Chapter 16 - Peluk dan Ai

21.4K 1.3K 21
                                    

🎶 Angel - Theory of a Deadman

***

"Dek, kamu jadi jalan-jalan sama Batara?" tanya Malik saat adiknya itu ke dapur. Melati mengangguk tersenyum. 

"Ciee. Yang lagi berbunga-bunga," ejek Melisa.

"Apaan sih Kak?" jawab gadis itu malu-malu.

"Jujur nih Dek. Saat Ayah bilang mau jodohin kamu, Abang benar-benar marah," jelas Malik.

"Masa sih?" tanya Melati sambil meminum air putih yang dia buat ke lemari pendingin satu jam yang lalu.

"Iya lah Dek, siapa coba yang tega. Kakak aja hampir minta putus sama Erick. Kakak kasihan sama kamu," tambah Melisa.

Melati tersenyum, "aku senang punya Abang dan Kakak yang peduli kayak kalian," ucap Melati terharu.

"Jadi gimana perasaan kamu? Saat tahu Batara yang jadi suami kamu?" tanya Malik penasaran. Melati menunduk, dia sedikit malu.

"Ya itu, aku senanglah Bang. Aku udah lama suka sama dia. Saat tahu dia calon suami aku. Huaaaa bahagianya nggak ketulungan. Aku berasa kayak mimpi. Sampai sekarang aja aku kayak nggak percaya, kalau calon suami aku itu Batara," jelas gadis itu menangis terharu.

"Ya udah, kamu bahagia kan? Kalau kamu bahagia Abang sama Kak Meli juga bahagia," ucap Malik mengelus sayang rambut Melati. Melati mengangguk tersenyum sambil menghapus air matanya. Dia menangis karena dia bahagia.

"Ya udah, mandi sana. Nanti Batara keburu datang loh," suruh Melisa. Gadis itu mengangguk dan pergi mandi.

Flash back on

"Pah, biar Batara aja yang ngomong," ucap Batara dengan penuh keyakinan.

"Kamu serius?" tanya Winata pada anaknya. Batara mengangguk. Melati? Dia benar-benar takut, saking geroginya tangannya berkeringat dan dingin.

"Begini, sesuai pembicaraan Ayah kamu, Papa, Nenek Ira dan juga Eyang. Kita akan menikah dua minggu lagi. Kamu terima perjodohan ini? Atau kamu keberatan? Aku, " Batara menghentikan pembicaraan nya.

Gadis itu benar-benar takut saat Batara berhenti dan tidak melanjutkan pembicaraannya. Dia takut Batara tidak mau dijodohkan dengannya.

"Aku terima perjodohan ini. Sekarang tinggal kamu yang jawab," kata Batara dengan serius. Melati menjadi gugup.

"Aku, aku juga terima perjodohan ini," jawabnya tersenyum.

"Syukurlah," seru Lena. Begitu juga dengan Darwin dan Yanti.

"Tapi sebelumnya, kami sebagai orang tua ingin memastikan sesuatu, kalian tidak punya hubungan dengan orang lain kan?" tanya Darwin.

"Nggak Om," jawab Batara dengan cepat. Melati tersenyum. Batara melihat ke arah Melati. Matanya seolah mengatakan, 'bagaimana dengan kamu?'

"Aku juga nggak ada Ayah."

"Ya sudah, berarti tinggal mengurus undangan dan resepsi pernikahan," jelas Winata.

"Ehm Om? Aku mau minta satu hal boleh nggak Om?" tanya Melati.

"Iya sayang, ada apa?" jawab Lena.

"Begini Om, aku maunya pernikahan ini jangan terlalu mewah maksudku cuman keluarga aja yang tahu," jelas Melati. Hal itu berhasil membuat Batara kesal. Terlihat dari alis matanya yang bertautan.

"Loh kenapa sayang?" tanya Lena.

"Susah jelasinnya Tante, aku nggak bermaksud aneh-aneh kok."

Kedua orang tua dari Batara dan Melati tersenyum.

𝑷𝒆𝒍𝒖𝒌𝒂𝒏 𝑺𝒂𝒂𝒕 𝑺𝒆𝒏𝒋𝒂  (𝙀𝙉𝘿) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang