piece of lie

91 13 0
                                    

"Ren, gue minta maaf. Gue bener-bener gatau kalau Alicia itu ibu lu, Ren. Gue bener-bener gatau soal ini. Please, maafin gue." ucap Erik menarik tanganku, tapi kutepis.

"Gue tau lu gatau apa apa soal ini, gue bisa maafin lu, tapi please.. Gue lagi butuh ruang sendiri." balasku malam itu, ketika Erik mengajakku keluar sebentar.

"Ruang sendiri? Atau ruang tanpa gue, Ren?" tanyanya menginterogasi. Aku terdiam sejenak.

"Ruang buat diri gue bebas mau ngapain, Rik. Permisi," ucapku mengakhiri pembicaraan dan bangkit dari duduk.

Taman ini tidak jauh dari rumahku, berhubung rumahku dan Erik satu kompleks sekarang. Malam yang dingin, bahkan jaketku tak kuasa menghalaunya. Erik masih belum beranjak, merasa sangat bersalah padaku. Bukan aku tak memaafkannya, aku sudah memaafkannya, tapi melihatnya membuatku mengingat kondisi kakakku.

Tling!

@_.sagitoo
Lu dimana ren?

@renana._
Diluar

@_.sagitoo
Ngapain malam malam gini keluar?

@renana._
Ada urusan, Git

@_.sagitoo
Bisa pulang sendiri kan?

@renana._
Bisa kok

@_.sagitoo
Kalau ada apa apa bilang ya ren

@renana._
Okesip

Gito. Setiap kali aku jatuh, aku ada dalam kondisi tidak stabil, yang ada disampingku selalu Gito. Saat aku dibully, yang muncul menolongku hari itu, Gito kan? Lalu dihari selanjutnya, Gito juga muncul menolongku. Bukan Erik. Bahkan disaat seperti ini, Gito yang menemaniku. Ini membuatku bingung.

Aku mampir sebentar ke minimarket, membeli susu kental manis. Aku kena gangguan insomnia, jadi harus minum susu sebelum tidur, biar bisa tidur nyenyak.

— r&p —

"Ren, ada surat." ucap Lia menunjuk kolong mejaku.

"Surat?" tanyaku heran.

"Iya, dari Rengga kali," ledek Lia.

"Idiieeee amit-amit ya allah," umpatku seraya mengambil dan membuka surat pada selembar kertas itu.

Dear Rena,

Gausah sok cantik! Setelah ngambil Erik dari kita, sekarang lu berani nyakitin hati Erik gitu aja, hah? Kalau lu mau selesaiin ini, datang ke gudang pas pulang sekolah.

Lu tau gue siapa.

Aku menghela napas gusar membacanya. Apalagi mau mereka sekarang? Tidak puas mencampuri urusan hidupku, hah?

"Surat apa, Ren?" Tanya Lia menyadari perubahan raut wajahku.

"Ngga, gapapa, Li." Ucapku menyembunyikan hal ini. Aku tak ingin banyak yang tau.

"Li, gue keluar bentar ya." ucapku seraya melangkah keluar kelas. Kulangkahkan kakiku menuju wc terdekat, aku ingin mengecek bukti dari aksi mereka.

"Bagus, rekaman suara mereka masih kusimpan. Langsung selesaikan saja, Rena, kamu tidak pantas mendapatkan hal ini!" Tegasku pada diriku sendiri.

Aku keluar dari wc, waktu keluar main masih lama. Tidak ada salahnya aku mencari hiburan dari tumpukan masalahku sekarang.

Bruk!

"Ah, maaf, saya ga liat jalan," ucap seorang cowok yang membawa tumpukan buku tak sengaja menabrakku.

"Iya gapapa kok. Mau gue bantu? Lu bisa nabrak orang lagi kalau bawa buku sebanyak itu," ucapku menawarkan.

Out Of The BoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang