pergi ke restoran."
Melati menghangat mendengarnya. Lalu gadis itu berbalik menghadap pada Batara. Gadis itu menangkup wajah suaminya.
"Ai... Aku nggak larang kamu buat kerja. Hari ini kita makan apa adanya juga nggak papa. Yang penting kesehatan kamu pulih dulu," jawab Melati dengan penuh kelembutan. Ya, Batara semakin memiliki perasaan lebih pada istrinya. Melati sama seperti mama dan neneknya yang penuh kelembutan.
"Iya. Tapi kali ini jangan larang aku." Melati mengangguk tersenyum. Dia tidak mau jadi istri pembantah.
Batara berangkat menggunakan mobil miliknya. Tidak terlalu mahal, tapi baginya itu sudah cukup daripada terkena hujan dan panas.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑷𝒆𝒍𝒖𝒌𝒂𝒏 𝑺𝒂𝒂𝒕 𝑺𝒆𝒏𝒋𝒂 (𝙀𝙉𝘿)
Teen Fiction𝘞𝘢𝘳𝘯𝘪𝘯𝘨 ❗ 🚫𝘊𝘦𝘳𝘪𝘵𝘢 𝘪𝘯𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯𝘥𝘶𝘯𝘨 𝘜𝘞𝘜 𝘵𝘪𝘯𝘨𝘬𝘢𝘵 𝘢𝘬𝘶𝘵, 𝘫𝘪𝘬𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘬𝘶𝘢𝘵 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘶𝘴𝘢𝘩 𝘣𝘢𝘤𝘢!🚫 🚫𝐒𝐒𝐄𝐁𝐀𝐆𝐈𝐀𝐍 𝐂𝐄𝐑𝐈𝐓𝐀 𝐃𝐈𝐏𝐑𝐈𝐕𝐀𝐓, 𝐅𝐎𝐋𝐋𝐎𝐖 𝐒𝐄𝐁𝐄𝐋𝐔𝐌 𝐌𝐄𝐌𝐁𝐀𝐂𝐀...