"Ren. Gue minta maaf ya, gabisa jadi yang terbaik buat lo," ucap Erik sebelum memasuki ruang tunggu. Aku hanya diam.
"Gue boleh minta sesuatu, Ren?" tanya Erik sok drama.
"Jagain kak Na," ucapnya menatapku.
"Sudah jelas, memang siapa yang akan menjaganya kalau bukan gue?" ucapku sewot.
"Ya... Yaudah kalau gitu," ucapnya seraya menggaruk tengkuk.
Aku berdiri diam, menunggunya pergi. Perlahan Erik mulai memasuki ruang tunggu, yang artinya dia sudah resmi akan pindah. Aku ingin terlihat bodoamat, tapi mataku tak bisa berbohong. Bahkan mereka tak mampu melepas pandangan dari Erik.
"Ren," panggil Gito.
"Iya, gapapa kok." jawabku cepat seraya berbalik badan.
Gito mendekatiku, mengangkat tangannya dan menaruhnya diatas kepalaku. Mengelusnya.
"Kenapa?" tanyaku agak terganggu.
"Gapapa, wajar kok kalau lu sedih, Ren," ucap Gito tersenyum padaku.
"Heh, gue ga sedih ya! Ga kok ga sedih nii, ngga kok!" ucapku mengelak.
"Yaudah senyum napa, biar keliatan cantiknya," ucap Gito.
Aku tersenyum sambil memandangnya, membiarkan tatapannya membiusku sesaat. Ya, kuakui itu karenanya aku tak pernah mau benar-benar menatapnya.
"Trus abis ini? Langsung pulang?" Tanyaku, sedikit memberi kode minta diajak jalan.
"Emang mau kemana?" Gito malah balik bertanya.
"Kemana aja, Rena bosan di rumah, pengen jalan-jalan, kemana gituu..." ucapku.
"Jalan-jalannya Rena gimana emang? Ke mall, tempat-tempat kayak gitu kan?" tanya Gito sekaligus menyindir.
"Dihh, Rena ke mall buat ke toko buku sama bioskop doang, sisanya di luar!" Ucapku bangga.
"Yaudah mau kemana?" tanya Gito.
"Jalan aja dulu, suruh udin yang atur tempatnya," ucapku santai.
"Astagfirullah, udin lagi yang kena. Yaudah ayok," ucap Gito menarik tanganku keluar dari bandara.
— r&p —
Disinilah kami. Pinggiran kota, pesisir pantai. Kota tepian air ini sudah pasti dikelilingi pantai, dan desir ombaknya selalu membuatku rindu. Pemandangannya indah, laut biru, pasir putih, dan tidak banyak orang.
"Gito," panggilku.
"Hm?"
"Kok tau?" tanyaku tak mengalihkan pandanganku dari air laut, sedikitpun.
"Tau apa?"
"Rena suka pantai."
Angin berhembus pelan, mengayunkan rambutku dan Gito dengan lembut.
"Rena suka pantai? Gito gatau, kan udin yang bawa, hehe," ucapnya bercanda. Aku meliriknya sekilas, melihat senyum manisnya.
"Rena suka. Pantainya, ombaknya, pasirnya, anginnya, suasananya yang gak ramai, langitnya yang cerah," ucapku mengutarakan semua yang dapat kurasakan.
"Suka pemandangannya?" tanya Gito, aku mengangguk.
"Tau gak kenapa Rena suka pantai?" tanyaku menatap Gito.
KAMU SEDANG MEMBACA
Out Of The Box
Random"Cinta itu bukan permainan, lu ga akan tau arti cinta sampai lu tulus ngerasainnya." "Gue bakal ubah pandangan lu tentang cinta, percaya sama gue." - r&p - Renata Sanggita Petra. Gelar boy killer sudah disematkan padanya sejak kelas 8 SMP. Wajar saj...