shut up b*tch

124 11 3
                                    

Peringatan bagi pembaca sekalian, terdapat adegan yang tidak patut ditiru, dan kata-kata kasar yang tidak boleh dibaca oleh anak dibawah umur 15 tahun. Harap ngertiannya.

— r&p —

"Gito?" gumamku sedikit terkejut.

"Hai, Ren," sapanya.

Anak kecil yang kemungkinan adiknya Gito ini menoleh, melihat kearah Gito lalu mengatakan sesuatu.

"Abangg!" panggilnya.

"Ini adek lu?" tanyaku.

"Iya, dede sini," panggil Gito.

"Gamau, mau sama kakak cantik!" ucap si Dede membuatnya semakin lucu.

"Hmm... Abang bilangin mama ni, 1.. 2.. 3.." ancam Gito. Aku tertawa melihat tingkah mereka.

"Namanya siapa, Git?" tanyaku bangkit dan mengelus kepala si Dede.

"Athala," ucap Gito mendekatiku, oh, mendekati Athala lebih tepatnya.

"Lucu, gue gatau lu punya adek, Git," ucapku memandangi Athala yang masih bersembunyi dibelakangku.

"Emang lu tau apa soal gue?" balasnya yang membuatku sedikit tersinggung.

"Eh, maaf-maaf, bukan itu maksudnya. Ya.. Lu kan ga deket-deket amat sama gue jadi ya--" ucapnya tapi buru-buru kupotong.

"Iya iya, gue ngerti maksud lu." jawabku tersenyum.

"Dede, ayok pulang, ntar dicariin mama lho," ancam Gito. Tapi Athala tidak mau melepas kakiku. Aku hanya tertawa menanggapinya.

"Ren! Eh, ada Gito," panggil Vian menyadari kehadiran Gito, tak lupa sambil membawa sebungkus kentang goreng.

"Iya, yan. Tadi gue ketemu Gito sama adeknya," jawabku.

"Lu pergi sama Vian?" tanya Gito padaku. Waduh, ribet ni.

"Eh, iya, tadi temenin dia beli kado buat doi nya," jawabku. Hening sesaat, terjadi adegan saling tatap antara Gito dan Vian.

"Dede gamau pulang?" Tanyaku mencoba membujuk Athala. Tapi dia menggeleng keras.

"Kenapa hm?" tanyaku berjongkok.

"Dede mau sama kakak cantik. Abang sukanya sama kakak cantik," ucapnya yang sontak membuatku tercengang.

"Ren, ni kentang lu. Kayaknya gue mau langsung ke rumah cewek gue deh, ntar ada salah paham." ucap Vian memberikan kentang goreng padaku.

"Trus gue pulang sama siapa?" tanyaku. Tapi Vian sudah lebih dulu pergi. Aku menoleh pada Gito, memelas.

"Dede, kalau kakak cantiknya ikut pulang dede mau pulang?" tanya Gito pada Athala. Dia terlihat berpikir sesaat, lalu mengangguk tanda setuju.

"Lu pulang sama gue aja, Ren. Biar Athala seneng." ucap Gitu tersenyum kearahku.

"Uuuiiiii... Thanks Gitoo!" ucapku senang.

Emang ya, Vian ga bertanggung jawab banget. Ninggalin gitu aja. Dia yang ngajak harusnya dia yang anter pulang juga dong. Aelah.

"Yaudah, yuk!" Ajak Gito.

Aku bangkit dan menggandeng tangan kanan Athala, tapi Athala malah menggandeng tangan Gito dengan tangan kirinya. Ini terlihat seperti sedikit janggal. Tapi kurasa Gito tidak menyadarinya. Yasudah, kami hanya berjalan menuju parkiran.

Aku dan Athala menunggu didepan, sementara Gito mengeluarkan Udin dari parkiran.

"Kakka," panggil Athala. Aku menoleh dan sedikit menunduk.

Out Of The BoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang