tiga.

56 6 3
                                    

"Rena? Kenapa?" tanya Lia melihatku memasuki kelas dengan wajah tak karuan. Terserah apa namanya, pokoknya tampangku sedang buruk.

Aku tak menjawab, hanya diam. Lia duduk disampingku, bertanya. Tapi yang kulakukan hanya memandang jendela.

"Napa, Ren?" tanya Lia.

"Emang salah gue percaya lagi sama cinta." ucapku datar.

"Kenapa, hei? Diganggu siapa?" tanya Lia lembut.

"Harusnya gue ga pernah percaya lagi sama yang namanya cinta. Hidup dalam kepura-puraan aja udah cukup indah buat gue, Li. Tapi begitu gue mulai jatuh lagi kedalamnya, malah gue yang dipermainkan." ucapku. Lia hanya diam, mengelus pundakku.

"Lu kenapa? Gito ya?" tanya Lia.

"Dia ngebentak Ren, nyalahin Ren karena Ren nenagin gue. Tapi dia sendiri duduk berdua sama Jezille," jelasku pelan.

"Jadi kalian sama-sama cemburu?"

Aku mengangguk. Memang begitu kenyataannya.

"Lu tau Ren udah kayak abang buat gue, gue gasuka liat dia dibentak gitu.. Apalagi sama Gito. Gue bingung, Li.." keluhku.

"Bingung kenapa lagi, Ren? Lu mah semua hal dibingungin, kayak ga ada hal lain aja buat dikerjain," ucapnya.

"Ren bilang, kalau gue ga akan tau arti cinta sampai gue tulus ngerasainnya. Itu bikin gue sadar, gue mau mulai nerima Gito. Tapi detik berikutnya Gito datang dengan gak bersahabat, dan bentak Ren." jelasku.

"Ya terus?"

"Sebenarnya salah siapa, Li? Gue? Karena gue deket sama Ren? Gue bingung harus gimana ke Gito.." ucapku.

"Gue gabisa bantu apa-apa, Ren. Tapi kalau gue ada di posisi lu, gimana pun kenyataannya gue bakal minta maaf. Lu tau, kayaknya cuma salah paham deh," ucap Lia.

Aku tetap diam, memandang kearah jendela disamping tempat dudukku. Setidaknya sampai guru masuk dan memulai ulangan selanjutnya. Hah... Mood-ku benar-benar kacau hari ini.

- r&p -

Bel pulang sekolah berbunyi sejak tadi. Yang kulakukan hanya diam di depan gedung sekolah, melihat sekeliling, tapi belum juga melihat Gito. Tidak, bukannya aku ingin apa. Hanya ingin minta maaf, sebelum salah paham ini makin besar.

Sekolah mulai sepi, aku masih menatap bagian dalam sekolah, menunggu Gito keluar dari sana. Tapi yang kulihat malah Ren. Jujur, aku sedang tidak dalam mood untuk bertemu dengannya.

"Rena," panggilnya pelan. Aku diam, tak berniat membalas.

"Sorry, kayaknya hubungan lu jadi kacau gara-gara gue. Gue minta maaf," ucap Ren. Aku tersenyum.

"Gapapa, Ren. Bukan salah lu kok, cuma angka tiga di hidup gue doang," ucapku santai dengan senyum miris.

Kemudian, kulihat Gito muncul dipandangan mataku.

"Eh, Gito," panggilku pelan, tapi Gito malah memakai earphone-nya dan berlalu. Dia sempat melihatku, melirik sekilas lalu kembali pergi. Aku membeku melihatnya.

"Rena," panggil Ren yang juga menyadari kehadiran Gito walau sesaat.

"Bener gapapa? Gue ga enak jadinya, Na," ucap Ren.

"Gapapa, Ren. Biasa kok," ucapku memandangi Gito yang berlalu santai dengan Udin.

"Angka tiga, cek cok ya?" tanya Ren. Aku kembali menatapnya, lantas mengangguk.

Out Of The BoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang