you're only a toy

56 9 1
                                    

"Jadi, gimana kencan kamu, hm?" tanya mama saat aku tiba dirumah.

"Kencan? Rena ga kencan, ma," ucapku mengambil gelas dan mengisinya dengan air.

"Hm? Yakin? Trus cowok tadi siapa?" tanya mama sedikit menggodaku.

"Gito? Bukan pacar Rena, ma," ucapku lalu meminum air digelasku.

"Hmmm... Kalau udah jadian bilang mama ya," ucapnya membuatku tersedak. Dasar emak-emak satu ini.

Tiba-tiba aku teringat kondisi kak Na yang udah sadar, dan dia butuh biaya sekaligus tempat untuk tinggal. Aku tidak yakin tapi aku mencoba mengatakannya pada mama.

"Ma," panggilku. Ah, kujelaskan dulu. Aku didapur dan mama di depan tv, jangan khawatir jaraknya dekat. Dari tempat mama memang bisa melihat kearah dapur.

"Iya," ucap mama datar.

"Ayah mana?" tanyaku.

"Keluar tadi, ada urusan katanya," ucapnya. Ah syukurlah, aku bisa sedikit lega.

"Ehmm gini, ma," ucapku memulai pembicaraan.

"Mama ingat kak Na, ga?" tanyaku hati-hati.

"Nana kakak kamu itu?" tanyanya datar.

"I-iya," jawabku gugup.

"Kenapa dia?" tanya mama. Aku menghela napas, berusaha tenang.

"Kak Na masuk rumah sakit, dan sekarang ditinggal sendiri sementara Alicia dan keluarganya pindah keluar kota," ucapku. Mama menoleh, terlihat tertarik.

"Di rumah sakit? Sakit apa?" tanya mama.

"Pneumonia, komplikasi dari asmanya," ucapku.

"Trus, kok dia ditinggal disini?" tanya mama. Entahlah, aku tak bisa membaca mimik wajahnya.

"Dari yang Rena tau, katanya dia dirawat sama bibinya disini. Tapi tadi kak Na udah siuman, dan kayaknya Alicia ga nyuruh siapa-siapa buat jagain kak Na. Soalnya ga ada yang pernah jenguk kak Na selain Rena," jelasku.

"Lah, ibu kamu itu emang ga bertanggung jawab banget ya, heran mama," ucapnya kesal sendiri. Aku hanya tersenyum kecut.

"Untuk beberapa hari kedepan, kak Na masih boleh tinggal di rumah sakit, tapi kalau dia sudah keluar, Rena khawatir. Dia ga punya tempat tinggal," jelasku.

"Rumah yang kemarin?" Tanya mama.

"Rena gatau soal itu, tapi kayaknya ga mungkin kak Na tinggal disana. Ga ada yang jagain dia, ma," ucapku. Mama ikut berpikir mendengar ceritaku.

"Trus kamu mau minta apa?" tanya mama membaca pikiranku.

"Kan ga mungkin kak Na tinggal disini, soalnya yah.. Mama kan tau sendiri ayah gimana," ucapku.

"Jadi?"

"Kalau bisa gitu, kalau bisa sii, Rena pengen bantu kak Na nyari tempat tinggal. Kayak apartemen, atau kos-kosan gitu. Kak Na juga udah bisa cari uang sendiri kan sekarang, setidaknya buat biaya awal sekaligus biaya rumah sakitnya gitu, ma," jelasku. Mama mendengarkan dengan seksama.

"Kamu mau mama kasih uang?" tanya mama.

"Y-ya kalau bisa gitu, ma, kan ga mungkin minta ke ayah," ucapku ragu.

"Yaudah. Mama kasih uang buat pengobatan kakak kamu, biaya awal kosnya juga mama yang tanggung. Tapi kamu yang urus tempat dan sisanya, mama kasih modal doang, deal?" Ucap mama. Senyumku mengembang.

"Makasih mamaa! Mama emang ter da bes, terbaik, terwaww badai lah pokoknya," ucapku girang.

"Iya udah, sana ganti baju, cuci muka, kucel gitu," ucap mama menyuruhku pergi.

Out Of The BoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang