Remedy

82 11 0
                                    

"Ciee yang kayaknya baru jadian nii," goda Lia yang sepertinya tau aku dan Erik sudah jadian.

"Siapa?" tanyaku memastikan.

"Erik sama Rena," candanya. Aku tesenyum tipis.

"Gue kecewa sama Erik, Li." ucapku duduk ditempatku, Lia terlihat heran.

"Kenapa, Ren? Bukannya harus seneng ya? Kan baru jadian," tanya Lia.

"Erik itu anak suami baru ibu gue, dan dia ga bilang kalau yang nikah kemarin itu papanya. Gue gabisa terima, Li. Dia bohong ke gue! Gue ga sudi liat mukanya lagi, Li!" jelasku sambil sesekali membentak.

"M-maksudnya gimana, Ren?" tanya Lia kebingungan.

"Dia itu anak dari Vinsen, orang yang nikah dengan ibu gue, Alicia, dan dia ga bilang kalau dia anaknya suami ibu gue, Li! Dia bohong ke gue! Dan gue ga sudi jadi pacar dari anak tiri ibu gue! Lu tau sebenci apa gue ke dia kan?" bentakku.

Lia terdiam, melihat ke belakangku. Aku menoleh, mendapatkan Erik berdiri tegap di belakangku. Saat itu juga, aku ngerasa salah udah ngucap itu semua.

"Rena, bisa ikut gue?" tanya Erik menatapku. Aku tak kuasa menjawab, hanya menangguk lantas mengikutinya.

Ini gedung tempatku dibully kemarin. Dia membawaku ke Lab yang nyaris tak terpakai, mengajakku bicara.

"Jadi, karena itu lu marah sama gue? Karena gue gatau kalau mama Alicia itu ibu lu?" Tanya Erik. Aku diam.

"Gue gatau sebenci apa lu sama mama tiri gue, yang ternyata ibu kandung lu, tapi ga gini, Ren. Ga gini cara lu perlakuin gue." Ucapnya.

"Maksud gue ga–"

"Ga apa? Gue serius gatau, Ren. Gue gatau apa-apa soal ini. Gue awalnya udah mau ngebatalin permintaan lu buat ke acara nikahan keluarga lu, karena acaranya bentrok sama acara gue. Tapi kak Nana minta gue buat ngajak lu, dan gue gatau kalau acaranya sama. Gue kira itu kerabat jauh lu, atau siapa. Gue ga nyangka itu ibu lu." jelasnya.

"Rik, gue minta maaf. Tapi gue gabisa terima lu jadi pacar gue lagi, Rik. Gue gamau terlibat dalam keluarga baru ibu gue." Ucapku menunduk. Bagiku, meninggalkan Erik jauh lebih mudah dibanding ikut campur dalam kekeluargaan ibuku.

"Apa si yang bikin lu sebenci itu sama dia? Dia ibu lu juga kan?" tanya Erik memaksa.

"Lu ga bakal ngerti!" pekikku.

Hening sesaat, sebelum Erik maju beberapa langkah, mendorongku mundur hingga hampir menabrak tembok.

"Jadi, kita udahan?" Tanya Erik. Aku hanya menunduk.

"Jawab gue, Ren!" bentak Erik.

"M-maaf, Rik. Tapi gue bener-bener gabisa," ucapku ketakutan.

Erik semakin maju, membuatku tersandar di tembok belakangku. Lantas menaruh tangannya di kedua sisi kepalaku. Mengunci pandanganku, sekaligus gerakku.

"Gue ga terima, Ren. Gue jatuh cinta sama lu, sejak SD. Sejak lu datang ke kehidupan gue. Gue udah bertekad kalau lu harus jadi milik gue," ucapnya menatapku lekat.

Kuberanikan diri mendorong tubuh Erii menjauh, dan membiarkan diri ini bernapas lega sejenak.

"Tapi gue gabisa, Rik. Maaf." Ucapku berlari keluar, sayangnya Erik mengejarku.

Bruk!

"Ah, maaf. Gue ga sengaja," ucapku tak sengaja menabrak seseorang.

"Rena? Lu kenapa lari-lari?" tanya Gito, yang ternyata ku tabrak.

Out Of The BoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang