"Eh, Ara balik tuh," ucap Rena melihat Ara datang.
"Udah kelar?" tanyaku melihat Ara yang kembali. Dia hanya mengangguk. Aku kembali bangkit dan mengecek foto.
"Udah kak?"
"Udah, gue potong dulu bentar," ucap kak Evy. Aku berdiri bersandar ke meja kasir.
"Ren, lu kalau suka sama Rena kenapa jadian?" tanya kak Evy.
"Gabisa gitu lah, kak," ucapku tersenyum miris.
"Udah ada yang punya ya?" tebak kak Evy.
"Iya, telat gue," ucapku mengakuinya.
"Yaelah sabar, belum nikah, masi bisa ditikung," ucapnya fokus memotong foto.
"Ga ah, gue gamau doa yang nggak-nggak buat Rena. Biarin aja dia sama yang lain, yang penting dia bahagia," ucapku memandang kearah Rena yang mengobrol dengan Ara. Lalu Rena melihatku, dan menghampiriku.
"Napa Na?"
"Gapapa, mau liat doang," ucap Rena.
"Kak, yang punya gue ntaran aja ya." bisikku pada kak Evy.
"Apa? Kok bisik-bisik?" tanya Rena kepo.
"Ngga, lu liatin dah. Gue mau ngemil," ucapku menghampiri Ara, duduk dan menikmati camilan kak Evy.
"Ren," panggil Ara, wajahnya tampak serius.
"Kenapa?"
"Ada.. Orang yang lu suka ga?" Tanya Ara tiba-tiba.
"Ngapain nanya gitu?"
"Ada ya?"
Aku mengangguk, enggan mengiyakan tapi memang benar adanya.
"Ohh, gitu. Telat deh gue," ucap Ara menunduk.
"Maksudnya?" tanyaku heran. Kenapa atmosfernya sedikit aneh disini?
"Lu suka banget ya sama orang itu?" tanya Ara lagi.
"Ya gitu, tapi dia udah punya orang lain," ucapku miris.
"Perasaan lu gimana? Kalau liat dia dengan orang lain?" tanya Ara masih tersenyum, senyuman yang sama denganku.
"Ya mau gimana lagi, Ra, gue gabisa nikung. Gue gamau dia sedih karena kehilangan orang yang dia sayang," ucapku berusaha gak ngelihat Rena.
"Gue tau," ucap Ara.
"Apa?"
"Lu suka sama Rena kan?" tanya Ara membuatku sedikit panik.
"Lu... Tau dari mana?" Tanyaku gugup.
"Gue tau kok, dari cara lu ngeliat Rena, bahkan lu niat banget ngumpulin foto Rena sampai sebanyak itu," ucap Ara. Kurasa dia melihat foto-foto itu.
Srak!
"Ren..?" ucap Rena yang ternyata mendengarkan, entah sejak kapan. Foto-foto yang dipegangnya berhamburan, jatuh tak karuan.
"Rena? Sejak kapan?" tanyaku panik.
"Lu yang sejak kapan? Sejak kapan lu nyimpan rasa ke gue?" tanya Rena, tidak terlihat kaget.
"Sorry, gue ga bermaksud buat ngambil lu dari Gito," ucapku menunduk. Semua ini karena Ara.
"Gapapa, Ren. Gue cuma agak kaget aja, ternyata selama ini," ucap Rena menunduk.
Ara berjalan kearah Rena, memunguti foto-foto yang berserakan. Rena ikut menunduk mengumpulkan foto-foto itu.
"Na, sorry," ucapku lirih. Rena bangkit menyimpan foto-foto itu ke meja. Sekilas menatapku dengan senyumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Out Of The Box
Random"Cinta itu bukan permainan, lu ga akan tau arti cinta sampai lu tulus ngerasainnya." "Gue bakal ubah pandangan lu tentang cinta, percaya sama gue." - r&p - Renata Sanggita Petra. Gelar boy killer sudah disematkan padanya sejak kelas 8 SMP. Wajar saj...