Chapter 7- Jalan-jalan

27.6K 1.9K 27
                                    

🎶 Way Back Home - Shaun

***

"Hehehehe maaf kak. Habisnya aku suka banget sama kak Melmel." Febby merasa tidak bersalah atau takut pada Batara. Dia tersenyum. Batara? Dia tidak tega memarahi adik kecil nya itu.

Setelah Febby keluar, Batara melihat akun gadis itu. Potonya sangat banyak di sana. Setiap momen dan hal baru pasti selalu ada.

"Inikan yang tadi?" ucapnya saat melihat poto Melati dengan buku novel yang baru diberikan oleh adiknya Sandy. Senyum kecil terukir saat Batara membaca tulisan dari poto gadis tersebut.

Buku novelnya comel, kayak aku. Jangan minta! Aku nggak akan kasih. Soalnya skrg aku pelit.

Kantuk menyerang pria itu, matanya lelah melihat poto yang sangat banyak. Dia tertidur dengan handphonenya di tangannya.

"Batara!! Bat..." Lena berhenti memanggil nama putranya itu saat dia melihat sudah tertidur. Lena menyelimuti dengan sayang. Dia mengambil smartphone  pria itu dan tak sengaja melihat. Inikan poto Melati semua? batinnya. Lena tersenyum, lalu mematikan benda pipih itu. Dia mematikan lampu dan menutup pintu.

"Batara udah tidur Mah?" tanya Winata pada istrinya. Lena mengangguk. "Padahal Mama cuman mau bilang, kita besok mau jalan-jalan."

"Besok aja, lagian Darwin belum kita kabari."

"Kabari aja langsung, biar mereka tahu siap-siap besok pagi," tawar Lena. Winata menyetujui dan segera menelepon sahabatnya itu.

"Sudah?" tanya Lena saat melihat suaminya mematikan handphonenya. Winata mengangguk. Mereka memutuskan untuk tidur.

***

"Pagi Bunda, pagi Nenek cantik." Melati, gadis itu sudah bangun. Padahal masih pukul lima pagi. "Eh, anak Bunda. Kak Melisa mana?" tanya Yanti melihat Melati duduk di meja makan.

"Masih tidur Bun," ucapnya sambil mengusap kedua matanya.

"Kalo masih ngantuk, tidur aja lagi," ucap Ira pada cucu remajanya itu. Melati menggeleng dan memutuskan untuk membuka handphonenya. Melihat apa yang terjadi di handphonenya saat dia tidak aktif.

"Oh iya, Om Winata ngajak kita jalan-jalan loh." Yanti melihat ke arah putrinya dengan tatapan aneh. "Beneran Bun?" tanya gadis itu begitu antusias. Ya Tuhan kenapa engkau begitu baik. Bisa lihat Batara lagi dong, batinnya.

"Seneng banget ya kamu?" Malik tiba-tiba datang dari kamar dan duduk di samping Melati. Melati tersenyum. "Abang ikut?" tanya gadis itu. Malik mengangguk. "Batara juga ikut tenang aja," ucap Malik yang mendapat cubitan di lengannya.

"Aww. Sakit loh Dek. Adek Abang kok galak banget?" Malik mengelus bekas cubitan adiknya itu. "Aku nggak nanya dia ikut apa nggak ya?" gadis itu bersedekap di tempatnya. Malik tertawa terbahak-bahak melihat tingkah adiknya.

"Apaan sih, Abang ambigu. Nggak jelas," ucap gadis itu merenggut kesal.

"Ya nggak jelas siapa coba? Abang kan cuman bilang kalo Batara ikut. Kok Adek marah-marah sih?" tanya Malik dengan tawa yang masih terdengar.

"Tau ahh gelap. Melmel mau tidur lagi." Melati beranjak dari sana kembali ke kamar.

"Kamu tuh ya, senang banget buat adeknya marah," ucap Ira yang dibalas senyuman oleh Malik.

𝑷𝒆𝒍𝒖𝒌𝒂𝒏 𝑺𝒂𝒂𝒕 𝑺𝒆𝒏𝒋𝒂  (𝙀𝙉𝘿) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang