🎶 Dear God – Avenged Sevenfold
***
"Ai... Kamu hati-hati ya? Sampai di sana kabari aku. Jangan lupa makan, jangan lupa chat aku sama video call aku... Jangan lupa..."
"Bawel." Batara menutup mulut Melati dengan jari telunjuknya. Melati menangis di pelukan suaminya.
"Kamu pikir aku main-main? A.. aku nggak main-main Ai," kata gadis itu terbata karena dia menangis sesenggukan. Dia tidak malu dengan orang-orang yang ada di sana. Bahkan kedua orang tuanya merasa sedih melihat putrinya.
Bunda dan Ayahnya memilih menunggu di mobil. Mereka ingin memberikan mereka waktu sebelum Batara pulang ke Yogya.
Batara? Dia begitu tidak tega meninggalkan istrinya. Dia ingin merawat dan melihat istrinya setiap hari. Dia ingin mendengar celotehan istrinya setiap detik. Tapi, ini demi masa depan mereka berdua. Apapun itu harus mereka lewati.
Melati melepas pelukannya dan menatap mata suaminya dengan mata berkaca-kaca serta hidung memerah. Batara tersenyum tipis, lalu mengusap lembut pipi dan rambut Melati.
"Kamu jangan nakal," kata Batara tanpa melihat Melati. Dia sibuk dengan rambut istrinya.
"Nggak akan," jawab Melati dengan cepat.
"Jangan aneh-aneh."
"Iya Ai. Nggak."
"Jangan malas makan."
"Iya."
"Aku pergi."
"Ai...."
Batara menghela nafasnya berat, lalu berkata, "Setelah urusan kamu selesai di sini. Aku langsung jemput." Melati mengusap air matanya yang selalu saja keluar dengan nakalnya. Janji ya, Ai? Batara mengangguk tersenyum tipis.
"Jangan dekat-dekat dengan cowok!"
"Hah? Biar apa?" tanya Melati ambigu.
"Aku suami kamu."
"Aku tahu. Pasti kamu cemburu ya?" tanya Melati tersenyum lebar sambil menyipitkan matanya.
Batara memijit pelipisnya dengan bingung dan juga pasrah. Mengingat istrinya sedikit aneh dan unik.
Iya, aku cemburu kamu deket dengan cowok lain. Aku nggak suka. Aku nggak rela, jerit Batara dalam hatinya.
"Selain kamu aneh, kamu juga pendek," kata Batara. Mendengar itu Melati berdecak kesal.
"Gini-gini, aku istri kamu," ucap Melati sambil melipat tangannya di dada.
Batara tersenyum tipis. Lalu memutar badan gadis itu menghadap ke arahnya.
"Aku pergi, jangan nangis," ucap Batara lalu mencium kening istrinya dengan lama.
Kalau kamu nangis, aku nggak jadi pergi nanti, batin Batara. Melati mengangguk. Setelahnya, Batara berbalik dan mulai berjalan meninggalkan Melati di sana. Melati dia masih tetap memandang suaminya. Sedetik kemudian, dia berlari pada suaminya. Tidak peduli pada orang-orang yang menatapnya.
Glebb...
Batara membulatkan matanya.
"Ai.... Kamu lupa peluk aku," rengek gadis itu di punggung suaminya.
"Dua Minggu bukan waktu yang singkat, Ai. Satu hari aja aku nggak lihat kamu. Rasanya kayak ada yang kurang... Hikss..."
Batara memejamkan matanya dan menetralkan pikirannya. Please! Jangan buat aku kayak gini, Ai, teriak Batara dalam hatinya. Batara segera berbalik dan memeluk istrinya erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑷𝒆𝒍𝒖𝒌𝒂𝒏 𝑺𝒂𝒂𝒕 𝑺𝒆𝒏𝒋𝒂 (𝙀𝙉𝘿)
Teen Fiction𝘞𝘢𝘳𝘯𝘪𝘯𝘨 ❗ 🚫𝘊𝘦𝘳𝘪𝘵𝘢 𝘪𝘯𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯𝘥𝘶𝘯𝘨 𝘜𝘞𝘜 𝘵𝘪𝘯𝘨𝘬𝘢𝘵 𝘢𝘬𝘶𝘵, 𝘫𝘪𝘬𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘬𝘶𝘢𝘵 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘶𝘴𝘢𝘩 𝘣𝘢𝘤𝘢!🚫 🚫𝐒𝐒𝐄𝐁𝐀𝐆𝐈𝐀𝐍 𝐂𝐄𝐑𝐈𝐓𝐀 𝐃𝐈𝐏𝐑𝐈𝐕𝐀𝐓, 𝐅𝐎𝐋𝐋𝐎𝐖 𝐒𝐄𝐁𝐄𝐋𝐔𝐌 𝐌𝐄𝐌𝐁𝐀𝐂𝐀...