the Truth

106 11 1
                                    

Aku berlari keluar gedung, dari belakang aku tau, Erik terlihat bingung dan mencoba mengejarku.

"Ren! Rena..!!" panggilnya berkali-kali tapi aku tak peduli.

"Rena!" panggilnya sambil menarik tanganku.

"Apa!" bentakku. Erik terkejut melihat diriku seperti ini.

"Kamu kenapa, hei?" ucapnya mencoba mengelus pipiku, sebelum kutepis tangan kotornya.

"Arhh! Jangan sentuh gue!" bentakku, tapi Erik malah semakin mendekat.

"Ren, Ren, udah ya.. Tenang.." ucapnya menggenggam tanganku.

"Kamu kenapa, sayang?" tanyanya hati-hati, mencoba tidak membuatku sensi lagi.

"Lu bego! Bego bego!" ucapku memukul-mukul dadanya.

"Eiittss.. Udah udah, iya aku bego, aku bego.." ucapnya mengalah.

"Lu pikir kenapa gue juga diundang kesini?! Hah? Dia itu, si jalang itu sekarang udah resmi jadi mama tiri lu!" bentakku menatapnya tajam.

"Si jalang? Kenapa Ren? Kalian saling kenal??" tanya Erik meminta penjelasan.

"Udah, gue buru-buru!" ucapku melepas genggaman Erik, dan segera memanggil taksi.

"Ke rumah sakit Jaya Agung pak!" ucapku setengah berteriak.

"Cepat pak, ini darurat!" Pintaku. Si bapak langsung tancap gas, sementara Erik terlihat kebingungan.

Maaf, Rik. Ini darurat, dan gue gabisa percaya sama lu.

— r&p —

Aku berlari kearah meja resepsionis. Bagaimana aku tau kakakku disini? Karena ini juga rumah sakit tempat aku dan kakakku dilahirkan. Dia pasti dirawat disini, ah lupakan, aku tau dia disini.

"Mbak, pasian dengan nama Narendra Silviana diruangan mana ya?" tanyaku berusaha tidak panik. Resepsionis itu terlihat mengotak-atik komputernya, sebelum memberiku jawaban.

"Dia dirawat di ruang ICU," ucapnya yang membuatku agak terkejut, lantas mengangguk dan segera kesana.

Aku berlarian kalang kabut, hampir seperti orang gila. Aku mencari kakakku, dimana dia? Dan kenapa dia di rumah sakit? Apa yang si jalang itu lakukan!?

Bruk!

"Ahh, maaf pak, saya sedang buru-buru," ucapku tak sengaja menabrak seoranh dokter.

"Kamu Rena kan?" tanyanya. Aku menolah, melihat siapa yang mengajakku bicara.

"Bang Bagus? Abang kerja disini?" tanyaku sedikit terkejut.

Bagus Septian, abang sulungnya Alin. Aku pernah melihatnya beberapa kali, dan yang kutau dia seorang dokter.

"Ya gitulah, kamu nyari siapa?" Tanyanya.

"Kakak saya, bang. Dia dirawat di ICU sekarang, namanya Narendra Silviana," ucapku mengharap pertolongan.

"Dia kakak kamu? Kebetulan saya yang menangani penyakitnya." ucap bang Bagus tersenyum tipis.

"Dia dimana, bang? Gimana kondisinya?" Tanyaku panik. Bang Bagus mengantarkanku menuju ruangan kakakku dirawat.

Saat masuk, aku tau kakakku tidak sembaranh sakit. Dia tidak hanya sakit fisik, tapi juga mental. Ya siapa yang tidak gangguan jiwa tinggal bersama si jalang itu?

Out Of The BoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang