¹9* Nekat

355 47 9
                                    


Guru Mapel mulai menjelaskan, dan semua anak-anak sibuk membuka buku. Rahel terlihat fokus seperti biasanya, sedangkan Bara sesekali mencuri pandangan kepada Rahel. Tapi, kini ia malu karena Aurora terus menciduknya. 

Duh! tu cewek ciduk gue terus, Batin Bara.

Haha... pasti Kk Bara kesel gue ciduk, Gumam Aurora.

Kelas akhirnya usai, semua anak bergegas. Rahel memilih untuk pulang sedangkan Aurora masih ada kelas. Saat Aurora hendak melangkah ke luar kelas, tiba-tiba ia terjatuh. Ternyata Aurel tengah melintangkan kakinya di depan pintu.

“Aduh.” rintih Aurora.

“Ups... gue sengaja.” kata Aurel.

“Ara ga papa kan?” tanya Rahel membantunya berdiri.

“Ga cuman nyeri dikit.”

“Sakit ya? Emang enak.” ledek Helen.

“Kalian kenapa ganggu kita terus ha?!” emosi Rahel meledak.

“Heh! lo kalau ngomong bisa santai ga?! Gue ini Kk kelas lo!” cerca Helen.

“Gimana aku mau santai, kalau kelakuan kalian kayak gini.”

“Heh, lo berani sama kita?” tukas Stella.

“Aku udah cukup sabar sama kalian ya. Tapi, untuk kali ini tidak. Lama-lama kalian ngelunjak kalau dibiarin.” tegas Rahel.

“Oh, lo udah berani sama kita Hah?!”

“Kalian pikir karena aku diam, aku takut gitu?”

“Udah Hel, gue ga papa kok.”

“Ga Ra. Kalau aku yg dijahilin sama mereka aku masih bisa sabar. Tapi, kalau kamu aku ga bisa. Coba kalau aku tidak menahanmu tadi, bisa-bisa kepalamu terbentur.”

“Uuh… terhura aku melihat drama pertemenan kalian.” Stella meledek.

“Terharu Stella... bukan terhura.” Aurel kembali meledek.

“Mereka itu takut sama kita, makanya mereka berdrama agar apa? Agar kita luluh gitu?” cerca Stella.

“Kalian kira aku takut?”

“Heh lo itu emang ga bisa santai ya! kalau lo berani lawan gue.” Helen menantang.

Mana mungkin aku hajar cewek, apalagi Kk Helen pacar Kk Bara. Kk Bara kan udah sering bantu aku, Batin Rahel.

“Kenapa lo diam? Lo takut?”

“Ga. Aku ga takut, cuman aku ga mungkin lawan cewek.”

“Alah lo ga usah basa basi deh.” langsung meluncurkan serangan.

Rahel dengan sigap menghindarinya. Walau gimana pun, Helen ini jago bela diri. Tapi, Rahel tetap tidak menyerangnya karena takut Helen terluka, ia terus menangkis semua serangan. Satu hal yg harus diketahui Geng 'CECAN' terkenal nekat.

Berita perkelahian ini, sampai pada Bara. Bara langsung mendatangi tempat itu, dan benar mereka tengah adu serangan. Rahel lagi-lagi terus menangkis, Helen terlihat emosi karena Rahel tak melakukan serangan balik dan serangannya tak satu pun mengenai Rahel.

“Kenapa lo ga nyerang gue hah?” tegas Helen.

“Aku udah bilang, aku ga bisa lawan cewek.”

“Lo ga usah banyak omong, atau lo ga bisa bela diri?”

“Maaf Kk... aku ga bisa.”

Helen terus memojokkan Rahel, hingga ia terjatuh. Kini tangan Helen berada di leher Rahel yg ia sudutkan di tembok di sebelahnya. Bara yg melihat itu lantas berlari untuk menghentikannya.

“Ayo lawan gue!” Helen terus menekan tangannya membuat Rahel tercekik.

“Maaf Kk aku tetep ga-bisa.”

“Rasain ini.” Aurel menampar Rahel.

“Rahel–” teriak Aurora. Ia hendak menghampiri Rahel tapi ia dihalangi oleh Stella.

“Apa salah aku Kk?”

“Salah lo! lo ga usah sok polos deh.” kata Aurel.

“Lo itu udah berani deket-deket sama cowok kita.” sahut Helen berhenti mencekiknya.

“Aku ga pernah maksud gitu Kk.”

“Lo ga usah bohong. Jelas-jelas gue liat elo deket-deket sama cowok kita. Artinya lo nantangin kita.”

“Tapi Kk....”

“Dah, lo ga usah banyak ngomong.” Helen kembali mencekiknya.

“Kk, please–le-pas Kk–” pinta Rahel berusaha menarik tangannya di leher.

Reyhan yg baru dari kantin, tiba-tiba mendapati banyak kerumunan orang di sekitar kelas XI tepatnya kelas Kimia Bu Cantika. Dia masuk di tengah kerumunan itu, dan ia mendapati Rahel tengah di cekik oleh Geng ‘Cecan’. Ia juga melihat Bara yg terus menerobos kerumunan dan mengarah ke Geng tersebut. Reyhan pun mengikutinya.

“Kk-Please lepas—”

“Rahel–Kk, lepaskan Rahel–” Aurora menangis melihatnya.

“Daripada lo deketin cowok kita. Lebih baik lo mati aja.” Aurel terus mengompori Helen.

“Lepaskan dia.” kata Reyhan dan Bara serentak. Seketika mereka saling pandang, kemudian fokus kembali dengan Rahel.

“Bara.” Helen langsung melepas Rahel.

“Reyhan.” Aurel panik.
 
“Uhuk… huhft….” Rahel melemah, membuatnya ia terduduk di lantai.

“Rahel.” Aurora langsung berlari kearahnya, sedangkan Stella kini bersembunyi di belakang Aurel.

“Apa-apaan ini Len. Lo mau bunuh dia?” Bara emosi.

“Ini ga seperti yg lo bayangkan Bar.” kata Helen.

“Iya. Yg Helen bilang itu bener. Ini ga seperti kalian bayangkan Rey, Bar.” jawab Aurel.

“Jelas-jelas gue liat lo sama geng lo mau bunuh dia. Gue ga nyangka lo gini Len.” Kata Bara.

“Rahel, lo ga papa kan?” Aurora panik.

“Ga aku ga papa kok.” jawab Rahel.

“Nih, minum dulu.” Reyhan memberikan minuman yg ia beli sebelum ke tempat ini.

“Ayo Hel, lo minum dulu.” mengambil minuman yg diberikan Reyhan.

“Ga gi-tu sayang–” Helen panik.

“Lalu apa? Apa? Jawab!!” Bara semakin emosi.

“Gue cemburu. Dah jelaskan?! Gue cemburu lo selalu sama dia, lo baik sama dia, gue ga suka!”

“Cemburu? Astaga Helen, hanya karena cemburu lo bunuh orang. Lo gila apa?!”

“Iya gue emang gila. Lo yg bikin gue gini, ngapain lo perhatian sama tu cewek. Lo suka kan sama dia? Jawab gue Bar!”

“Gue ga suka sama dia, karena lo pacar gue.”

“Ga, lo kira gue ga tau.”

“Eh, ada apa ini? Kenapa kalian pada ngumpul disini? Emang kalian tidak ada kelas? Cepat kalian kembali ke kelas!” perintah Pak Bimo, selaku guru BP.

“Baik Pak.”

“Dah, mendingan Hel?” tanya Aurora.

“Udah. Makasih ya Ara, Kk Rey.”

“Apa-apaan kalian ini. Kalian semua ikut ke ruangan saya sekarang.”

“Baik Pak.”

“Lo bisa jalan kan Hel?” tanya Reyhan.

“Bisa kok Kk.”

“Biar gue pegang tas sama buku lo, dan lo?”

“Aurora Kk.”

“Aurora lo papah dia.”

“Aku bisa jalan kok.”

“Gue cuman pegang tangan lo aja Hel. Antisipasi doang.”

Mereka menuju ke ruang BP, tapi Reyhan dan Bara diminta menunggu di luar. Mereka kaget melihat Daniel baru saja keluar dari ruang BP.

Flashback on
Daniel baru selesai dari Kelas Bahasa Inggris. Saat ia hendak ke perpustakaan, ia tak sengaja melihat keramaian di sekitar kelas Kimia Bu Cantika. Ia melihat Rahel sedang diganggu oleh Geng ‘Cecan’ dan tak satupun berani melerai mereka. Ia tidak melihat guru sama sekali lewat, dan ia baru ingat bahwa Ibu Mapel mengatakan guru akan mengadakan rapat. Daniel pun menghampiri Guru BP, karena biasanya rapat itu dihadiri guru Mapel saja.

“Assalamualaikum, permisi Pak.”

“Waalaikumussalam, ada apa Daniel?”

“Saya kesini mau meminta bantuan Bapak.”

“Bantuan apa?”
Flashback off

“Bisa kalian jelaskan ke Bapak apa yg sebenarnya terjadi?”

“Bisa Pak. Jadi ceritanya itu....” kata Aurel langsung menyambar.

Aurel menceritakan semua kejadian, ya.. tentunya ada unsur karangannya. Seakan-akan Rahel dan Aurora yg bersalah. Mendengar hal itu, Aurora lantas membantah semua perkataan Aurel. Terjadilah cekcok di ruang BP.

“Kalian bisa diam?”

“Maaf Pak, bisa.”

“Hallo Pak Roni, bisa kirimkan saya rekaman cctv sekitar sejam yg lalu?” Pak Bimo berbicara lewat telfon.

“Cctv?” ucap Aurel pelan.

“Secepatnya ya Pak. Terimakasih.”

“Aduh... gimana nih?” Stela berbisik.

“Lo kenapa diam aja? Lo ga papa kan Hel?” tanyanya pelan.

“Hm... gue ga papa kok. Cuman lemes dikit aja.”

Pak Bimo kini sibuk dengan laptopnya. Dia memperhatikan dan juga mendengarkan menggunakan earphone dengan baik rekaman cctv tersebut. Kemudian Pak Bimo menutup laptopnya. Geng ‘Cecan’ seketika panik karena Pak Bimo menatap mereka curiga.

“Baiklah... setelah mendengarkan keterangan dari kalian dan melihat rekaman cctv. Bapak memutuskan… yg pertama untuk Rahel dan Aurora kalian sekarang keluar dari ruangan ini.”

“Maksudnya Pak?”

“Iya kalian boleh keluar sekarang dan jangan lupa untuk membawa Rahel ke UKS terlebih dahulu.”

“Dan untuk Aurel, Helen, Stella, kalian tenang aja. Untuk hari ini sampai 3 hari kedepannya kalian boleh free tidak masuk sekolah.”

“Maksud Bapak? Kita diliburkan gitu?” tanya Aurel.

“Asik, libur!” sorak Stella.

“Tidak, kalian saya skors!”

“Hah? Skors Pak?” ucap mereka serentak.

“Apa masih kurang?”

“Ga Pak, cukup.”

“Kalau gitu kalian semua boleh keluar.”

Geng ‘Cecan’ keluar dengan kesel dan memandang Rahel dengan sinis. Bara dan Reyhan menghampiri mereka. Bara langsung menarik Helen untuk ikut dengannya, dan Aurel dan Stella mengikutinya. Sedangkan Reyhan mengikuti Aurora dan Rahel ke UKS.

“Sini Kk, biar tasnya aku sandang aja. Dan biar aku aja yg pegang bukunya.” kata Rahel.

“Lo yakin?”

“Iya Kk.”

“Eh, buku lo biar gue yg pegang.” kata Aurora

“Makasih.”

Mereka melangkah lorong demi lorong. Di saat lorong terakhir menuju UKS, Rahel merasa semakin lemas, kini wajahnya semakin pucat. Aurora yg menyadari itu langsung memasukkan buku Rahel ke tasnya. Dan langsung menggenggam tangan Rahel. Rayhan juga terlihat khawatir.


Vote & komennya jangan lupa

Klw terus berkurang votenya author jadi tak semangat mau up lagi, hiks :(

PELIK [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang