² SMA Alam Semesta

1K 115 45
                                    

"Assalamualaikum Mi, Rahel berangkat ya,"

"Waalaikumussalam, iya kamu hati-hati ya. Eh.. kamu udah sarapan?"

"Belum Mi," jawabnya sembari mengikat tali sepatu.

"Ya ampun, sarapan dulu Rahel."

"Eh.. kalau Rahel telat gimana Mi?"

"Nih. Bekal untuk Lo." Shiren menyodorkan bekal roti coklat, Rahel lantas bangkit dan menerimanya.

"Ya ampun, makasih Kak. Kakak tau aja aku suka coklat." ujar Rahel seraya memeluk Shiren dengan hangat.

"Kan Lo yg bilang kemarin pas boncengan sepeda. Lo lupa ya?"

"Jadi lo penyuka coklat?" tanya Shiren disela-sela kayuhan sepeda.

"Iya Kak. Kalau Kakak sukanya apa?"

"Kalau gue …, " Shiren berfikir sejenak, "Gue suka semuanya, hahaha!"

"Eh, iya ya." Rahel menyengir ketika teringat kejadian tersebut.

"Ya udah, berangkat sana."

"Aku berangkat ya Kak. Assalamualaikum. Dadah Mi!" pamit Rahel sembari melambaikan tangan.

“Waalaikumussalam.”

Dia melangkah dengan semangat, menaiki sebuah angkot yang terhenti di tepi penungguan. Mentari belum bersinar dengan sempurna, namun kendaraan sudah memadati kota. Ia dilanda gelisah, ketika angkotnya tidak lagi bergerak. Lantas ia merapakalkan doa, meminta agar dimudahkan segala urusannya.

Beberapa menit setelahnya, angkot kembali bergerak. Dia segera turun di perbehentian, lalu menaiki angkot selanjutnya. Ini akan memakan waktu, karena letak kos-kosan dengan sekolahnya lumayan jauh.

Dan akhirnya ia melihat tulisan yang terpampang jelas di sebrang jalan, SMA ALAM SEMESTA.

Memantapkan langkah, ia masuk melewati pintu pagar yang lebar. Beberapa kendaraan ikut masuk, ia berjalan ketepi seperti siswa/i pejalan kaki yang lainnya. Semua seakan diluar nalar, lihatlah halaman sekolah hijau asri begitu luas, apalagi gedung sekolah yang megah layaknya sebuah unversitas.

“Wah! Bagus banget!” Dia berjalan dengan riangnya, namun langkahnya terhenti ketika suara seseorang dari arah belakang.

Dia lantas berbalik, “S-siapa?”

“Nak,” Roni melemparkan sebuah senyuman, “kamu yang kemarin bukan?”

Rahel menghela nafas lega, “Oh Bapak ternyata,” Ia menyalami penjaga sekolah tersebut, “iya Pak. Ruangan KepSeknya dimana Pak?”

“Ada disana,” tunjuknya, “mari Saya antar.”

Rahel menyetujui tawaran tersebut, ia berjalan mengekori Pak Roni. Meninggalkan jejak pada halaman, kini Rahel menapakkan kaki menelusuri lorong demi lorong. Ternyata, sekolah ini begitu luas diluar dugaannya. Begitu elit, membuat ia teringat dengan perbincangan tadi malam.

"Kk,"

"Ya?" jawab Shiren menaikkan sebelah alis lewat pantulan kaca, dia tengah menyisir rambut.

"Emangnya benar? Di SMA Alam Semesta itu, hanya orang-orang yang punya ya Kak?"

"Dengar-dengarnya sih gitu."

"Berarti Aku bisa jadi bahan bulian dong disana," lirihnya sembari menunduk lesu. Shiren berbalik melirik Rahel, "Kenapa Lo bicara gitu?"

"Ya soalnya, aku aja berasal dari keluarga sederhana, tidak seperti mereka. Bahkan masuk kesana cuman karena beasiswa."

PELIK [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang