Kunciran

895 31 0
                                    

"Kalo gue gak sakit kenapa lo se- khawatir ini sama gue? Kenapa lo jagain gue terus? Dan kenapa gue gampang banget sesek nafas? " tanya Alana bertubi-tubi.

Tangis Alana semakin pecah dihening nya malam ini. Alex tetap berusaha menenangkan Alana. Alex tidak beniat sedikit pun untuk menjawab pertanyaan Alana.

"Jawab Al! " teriak Alana.

Alex semakin menarik Alana ke pelukannya, tangis Alana semakin jadi. Entah apa yang membuatnya seperti ini, terlihat lemah dihadapan Alex.

15 menit berlalu.

Sekarang Alana sudah berhenti menangis, Alex menghadapkan duduknya ke arah Alana. Begitu pun Alana, Alex menghadapkan tubuh mungil itu ke hadapannya. Alex membenahi rambut sepunggung Alana yang tidak terikat.

Wajahnya yang basah akibat airmatanya, membuat rambutnya menempel diwajah yang cantik itu. Alex memajukan tubuhnya agar lebih dekat, ia berusaha mengikat rambut Alana ke belakang. Alana menahan nafasnya, detak jantung nya bergerak lebih cepat.

"Iket rambut nya mana? " tanya Alex, tangannya berada dibelakang leher Alana memegang rambut hitam Alana.

Alana masih terdiam, dia tidak mendengar perkataan Alex tadi. Alex menghadapkan wajahnya ke Alana. Ternyata, Alana tengah menutup matanya. Alex mendekatkan bibirnya ke telinga Alana.

"Bawa iket rambutnya gak? " tanya Alex berbisik tepat ditelinga Alana.

Alana sontak membuka matanya, langsung saja tangannya mendorong tubuh Alex. Namun, tangan Alex yang masih memegang rambut belakang Alana tidak membuatnya menjauh.

Alana berada didada bidang Alex, karna ulahnya mendorong Alex tadi. Ah, tetapi tidak sepenuhnya ulah Alana, tangan Alex juga ikut campur dalam hal ini.

Alana diam, detak jantungnya semakin cepat dan kembali menahan nafasnya. Alex yang tidak merasakan adanya hembusan nafas dari hidung Alana, ia tahu Alana tengah menahan nafasnya.

"Nafas." ujar Alex, ia berdiri dari bangku panjang dan menuju motornya.

Alana mengatur nafasnya, lalu menghampiri Alex.

•••

Sekarang mereka sampai didepan rumah Alana. Alex masih bertengger diatas motor besarnya, begitupun Alana.

"Al," panggil Alex pelan sembari memegang tangan Alana yang melingkar dipinggangnya.

Padahal jarak dari taman menuju rumah Alana tidaklah jauh. Bisa- bisanya Alana tertidur, kepala nya bertengger dibahu kokoh Alex.

"Al bangun udah sampe." bangunkan Alex lagi, tangannya mengusap puncak kepala Alana pelan.

Alana membuka matanya perlahan, menyadari dirinya yang menempel dipunggung Alex, langsung saja ia turun dari motor.

Alana berdiri didepan gerbangnya menghadap Alex, mengusap matanya pelan. Alex yang melihat itu mengulurkan tangannya untuk mengusap puncak kepala Alana gemas.

"Aku pulang ya," Alex bersuara.

"Hmm." Alana hanya berdehem.

"Sini dulu," ujar Alex, tangannya sudah menarik tangan Alana.

Alana sudah berada dihadapan Alex, menatap mata lelaki itu, begitupun dengan Alex yang menatap mata Alana.

Alex mendekatkan wajahnya, Alana memejamkan matanya. Alex yang melihat itu terkekeh, lalu mencubit pipi Alana. Alana yang merasakan cubitan itu, sontak membuka matanya.

"Ngapain merem-merem hm? " tanya Alex nakal.

"Nggak! " jawab Alana ketus.

Alana menjauhkan tubuhnya, dan langsung membuka gerbang rumahnya. Alex menunggu Alana hingga hilang dari pandangannya, baru setelah itu ia melajukan motornya.

TWO ALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang