Chapter 24 - Buku Biru

14.7K 1K 39
                                    

🎶 Pelangi di Bola Matamu - Jamrud

***

"A, Ai?"

Ya, itu adalah Batara suaminya. Gadis itu mengedipkan matanya beberapa kali. Dia seperti bermimpi. Batara berjalan mendekatinya. Membuat jantung gadis itu berdebar kencang. Padahal mereka sering komunikasi hampir setiap malam. Tapi, kali ini rasanya berbeda. Apa mungkin karena LDR-an? Entahlah.

"Ini, ini beneran kamu, Ai?" tanya gadis itu mendekat dan menyentuh wajah suaminya. Mencubit pipi suaminya pelan. Seperti tidak bertemu selama berabad-abad.

"Nggak," jawab Batara.

"Iya, ini beneran suami gantengnya aku. Ai ku. Aku kangen. Peluk..." Gadis itu merengek dan matanya berkaca-kaca. Dia merindukan suaminya. Gadis itu memeluk suaminya erat. Melepas rindu yang sangat besar.

"Harumnya kamu," kata gadis itu menghirup aroma Batara. Aroma yang begitu dirindukannya. Batara dia membalas pelukan istrinya.

"Peluknya nanti, nanti terlambat." Gadis itu menggeleng.

"Bentar lagi, Ai. Kamu gitu banget sih? Istri kamu lagi kangen," jawab gadis itu merenggut kesal.

"Nanti, atau nggak sama sekali," ancam Batara.

Mendengar itu, gadis berseragam SMA lengkap itu langsung melepaskan pelukannya.

"Kamu jahat tahu nggak, Ai?"

"Marahnya nanti, ayo aku antar."

"Kamu bawa mobil?" tanya gadis itu dengan kepala melihat-lihat ke arah gerbang.

"Nggak. Naik motor, ayo!" Batara berjalan ke motornya. Lebih tepatnya motor yang disewanya tadi.

Gadis itu mengikuti Batara. Batara memberi helm dan Melati memakaikannya.

"Ai, kamu nggak ke rumah dulu?"

"Nanti aja. Setelah ngantar kamu."

"Oke."

Motor mulai berjalan membelah kota Bandung. Pagi ini masih sepi. Cocok untuk orang yang sedang menikmati aroma pagi hari. Gadis itu senyum-senyum sendiri saat di atas motor. Dia bisa memeluk Batara sepuasnya. Batara bisa melihat dari kaca spion bahwa gadis itu begitu senangnya. Senyum pria itu begitu tulus dan manis.

"Ai, nanti turunin aku agak jauh dari gerbang sekolah ya?" ucap gadis itu sedikit berteriak.

Batara tidak menjawab, tapi dia tahu apa maksud dari istrinya. Akhirnya mereka sampai, Batara menurunkan Melati di tempat yang gadis itu inginkan.

"Makasih banyak suami ganteng aku," ucap gadis itu tersenyum sangat manis sekali. Dia memberikan helm yang dipakainya dan Batara menerimanya. Batara tersenyum tipis.

"Ai, ngomong dong! Entah apa gitu? Kamu nggak kangen ya sama aku," gadis itu kesal saat Batara sejak tadi hanya diam.

"Ngomongnya nanti. Nanti terlambat. Sana masuk!" ucap Batara dengan suara nyaring, lebih tepatnya enak didengar telinga.

"Ya udah. Bye, Ai. Jangan ke mana-mana ya. Nanti kalau aku pulang sekolah, kamu harus ada di rumah!"

"Iya."

Gadis itu tersenyum, lalu berlari kecil menuju gerbang sekolahnya. Batara melihat dan mengawasi sampai istrinya benar-benar masuk ke sekolah. Setelahnya, dia menyalakan mesin motornya. Lalu, beranjak dari sana. Dia berencana ingin pulang ke rumah gadis itu.

Sesampainya di rumah Melati

"Eh, mantu Bunda? Kok nggak ngomong dulu mau datang?" sambut Yanti saat tidak sengaja melihat Batara turun dari motornya.

𝑷𝒆𝒍𝒖𝒌𝒂𝒏 𝑺𝒂𝒂𝒕 𝑺𝒆𝒏𝒋𝒂  (𝙀𝙉𝘿) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang