"Selamat, studi kunjungan hari ini berjalan lancar! Yeyy," ucap kak Rahmat saat pengurua Osis berkumpul di ruang Osis setelah seluruh siswa telah dibolehkan pulang. Sudah sore saat kami tiba di sekolah. Jadi kak Rahmat meminta untuk berkumpul sebentar.
"Setelah ini Osis akan kosong untuk beberapa minggu, lakukan tugas seperti biasa sebelum malam kesenian dua bulan lagi, oke?" ucap kak Villa.
"Malam kesenian akhir november, kan?" tanya Ara.
"Gimana kalau diadainnya tanggal 26? Buat penutupan hari guru gitu. Persembahan dari anak-anak buat para guru," ucap Ara memberi ide.
"Yaudah boleh, ditampung dulu idenya. Kerja bagus teman-teman, di malam kesenian nanti kita bikin acara yang lebih meriah lagi, siap?" tanya kak Vano.
"Siap!" ucap kami semua semangat. Aku senang pengurus Osis semuanya bertanggung jawab dan mau berkerja sama.
Setelah itu kami diperbolehkan pulang, aku segera mengambil tasku dan keluar. Yang lain masih di ruang Osis, aku ijin duluan karena sudah sore. Mereka mengiyakan jadi aku pulang lebih dulu, sementara mereka gatau ngapain.
"Gito?" panggilku saat melihat Gito belum pulang dan duduk bersama Udin, memainkan handphone-nya.
"Iya," jawabnya singkat.
"Belum pulang?" tanyaku.
"Gue khawatir sama lu, dari tadi kayak ada yang lu sembunyiin. Jadi gue tungguin," ucapnya terlihat cuek.
"Gapapa kok, pulang aja," ucapku.
"Mau bareng?" tanyanya melirik kearahku. Aku terdiam sesaat, dia mengajakku pulang bareng?
"M-mau," ucapku gugup. Mungkin dia mulai memaafkanku, ini waktuku untuk meminta maaf, kurasa.
Gito menaiki Udin dan memintaku untuk naik. Sudah lama sejak terakhir kali aku duduk disini. Huhuu... Aku kangen udin! Aku menaiki Udin dan Gito mulai melajukan motornya.
"Kenapa?" tanyaku.
"Kenapa apa?"
"Tumben ngajakin Rena pulang bareng, Gito udah gak marah?" tanyaku.
"Udin kangen katanya, makanya gue ngajak lu pulang bareng," ucapnya bercanda. Kulihat dari spion, bibirnya tersenyum tipis.
"Gito, Rena mau.." ucapku pelan.
"Gapapa, udah gue maafin." Ucapnya memotong perkataanku.
"Eh?"
"Gue juga minta maaf, udah nyuekin lu berhari-hari. Gue cuma gamau jadi mainan lu doang, Na," ucapnya.
"Gito bukan mainan, Gito beda." Ucapku cepat.
"Beda?"
"Kalau mainan Rena pergi dari Rena, Rena ga masalah ditinggal mereka. Tapi Gito beda, Rena ngerasa ada yang hilang kalau ga ada Gito," ucapku jujur.
"Maaf, Gito pergi kelamaan ya?" tanyanya.
"Ngga kok,"
"Tapi Rena keliatannya udah ga ngurusin Gito," ucapnya lagi.
"Kok gitu?"
"Gito liat, Rena jalan sama Ren terus, kemana-mana sama Ren." Ucapnya.
"Gito kan tau Ren itu teman kerja Rena di Osis, mana kemarin lagi sibuk buat studi kunjungan jadi banyak kerjaan," jelasku.
"Rena ga pernah lepasin Gito. Rena sering kepikiran kalau lagi kerja Osis, tapi kak Villa sama kak Rahmat bilang yang terpenting itu Rena bahagia. Jadi sesaat Rena fokus ngurusin Osis, tapi Rena ga lupa soal Gito," jelasku lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Out Of The Box
Random"Cinta itu bukan permainan, lu ga akan tau arti cinta sampai lu tulus ngerasainnya." "Gue bakal ubah pandangan lu tentang cinta, percaya sama gue." - r&p - Renata Sanggita Petra. Gelar boy killer sudah disematkan padanya sejak kelas 8 SMP. Wajar saj...