Chapter 54 - Kenalan Baru

10.5K 733 50
                                    

🎶 I Promise You - Wanna One

******

Saat Melati bangun pagi, dia mengingat apa yang Batara tuliskan untuknya kemarin malam. Itu membuat Melati seperti satu-satunya gadis yang paling beruntung di dunia. Batara belum bangun sejak tadi. Gadis itu langsung mandi membersihkan tubuhnya. Dia tidak ingin nampak jelek di depan suaminya. Senyum tidak pernah pudar di wajahnya.

Pintu kamar mandi terbuka. Wangi strawberry langsung menyeruak ke seluruh kamar hotel. Batara terduduk dan mengedarkan pandangannya. Dia mencari-cari asal wangi yang masuk ke dalam hidungnya. "Ai? Kamu udah bangun?" Melati terkejut melihat Batara yang melihatnya.

Batara mengucek matanya. Nampak sekali bahwa dia baru bangun tidur. Meski begitu tidak mengurangi ketampanannya di mata Melati. Gadis itu lagi-lagi merona mengingat kertas tadi malam.

"Kenapa?" kata Batara melihat Melati. Pria itu menerima handuk dari tangan Melati. Melati hanya menggelengkan kepalanya. Batara masuk ke dalam kamar mandi. Melati sibuk mencoba baju santainya hari ini. Ini hari kedua mereka di Bali.

"Ai! Keringin," pinta Batara saat keluar dari kamar mandi. Melati tersenyum lalu menerima handuk putih yang ada di tangan Batara. Batara duduk di ranjang. Lalu perlahan Melati mengeringkan rambut Batara dengan lembut.

"Ai, rambutnya nggak usah dipotong ya," ucap Melati.

Batara mendongak membuat Melati menghentikan aktivitasnya. "Kenapa?" tanya Batara bingung. "Pokoknya jangan!" kata Melati. Melati melanjutkan pekerjaannya. Batara semakin bingung, lalu menangkap tangan Melati yang sibuk berkutat di kepalanya.

"Kenapa?" tanya Batara mengulangi.

Melati tersenyum malu. "Biar kayak oppa-oppa Korea," jawab Melati dengan cengirannya. Batara hanya mendengus lucu dengan jawaban Melati.

"Kalau aku potong nanti, gimana?" ucap Batara.

"Ya aku, bakal nggak mau ngeringin rambutmu lagi." Melati melipat kedua tangannya. Batara tertawa keras. "Kenapa ketawa? Ada yang lucu?" kata Melati mendengus kesal.

"Ya nggak papa kalau kamu nggak mau ngeringin rambut aku, kan ada Bi Sion," terang Batara.

Hal itu semakin membuat Melati kesal. "Ya udah, sekalian tidurnya bareng Bi Sion aja,"jawabnya tak mau kalah. Batara semakin tertawa keras. Mengerjai istrinya memang sangat menyenangkan.

"Kalau aku nggak potong rambut, kamu bakal ngapain?"

"Bakalan minta foto minimal lima kali satu hari lah," jawabnya enteng. Batara meringis mendengar jawaban istrinya. Semenjak menikah dengan gadis itu hidupnya berubah seratus delapan puluh derajat. Yang dulu tidak suka kamera, jadi sering berfoto karena Melati. Yang dulunya bangun sangat cepat, sekarang jadi lama. Yang dulunya makan saja pun malas, sekarang begitu rutin. Tidak heran badannya semakin berisi dan bagus.

Pernah sekali Batara marah dan tidak mau makan hanya karena Melati tidak mau mengeringkan rambutnya. Alhasil pria itu tidak makan satu hari penuh. Gengsinya mengalahkan semuanya. Melati saat itu hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Batara. Batara sedikit lebih manja setelah menikah. Lena, mamanya juga menyadari hal itu.

"Kamu hanya mengambil untung," jawab Batara.

"Untung gimana? Kan suami?"

"Pokoknya untung."

"Tau ahh gelap."

Setelah semua selesai beres-beres. Melati mengajak Batara keluar dari hotel. "Ayo, Ai!" Batara seperti menunjukkan kegelisahan. "Kenapa?" tanya Melati. "Ai, kamu bisa pergi duiuan ke pantai? Nanti aku nyusul, restoran sedikit bermasalah," jelas Batara tidak enak pada Melati.

𝑷𝒆𝒍𝒖𝒌𝒂𝒏 𝑺𝒂𝒂𝒕 𝑺𝒆𝒏𝒋𝒂  (𝙀𝙉𝘿) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang