Chapter 52 - Perencanaan

10.2K 773 51
                                    

🎶 Hump – Pentagon

***

Melati tengah sibuk dengan baju-bajunya. Gadis itu mempersiapkan segala hal yang akan dibawa untuk liburan nanti malam. Mereka berencana berangkat malam karena permintaan Batara. Melati hanya menurut pada suaminya itu. Melati sibuk mencoba baju pantainya. Sudah lama dia tidak memakainya. Baju berbahan tipis itu sangat pas di kulit putihnya.

Melati sangat senang, hingga dia berputar-putar di depan cermin di kamar mereka. Tentu saja karena Batara sedang berada di luar. Pria itu sudah pulih dari kecelakaannya kemarin. Dan Melati istri yang sangat baik. Yang selalu mendoakan Batara supaya lekas pulih.

Ceklek.....

Pintu kamar terbuka, tapi gadis yang dari tadi mencoba baju pantainya di depan cermin belum sadar akan kehadiran Batara. Dia sedang sibuk sampai-sampai tidak sadar sampai sekarang.

Sementara Batara, dia menatap istrinya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. Dia masih setia di dekat pintu yang sedikit terbuka. Kemudian, dia berjalan mendekati Melati.

"Baju yang itu nggak usah dibawa," ucapnya setelah duduk di ranjang milik mereka.

Melati terlonjak kaget, "A, Ai?" Pipi gadis itu merona malu. Dia malu karena ketahuan sedang mencoba baju-baju yang sedikit seksi itu. Dia segara menutupi dadanya dengan kedua tangannya.

"Tapi kenapa?" tanya Melati bingung.

Jantung gadis itu bergemuruh. Dia masih tetap dengan posisi seperti tadi. Batara dia berjalan mendekati istrinya. Melati mundur karena mendadak gerogi. Melati berhenti karena meja rias yang di belakangnya. Sementara Batara sudah tepat di depan gadis itu. Hanya beberapa cm lagi, maka hidung mereka akan bersentuhan.

Batara sedikit menunduk dan membuat tangannya di kedua sisi Melati. Melati meneguk ludahnya kasar. Akhir-akhir tingkah Batara sedikit lebih agresif.

"Kamu, kamu ngapain?" Melati berusaha menetralkan jantung dan pikirannya yang berkecamuk.

Batara menatap gadis itu semakin dalam. Melati menunduk tidak tahan dengan tatapan Batara yang begitu tajam dan memikat itu. Batara masih tetap diam dan akhirnya membuka suara. Batara menggerakkan tangannya dan menggenggam tangan istrinya. Perlahan dia mengelus tangan itu hingga ke pundak gadis itu yang begitu halus. Melati merinding.

"Nga, ngapain sih, Ai?" ulang gadis itu bertanya.

Ya Tuhan! Batara kenapa? Batin Melati memberontak.

Batara mencium kening Melati. Lumayan lama. Melati tersenyum dalam hati. Sedikit bingung dengan tingkah aneh suaminya. Lalu, Batara berbisik pelan di telinga gadis itu.

"Baju tali satu ini jangan dibawa, atau semua baju-baju mu yang di lemari aku buang," katanya santai tapi menekan.

Batara kembali ke posisinya menatap gadis itu. Melati sedikit kecewa dan juga bingung. Padahal, dia ingin sekali membawa baju pantai itu. Melati mendorong pelan dada Batara, dia berdiri dan menatap tajam pada Batara. Kamu aneh, kata Melati. Dia hendak pergi dari sana, tapi Batara menahannya, sehingga Melati kembali ke posisinya.

"Ai, udah! Jangan buat aku jantungan kayak gini," jelas gadis itu dengan sedikit merengek. Dia memang jujur apa adanya.

"Kamu kenapa, sih?" tanya Melati lagi.

Batara memejamkan matanya. Dia sungguh bingung menghadapi istrinya yang begitu kelewat polos itu. Istrinya benar-benar menguji adrenalin nya.

"Ai, kenapa?"

"Aku nggak suka kamu pakai pakaian ini, terlalu terbuka, nanti kamu masuk angin," jelas Batara setengahnya.

"Masuk angin? Ya kali masuk angin," jawab Melati.

𝑷𝒆𝒍𝒖𝒌𝒂𝒏 𝑺𝒂𝒂𝒕 𝑺𝒆𝒏𝒋𝒂  (𝙀𝙉𝘿) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang