"Gito, bisa ga Gito berhenti rokok?" tanyaku saat duduk dengan Gito, yang tentunya sedang menyulut api untuk sebatang tembakau.
"Hm? Gatau," ucapnya tampak tak peduli. Aku hanya diam, merasa ga diperhatikan. Gito sibuk sendiri dengan rokok dan pikirannya, dan aku sibuk dengan Gito.
"Gito,"
"Iya,"
Diam. Aku tak tau harus membahas apa. Makin lama makin membosankan hanya melihatnya menghisap dan mengeluarkan asap. Kuhela napasku, berpikir apa yang harus kulakukan.
"Pulang?" tanya Gito saat rokoknya habis. Entah batang ke berapa hari ini, bosan ku hitung.
"Iya," ucapku pelan. Bangkit dan berjalan menuju Udin.
Jujur saja, gak pernah kepikiran bagiku punya cowo perokok. Tapi kupikir aku harus lebih sabar dengannya. Dengan sikap gak pekanya. Lagi-lagi napasku terbuang sia-sia.
"Kenapa diam?" tanya Gito diperjalanan pulang.
"Gito tuh pernah dengerin Rena ga?" tanyaku lelah.
"Dengerin apa?"
"Rena gasuka Gito rokok," ucapku hati-hati, khawatir dia tersinggung.
"Nanti berhenti,"
"Kapan?"
"Kapan-kapan tunggu ada niat," ucapnya membuatku lagi dan lagi membuang napasku.
"Rena gasuka. Rokok itu ga baik, sekarang mungkin Gito gapapa, tapi pas udah gede nanti, Gito bisa aja kena penyakit serius." Ucapku.
"Gapapa, udah kebal,"
Aku menyerah. Kupilih untuk diam sepanjang perjalanan. Begitulah Gito, setiap aku membahas hal yang tidak kusuka darinya, pasti diabaikan.
Perjalanan pulang, senja mulai menghiasi semesta. Aku menengadah menatap langit. Inikah obat yang Kau berikan? Obat dari seluruh luka di masa laluku? Semua manusia tidak sempurna, yes i know. Ah, lupakan. Semua akan berubah seiring berjalannya waktu.
"Rena?" panggil Gito.
"Iya,"
"Kenapa diam? Biasanya cerewet,"
"Gapapa,"
Suasana terasa canggung. Tentu saja, aku menyerah mencari topik pembicaraan, bagaimana kami tidak diam sepanjang jalan? Gito jarang punya topik untuk dibicarakam denganku, karena itulah aku yang lebih sering berkutat dengan hal-hal kecil, sebatas untuk obrolan.
Gito menghentikan motornya didepan rumahku, membiarkanku turun dengan layak.
"Kenapa diam dari tadi? Gito salah? Maaf kalau Gito salah," ucapnya. Aku tak membalas, hanya diam.
"Yaudah, kalau gamau dijawab. Gito pulang," ucapnya melajukan motornya hingga hilang dari tatapanku.
Langkahku enggan masuk, sesuatu menahanku memasuki rumah. Jadi aku mengabaikan bangunan dibelakangku dan berjalan di sekitar rumahku.
— r&p —
Gito : Na? kok ga on?
Gito : rena
Gito : p
Gito : p
Gito : p
Gito : pGito : p
KAMU SEDANG MEMBACA
Out Of The Box
Sonstiges"Cinta itu bukan permainan, lu ga akan tau arti cinta sampai lu tulus ngerasainnya." "Gue bakal ubah pandangan lu tentang cinta, percaya sama gue." - r&p - Renata Sanggita Petra. Gelar boy killer sudah disematkan padanya sejak kelas 8 SMP. Wajar saj...