plus(+) minus(-)

58 5 0
                                    

Penilaian tengah semester-!

"Soalnya susah, huweee," rengekku pada Gito saat jam istirahat.

"Soal susah aja nangis, lemah," ejek Gito.

"Ish, mau soalnya susah atau gampang tetap tinggian nilai Rena pasti," ucapku percaya diri.

"Hylyh, mentang-mentang pinter," ucap Gito.

"Iya dongg, Rena kan punya otak!"

"Punya otak tapi setengah ga waras," gumam Gito.

"Apa? Rena denger," ucapku sinis.

"Ngga. Rena cantik, Gito sayang Rena," ucapnya. Aku terdiam. Pengakuan tiba-tiba?

"Tapi boong!"

"Hih, yaudah kalau ga sayang, Rena tinggal," ucapku menggodanya.

"Yaudah sana, hush hush!" ucap Gito. Aku berbalik, menatap Gito tak percaya.

"Hiks, tega kamu mas? Tega kamu ninggalin aku? Setelah apa yang udah kamu lakuin ke aku?? Jahat kamu mas.." ucapku ber-drama.

"Eh, eh, Ren, ga gitu, Ren. Astagaa.." ucap Gito gelagapan. Orang-orang mulai memperhatikanku karena ini.

"Yaudah, kalau gitu mau kamu. Aku gugurin aja anak ini, mas!" ucapku dengan nada meninggi.

"Astagfirullah, Rena! Sadar oy!" ucap Gito panik. Gimana ngga, orang-orang udah ngeliatin kita berdua. Apalagi ke Gito, ehe.

"Gito? Lu apain anak orang, jingan?" ucap salah satu dari sekian banyak desas-desus yang terdengar memaki Gito.

"Ngga! Ga gitu, Rena lagi sinting. Kurang obat dia!" Ucap Gito panik.

"Eh, aah maaf maaf, Rena keterusan ngedramanya, hehe, maklumin yaa.. Kabel kuning diotak Rena putus, ehe," ucapku sadar dan membungkuk minta maaf.

"Nah kan, maaf ya maaf, lanjut belajar lanjut," ucap Gito ikut meminta maaf. Orang-orang hanya bergeleng dan kembali pada urusan mereka.

"Rena begooo!" umpat Gito padaku.

"Ga gitu juga kali, kalau mereka kira beneran gimana? Mau masuk BK? Hm?" omel Gito, aku hanya bisa menunduk.

"iya, maaf, Rena salah.." ucapku menunduk.

"Untung mereka maklumi Rena lagi error, kalau ngga gimana?" ucap Gito.

"Iya maaf Gitoo," ucapku. Bagaimana pun aku ga suka diomelin berlebihan.

"Rena tau Rena salah, gausah diomelin lagi," ucapku kesal.

"Yaudah iya, ga diomelin lagi," ucap Gito yang mulai terbiasa dengan sifatku.

"Hehe, gitu dong, kan Rena sayang jadinya," ucapku menggandeng tangan Gito.

"Rena sayang tapi ga jadian," gumam Gito. Ya, aku dengar tapi... Pura-pura aja ga dengar. Au ah, ga liat kuping gue budek.

"Nempel banget ni," goda Ara yang tiba-tiba muncul.

"Ra, lu setan, jin, atau dajjal si?" tanyaku bercanda.

"Gue malaikat, yang datang membawa berita," ucapnya songong.

"Apa?" aku dan Gito bertanya bersamaan.

"Lu, dicariin bu Sarmah dari tadi," ucap Ara menunjuk Gito.

"Dan lu, rapat osis selesai ujian," ucap Ara menunjuk kearahku.

"Ngapain bu Sarmah nyariin gue?" giliran Gito yang nanya.

"Gatau, coba aja lu samperin, tadi si dikelas tuh," ucap Ara.

"Bu Sarmah, wali kelas kalian kan?" tanyaku, Ara dan Gito mengangguk.

Out Of The BoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang