Chapter 18 - Hari Spesial

19.8K 1.8K 49
                                    

🎶 Beautiful in White - Westlife

***

Dua minggu telah berlalu, besok adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh Melati. Dimana dia akan menikah dengan pria yang sudah lama dia mimpikan. Sungguh mustahil bukan? Tapi , apa yang tidak mungkin? Jika kau percaya.

"Sayang, barang kamu sudah siap?" tanya Yanti pada putrinya yang sibuk dengan koper kecilnya. Gadis itu mengangguk.

"Sayang, Bunda mau ngomong. Sambil kamu beresin barang-barang kamu, sambil dengerin Bunda ya sayang?" kata Yanti mengelus rambut Melati dengan sayang.

"Iya Bun, ngomong aja."

"Sayang, sebentar lagi kan, kamu itu sudah milik dan menjadi hak suami kamu. Ayah sama Bunda cuman minta sesuatu, bersikap baiklah pada suamimu. Layani dia dengan baik. Patuhi suamimu. Ingat, semua akan beda setelah kamu menikah. Masalah-masalah akan datang silih berganti. Kamu akan dipaksa untuk dewasa sebelum waktunya. Tapi ingat, apa pun masalah mu jangan datang ngadu sama Bunda. Tapi, sama Mama mertua kamu. Ngomong baik-baik sama Mama Lena. Mama mertua kamu itu baik loh, jadi kamu juga harus baik sama mama mertua kamu. Ingat, lebih banyak luangkan waktumu pada keluarga suamimu, Ayah sama Bunda itu urusan belakangan. Kamu itu sudah menjadi bagian dari keluarga suamimu. Ayah sama Bunda sayang banget sama kamu. Yang terbaik selalu kami lakukan untuk anak-anaknya. Kamu paham kan sayang?"

Gadis itu terharu, dia menangis sambil mengangguk. Dia memeluk Bundanya erat.

"Maafin Melmel Bunda. Melmel belum bahagiain Bunda."

"Iya sayang. Kalau kamu bahagiain mertua kamu, kamu sudah bahagiain Bunda sama Ayah. Jangan buat Ayah sama Bunda malu. Oke sayang?"

Gadis itu mengangguk lagi.

"Ya sudah. Kamu siap-siap ya. Bentar lagi kalian berangkat," ujar Bundanya. Dia meninggalkan putrinya di kamar sendirian.

Dia membereskan segala pakaiannya untuk dibawa ke rumah Batara. Mereka akan menikah di sana. Dia hanya membawa pakaian santainya dan sederhana saja.

"Sudah siap?" tanya Batara yang datang ke kamar gadis itu. Dia menutup pintu.

"Hah? Sedikit lagi Ai," jawabnya. Dia melanjutkan pekerjaannya.

"Aku bantu," kata Batara ikut duduk di depan gadis itu. Melati tersenyum.

"Jangan, Ai!"

Batara berhenti  saat ingin menyentuh pakaian gadis itu.

"Kenapa?"

"Aku malu."

"Malu?" tanya Batara ambigu.

Gadis itu mengangguk, "nanti kamu lihat pakaian itu, anu, aku malu," kata gadis itu dengan wajah memerah.

Batara mengulum senyumnya, kenapa dia begitu polos? Dia buat aku geram, batinnya.

"Kenapa harus malu? Terus, nanti kalau kamu beresin baju aku, kamu malu juga?" pancing Batara.

"Ai! Kok ngomong gini sih? Ya, kalau aku beresin baju kamu nggak papa. Aku kan cewek, kamu kan cowok? Kan beda?"

"Bedanya?"

"Ya itu.. ya..."

"Nggak ada bedanya. Kalau kamu bisa beresin punya aku. Berarti aku juga bisa beresin punya kamu," ucap Batara dengan wajah serius. Melati meneguk ludahnya.

"Iya Ai, iya."

Kedua calon suami istri itu membereskan dengan cepat.

"Kamu cuman bawa lima pasang?" tanya Batara.

𝑷𝒆𝒍𝒖𝒌𝒂𝒏 𝑺𝒂𝒂𝒕 𝑺𝒆𝒏𝒋𝒂  (𝙀𝙉𝘿) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang