Chapter 46 - Batara Tidak Suka

12.3K 824 65
                                    

🎶 Kenangan Manis – Pamungkas

***

Semenjak tiga hari yang lalu, cinta Melati pada suaminya semakin besar. Apalagi mengingat ciuman yang diberikan oleh Batara padanya. Hari ini, mereka sedang bersiap-siap untuk menjalankan aktivitas masing-masing. Batara dan Melati berada di mobil mereka. Seperti biasa gadis itu selalu saja menatap suaminya dengan tatapan cinta. Batara tentu saja sudah terbiasa mendapat perlakuan seperti itu dari istrinya.

"Ai... nanti malam kita nonton drakor yuk? "

"Drakor? Melati mengangguk mengiyakan menunjukkan giginya. Batara sejenak berpikir. Cobaan apalagi ini?" Batinnya.

"Harus? "

"Iya, kamu nggak mau ya? Ya udah kalau kamu nggak mau, aku aja yang nonton sendiri," ucap Melati dengan nada merendah. Dia sudah tahu bahwa Batara pasti akan menolaknya.

Gadis itu berusaha tersenyum meski sebenarnya hatinya dan perasaannya sakit. Mengetahui Batara yang tidak pernah mengucapkan kata cinta padanya. Setiap hari hanya gadis itu yang mengucapkan kata-kata itu. Dia selalu sabar dan setia menunggu kata itu.

Batara terdiam, dia tidak tahu harus mengatakan dan berbuat apa. "Pulang jam berapa?" tanyanya setelah sampai di depan gerbang kampus Melati. Melati menoleh, "Jam lima, Ai. "

"Kabarin setelah pulang," kata Batara. Melati hanya mengangguk lalu membuka pintu mobil. Tapi sebelumnya, Batara menghentikan gadis itu. Dia menahan pergelangan tangan istrinya. Melati menoleh. Batara menatapnya intens. "Ke, kenapa, Ai?" kata Melati gugup karena tatapan Batara.

Batara mendekat dan mencium lama kening istrinya. "kamu lupa minta ciuman dari aku," kata Batara. Melati tersenyum malu lalu dia mencium pipi kanan suaminya. "Dah... suami aku..." katanya melambaikan tangannya. Batara tersenyum tipis.

Melati berjalan ke dalam,rasa kesalnya sedikit berkurang. Dia sengaja melakukan hal itu tadi, hanya ingin tahu bagaimana respon suaminya. Dan ya suaminya mengingatkan.

"Mel!" Melati menoleh. Di sana ada Della teman sekelas Melati. Melati tersenyum, "Hai... "jawab gadis itu melambaikan tangannya. "kamu udah siap tugas praktikum?" tanya Della. Melati mengangguk.

"Kok bisa sih? Susah banget tahu nggak?" kata Della sedikit frustrasi. Della saja yang katanya yang paling pintar di kelas tidak bisa menyelesaikannya. Jika kalian lupa, Melati mempunyai suami yang selalu bersedia membantunya.

Melati tersenyum, "Nanti malam kita kerjain bareng, mau?" Della tersenyum senang. "Beneran?" Della sangat senang dan begitu antusias. Della ingin tahu kenapa temannya itu bisa mengerjakan tugas dengan benar dan selalu tepat waktu.

Melati dan Della beda meja. Della penasaran bagaimana Melati bisa menyelesaikan soal dan tugas, jadi dia mencoba untuk berteman dengan Melati.

Melati dan teman-temannya sedang berada di kantin. Melati hanya memesan es teh. Dia tidak ingin memakan makanan apapun. Perutnya sedang tidak enak.

"Jadi kita pulang bareng ke rumah Lo?" Della menyeruput es buahnya. Melati mengangguk. Aku dijemput kok, jadi tenang aja. Della hanya menganggukkan kepalanya.

Pukul lima sesuai perjanjian, Batara menunggu istrinya di parkiran. Melati dan Della berjalan bersama. Batara melihatnya dari mobil. Pria itu menyipitkan matanya.

"Hai Ai?" Melati masuk ke dalam mobil dan Della masuk ke kursi belakang. Sejenak Della seperti heran atau menganga. Melihat siapa yang menjemput Melati temannya itu.

"Kak, Kak Batara?" ucap Della. Melati dan Batara menoleh ke belakang. Alis Batara bertautan. "Kamu kenal?" kata Melati. Batara hanya melihat istrinya.

