Setelah berlari cukup lama, akhirnya Jo bisa ngejer Alin yang udah masuk ke pelosok keramaian orang-orang.
"Alin! Lo tuh gabisa pelan dikit napa?" tanya Jo kesal.
"Yang minta buat dikejar sama lo siapa?" tanya Alin ketus. Jo diam sejenak, mengatur nafasnya.
"Lo kenapa si? Ada masalah apa lo sama gue?" tanya Jo yang sudah naik pitam. Dia ga suka kalau ada yang suka ngerepotin dia.
"Masalah? Lo yang sadar! Tiap ada masalah selalu gue yang lo salahin, lo ga mikir? Mending lo ngaca sampai buta!" ucap Alin benar-benar emosi, gak peduli orang-orang disekitar melihat kearahnya.
"Trus sekarang, lu dengan gampang pindah ke cowok itu, hm?" ucap Jo, menatap Alin tajam.
"Ok, fine. Setelah lo gue buang, trus lo dipungut sama cowok brengsek itu." ucap Jo yang juga sudah sama naik pitamnya.
"Heh ngaca! Yang brengsek tuh lo. Asal lo tau, Bima ga bakal ninggalin cewek ditengah jalan kayak lo! Dan gue bukan sampah, yang bisa lu pungut trus lu buang sembarangan." ucap Alin kesal dan meninggalkan Jo.
Jo hanya terdiam dengan seluruh kekesalannya, sementara Rena dan Gito yang sengaja mengikuti mereka hanya makin merasa gemas dengan keduanya.
"Pantesan aja Alin gampang ribut sama Jo," ucap Rena.
"Jo gamau ngalah, emosian." Sambung Gito.
"Eh tapi, tadi Jo bilang Alin deket sama cowok. Siapa tadi? Bima?" tanya Rena mencoba mengingat pembicaraan Alin dan Jo tadi.
"Iya, Bima. Kayaknya waktu Jo sama Alin ribut, Alin ketemu sama Bima," ucap Gito.
"Terus mereka deket, dan Alin ngerasa Bima lebih baik dari Jo! Oh iya bener gitu pasti!" ucap Rena heboh sampai menarik perhatian orang-orang disekitarnya.
"Ehehe, punten kak, abang, monggo dilanjut lagi," ucap Rena membungkuk sambil cengengesan, begitu pun Gito. Syukurlah Gito ga pernah malu punya cewek kayak Rena yang hobinya ceplas ceplos.
— r&p —
Cekrek
Suara jepretan foto yang sudah tak asing itu bergema disetiap jengkal rongga kepala Aldi. Karya terbaiknya belum selesai untuk pameran besok. Dia belum menemukan objek dengan makna yang tepat dengan apa yang digambarkannya.
Cekrek
Lensa kamera itu kembali berputar, memotret deret buku perpustakaan. Percuma saja, dia sudah menelusuri hampir semua ruang di sekolahnya, tapi belum ada yang dapat memikat lensa hatinya. Dia memutuskan untuk keluar, mencari inspirasi ditengah keramaian sekolah.
Lalu, gadis bersurai kecoklatan itu lewat.
"Ney!" panggil Aldi melihat Ney, teman istimewanya. Ney menoleh, mendengar seseorang memanggilnya.
"Kenapa, Di?" Tanya Ney tersenyum manis.
"Ah, lu mau kemana?" tanya Aldi seketika gugup.
"Ke kelas, lu mau ikut? Atau lu masih sibuk sama kamera lu?" tanya Ney lembut.
"Oh iya, itu.. Gue lagi nyari inspirasi buat pameran besok," ucapnya memberanikan diri.
"Oohh, semangat ya! Gue tunggu hasil jepretan lu di pameran besok," ucap Ney lantas kembali ke kelasnya. Aldi tertegun, dia bersemangat karena ucapan Ney tadi.
Sebenarnya dia berniat meminta Ney menjadi objek fotonya, tapi itu terlalu beresiko untuk seorang Aldi yang jarang berkontak dengan gadis. Awalnya hendak berjalan ke kelas, Aldi malah melihat sosok lain yang mungkin bisa membantunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Out Of The Box
Random"Cinta itu bukan permainan, lu ga akan tau arti cinta sampai lu tulus ngerasainnya." "Gue bakal ubah pandangan lu tentang cinta, percaya sama gue." - r&p - Renata Sanggita Petra. Gelar boy killer sudah disematkan padanya sejak kelas 8 SMP. Wajar saj...