Pulang dengan paksaan

3.1K 140 1
                                    

"Kalo bisa main gitar tuh ya mainin yang bener!" kesal Alana ke Risky.

"La bodoamat, bodoamat ya!" jawab Risky nyolot.

"Bacot udah sana ah rese lo, gak bisa liat gue anteng sehari aja tanpa bikin gue marah-marah mulu bisa gak si?!" ujar Alana.

"Gak bisa bang" jawab Risky lagi.

"Pergi atau gue gak mau temenan sama lo lagi!" ancam Alana.

Meyra yang sudah biasa dengan kebisingan Alana dan Risky yang selalu adu mulut tiap hari dia tetap fokus memainkan ponselnya. Dan ditengah keributan Alana dan Risky pun muncul seseorang dari balik pintu, Pak Tio.

"Pak Tioooooooo" teriak Alana ke Risky.

Risky langsung ngibrit menuju tempat duduknya, Pak Tio pun sudah biasa dengan ini. Dia sering melihat Alana dan Risky yang tengah ribut, bahkan sering adu argument saat ia sedang menjelaskan pelajaran. Pak Tio hanya memberikan tugas hari ini setelah itu dia keluar kelas.

"Woi Alana!" panggil Risky dari tempat duduknya.

"Apansi?!" jawab Alana.

"Gue nyalin punya lo nanti, imbalannya gue gak ganggu lo selama 2 jam" jelas Risky.

"Bodoamat, terah lo!" Alana tetap fokus mengerjakan tugasnya.

Setelah semuanya selesai mengerjakan tugas yang diberikan Pak Tio mereka semua pun berhamburan keluar kelas karena bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak tadi. Meyra dan Alana keluar kelas kali ini tidak diikuti oleh Risky. Karena kalau pulang sekolah, Risky yang paling cepat.

Alana dan Meyra berpisah di gerbang karena Meyra pulang bersama pacarnya. Alana berjalan menuju halte jaraknya agak jauh dari sekolahnya, ponselnya ia mainkan lengkap dengan earphone yang melekat di telinganya.

Klakson mobil terus ditekan pemilik mobil, tetapi Alana sama sekali tidak mendengar itu.

"Woi lo budeg ya?!" ujar Alex dengan gerakan cepat menarik earphone yang digunakan Alana.

"Apansi lo gak sopan banget?!" kesal Alana memakai earphone nya lagi.

"Gue kan udah bilang sama lo, lo pulang bareng gue!" ujar Alex penuh pemaksaan menarik lagi earphone Alana.

"Gue gak mau" ucap Alana singkat.

"Pokoknya lo harus mau!" paksa Alex lagi.

"Pokonya gue udah bilang gue gak mau!" tekan Alana.

Alana berjalan menuju halte dengan kesal tak lupa memasang earhphone nya lagi. Alex langsung saja masuk ke dalam mobilnya menghampiri Alana setelah sampai tepat disamping Alana dia berhenti dan turun dari mobilnya.

"Lo pulang bareng gue atau lo gue gendong masuk ke mobil gue, sekarang?!" paksa Alex pada Alana yang sedang berjalan di terotoar menuju halte.

'gila maksa banget' , ujar Alana dalam hati.

"Kalo gue gak mau dua duanya gimana?" tolak halus Alana.

"Bodoamat lo harus pulang bareng gue!" paksa Alex makin kesal.

"Gue nya gak mau!" jawab Alana santai dan melanjutkan langkahnya menuju halte.

Tak lama sebuah tangan mengangkat badan mungilnya untuk masuk ke dalam mobil. Alex sudah berada dikursi kemudi dan Alana terpelongo melihat Alex.

"Fiks lo gila! " kesal Alana.

"Iya gue gila. Kenapa emang ha?" Jawaban Alex membuat Alana diam tak bergeming.

Alex tidak langsung menjalankan mobilnya, membuat Alana kesal. Sedari tadi ia sudah mencoba membuka pintu namun hasilnya nihil. Alex tetap dengan kegiatannya mengamati Alana sesekali tersenyum. Alex sangat gemas melihat Alana.

"Buruan jalan atau lo buka ni pintu!" kesal Alana.

"Kalo gue gamau dua-duanya gimana?" ucap Alex menirukan penolakan Alana tadi.

"Gue tonjok lo sekarang!" ancam Alana dengan mengepalkan tangannya.

Alex terkekeh dan langsung melajukan mobilnya, selama perjalanan tidak ada satupun yang membuka pembicaraan. Dan akhirnya Alex mengeluarkan suara.

"Rumah lo dimana?" Tanya Alex.

"Udah berenti disini aja." jawab Alana.

"Gila lo!" ucap Alex .

"Lo lebih gila!" kesal Alana.

"Yaudah dimana? Atau lo gue bawa ke rumah gue?" ujar Alex enteng.

TWO ALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang