Sekolah mulai ramai, satu persatu siswa mulai berdatangan, melihat persiapan Festival Seni di lapangan, juga stan-stan di setiap kelas yang mulai terlihat. Aku sendiri sudah sibuk mengecek ulang jadwal hari ini.
Pembukaan akan dimulai jam 8 untuk Pentas Seni di Aula, dan jam 10 untuk Pentas Seni di lapangan. Sementara untuk stan tiap kelas sudah bisa buka sejak jam 7.30. Kelasku sendiri mengadakan stan yang menjual minuman kekinian yang segar untuk menonton Pentas Seni.
Untuk eskul yang mengadakan pameran, kami menyiapkan daerah terpisah di aula, disekitar jam 10 bertepatan dengan dimulainya Pentas Seni di lapangan. Dan seingatku ada stan kelas yang menjual Tteokbokki, kue beras khas korea yang dimasak dengan saus. Nyamm.. aku tidak sabar ingin mencobanya.
"Rena, udah siap hari ini?" tanya Ren yang berdiri disampingku, melihat kearah para siswa yang mulai bersiap.
"Ya.. Gitulah, semoga lancar." ucapku semangat.
"Masih sama Gito, Na?" tanya Ren. Mendengar pertanyaan random itu membuatku menoleh menatapnya.
"Masih," jawabku singkat. Setelah itu suasana canggung. Baik aku dan Ren hanya menatap nanar kearah manusia yang semakin ramai.
"Ren, Rena! Briefing dulu di ruangan," panggil salah seorang kakak kelas padaku dan Ren. Mendengar itu aku dan Ren segera berbalik menuju ruang Osis.
— r&p —
"Pokoknya hari ini harus lancar, jayakan event kita di sekolah ini. Semangat!" tutup kak Rahmat usai memberi arahan singkat. Beberapa anggota kembali pada tugas masing-masing, tapi mataku tertahan saat melihat kak Vano dan kak Rahmat terlihat serius.
"Kak, ada apa? Kayak serius banget," ucapku mendekati mereka. Kak Vano menatap dingin kearahku, sementara kak Rahmat tersenyum lembut. Sungguh perbedaan.
"Gapapa, Na. Kamu ngurus persiapan aja ya," ucap kak Rahmat mengelus pundakku pelan. Aku terdiam, sedikit menjauh dari mereka tapi tak berniat untuk pergi dari sana.
Aku diam di luar ruangan, mendengar pembicaraan kak Vano dan kak Rahmat yang terdengar intens. Semua lancar sampai seseorang menepuk pundakku.
"Rena," panggilnya, aku sontak menoleh.
"Astaga, Ren, apa si?" tanyaku dengan suara sedikit berbisik. Ren menatapku heran.
"Lah lu ngap—"
"Ssttt! Gue lagi nguping kak Vano sama kak Rahmat," ucapku dengan segera menutup mulut Ren, takut suara membuat kak Rahmat dan kak Vano sadar.
"Nguping.. Ngapain?" Tanya Ren heran, tapi dengan suara yang lebih pelan.
"Tadi gue liat mereka ngomong serius, pas gue tanya disuruh pergi aja, jadi gue nguping demi rasa kepo gue." Ucapku kembali fokus menguping.
Alih-alih pergi, Ren malah mengangguk dan ikut menguping.
"Kok lu ngikut?" Tanyaku.
"Biar kalau ketahuan ga cuma lu yang dihukum," ucapnya santai dengan pandangan fokus. Aku tersenyum tipis dan kembali fokus pada pembicaraan ketua dan wakil ketua Osis ini.
"Soal yang kemarin, gimana tindak lanjut dari Osis? Kita yang ngurus atau serahin ke pihak Guru?" tanya kak Vano.
"Gue juga bingung, tapi kasusnya terlalu besar buat kita urus. Itu tawuran Van, Osis aja ga bakal bikin mereka jera." Ucap kak Vano yang membuat mataku membulat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Out Of The Box
Random"Cinta itu bukan permainan, lu ga akan tau arti cinta sampai lu tulus ngerasainnya." "Gue bakal ubah pandangan lu tentang cinta, percaya sama gue." - r&p - Renata Sanggita Petra. Gelar boy killer sudah disematkan padanya sejak kelas 8 SMP. Wajar saj...