"Iya, gue suka banget sama Kak Batara. Pengen banget ketemu, seriusan ini bukan mimpi kan? Masa sih? Aku ketemu sama Kak Batara?" Della tidak menyangka akan ketemu orang yang sudah lama dia kagumi karena kepintarannya.

Batara menjalankan mobilnya, jujur saja dia tidak suka melihat Della. Batara melihat ke istrinya dengan tatapan bertanya. Melati hanya tersenyum masam. Dia lupa jika suaminya tidak suka orang asing.

"Jadi kakak Lo itu, kak Batara Mel? Kok Lo nggak bilang sih? Tahu gitu gue bakal tiap hari ke rumah Lo", ucap Della lagi.

"Eh? Itu... bukan..."

"Jadi tugas Lo selama ini Kak Batara yang bantu? Mau dong juga dibantu ngerjain tugas," katanya lagi. Della benar-benar sangat antusias melihat Batara secara langsung.

"Kenapa jadi gini?" Batin Melati.

Di perjalanan, Batara hanya bisa berdeham guna Della supaya tidak ribut. Namun sebaliknya, gadis itu semakin ribut dan terkesan caper pada Batara.

"Iya, gue menjuarai tingkat nasional di bidang kimia kemarin, ya gue tolak aja. Ya karena gue nggak terlalu suka kuliah di Singapur." Lagi dan lagi Batara hanya bisa bersabar.

Batara menoleh pada istrinya yang merasa minder karena celotehan Della. Batara sudah tidak tahan lagi.

"Terus gue kemarin..."

"Bisa diam? " ucap Batara berhasil membungkam mulut Della. Melati tersenyum kikuk, suaminya benar-benar marah.

Mobil mereka parkir dengan selamat di garasi. Melati dan Batara diikuti Della masuk ke dalam rumah. Della penasaran, sepi tidak ada siapa-siapa di sana.

"Orang tua Lo di mana?" tanya Della. Batara memutuskan untuk masuk ke kamar dan mandi. Sedangkan Melati langsung ke dapur mengambil cemilan dan menyediakan minuman. Della hanya mengikuti Melati.

"Kak Batara ke mana?"

"Lagi mandi," jawab Melati seadanya. Sejujurnya dia sedikit tidak suka saat Della selalu saja meninggikan dirinya di depan suaminya. Mengingat dia tidak pernah mempunyai prestasi apapun selama di SMA.

Melati dan Della duduk di sofa di depan. Mereka mulai mengerjakan tugas kuliahnya. Kak Batara nggak ikut? tanya Della lagi. Padahal Melati tahu pasti Batara tidak menyukai Della. Mungkin pria itu sedang ada di kamar dan bermain game.

"Handuk yang warna putih di mana?" tanya Batara keluar dari kamar dengan rambut basahnya. Pria itu baru keramas.

"Ada, di kamar nggak ada?" kata Melati berdiri berjalan menuju kamar.

"Nggak usah, kamu belajar aja, aku pakai yang ini aja," ucap Batara menahan pergelangan tangan istrinya.

Melati menurut. Dia kembali duduk. Batara memilih duduk di depan TV. Della sedari tadi melihat kedekatan Batara dan Melati.

"Kakak adek kompak Ya?" kata Della. Melati dan Batara saling melihat. Batara dan Melati menghiraukannya.

"Jadi ini gimana? Masa yang dipakai yang ini?" kata Della menentang pendapat Melati.

"Kan kita pakai tanda koma sebelum kutip, kan harus sesuai KBBI?" jawab Melati menentang Della.

"Kamu nggak pernah ikut les bahasa Indonesia ya?" kata Della lagi. Kali ini bahasanya sedikit kasar. Melati hanya diam. Batara menoleh. Dia benar-benar tidak suka melihat Della seperti itu pada istrinya.

Batara berdiri menarik tangan Melati. Melati tersentak, "Aku mau ngomong," ucap Batara.

Della melihat kepergian Melati yang masuk ke dalam kamar. Della tampak berpikir, kenapa Melati dan Batara begitu dekat dan mesranya. Della penasaran lalu berjalan menuju ruangan yang dimasuki oleh Batara dan Melati. Della mengintip dari pintu yang sedikit terbuka. Matanya membulat melihat apa yang terjadi di sana. Dia mundur. Ternyata pikirannya benar sejak awal.

***

𝑷𝒆𝒍𝒖𝒌𝒂𝒏 𝑺𝒂𝒂𝒕 𝑺𝒆𝒏𝒋𝒂  (𝙀𝙉𝘿) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang