third party

19 2 0
                                    

Tanpa disadari, sekarang sudah H-1 perayaan Hari Guru dan H-2 untuk festival seni. Anggota Osis benar-benar sibuk sekarang, bahkan waktuku untuk Gito mulai terkikis. Aku lebih sering pulang sore dengan Ara atau Ren, ketimbang pulang dengan Gito. Bahkan hari ini, di jam 4.30 sore, kami belum pulang.

"Rena, Rena. Itu dekorasi panggung di aula, tolong di pantau. Ren, untuk pameran. Ayo semuanya kerja, waktu kita mepet!" ucap kak Rahmat memberi arahan.

Aku, sebagai penanggung jawab dekorasi panggung mendapat tugas besar untuk memerhatiakan tiap detail panggung di aula. Ah iya, berhubung aula tidak begitu luas kami menggunakan dua panggung. Satu di aula, satu di lapangan.

Khusus di aula, untuk bagian pertunjukkan drama, theater, tari, paduan suara dan sebagainya. Sedangkan diluar, lebih kearah panggung lapangan. Tidak benar-benar ada panggung, hanya sebagian lapangan yang dijadikan tempat konser untuk eskul musik, pertunjukkan semaphore, dan lain-lain.

Tapi sebenarnya aku kurang setuju dengan ide itu.

"Ara! Jadwal mana? Jadwal kegiatan besok," panggil kak Vano yang juga sibuk.

"Kak," panggilku pada kak Rahmat.

"Kalau acaranya di pecah kayak gini apa penontonnya ga pecah juga? Maksudnya, di aula udah bagus, tapi sempit dan rada pengap. Tapi ada beberapa eskul yang gabisa tampil diluar ruangan kan?" Jelasku. Kak Rahmat mengangguk-angguk.

"Jadi kak, gimana kalau jadwalnya kita ubah sedikit?" tanyaku, kak Vano lalu datang memberikan jadwal.

"Jadwalnya ngaco! Kalau acara di aula sama diluar sama jam tayangnya gimana cara orang nikmatinnya?" tanya kak Vano kesal.

"Sabar Van, ini lagi kita bahas," ucap kak Rahmat.

"Kak, anak Fotografi sama anak Seni nanya dimana mereka kumpulin karya pamerannya," ucap Ren.

"Nah itu juga kak, pameran fix nya dimana?" tanyaku. Kak Rahmat terlihat pusing, lelah dengan keluhan kami.

"Guys, kita pikirin sama-sama ya. Rapat dadakan! Semuanya balik ke ruang osis!" ucap kak Villa menengahi.

— r&p —

"Rena, capek ya ngurus keperluan Osis? Sampai mau malam gini," ucap Gito, dia menawarkan untuk mengantar pulang tadi, jadi kuterima.

"Iyaa huweee, capek banget inii!" Rengekku.

"Siapa suruh jadi Osis? Capek kan?" ledek Gito.

"Hmm... Eh iya, Alin sama Jo putus ya?" tanyaku mengalihkan pembicaraan.

"Mana Gito tau," ucapnya.

"Kok gatau sii?? Soalnya ya, dari kacamata penglihatan Rena, Alin sama Jo lagi berantem gituu!" Ucapku antusias.

"Bukannya emang sering berantem?" tanya Gito.

"Tapi yang ini tuh beda, kayak ada something yang dark gitu.." ucapku.

"Hadehh udah udah, udah muncul lagi errornya. Kabel mana yang putus mbak?" Ledek Gito.

"Gito tau ga beberapa hari lalu Alin ngilang, trus dari hari itu Alin sama Jo berantem." Ucapku memulai gosip.

"Yang mamanya Alin sampai nelpon Rena itu?" tanya Gito.

"Iya iya yang itu! Rena kepo ih, penasaran mereka kenapa." Ucapku.

"Mungkin berantemnya sampai ke orang tua," tebak Gito.

Out Of The BoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang