⁴6* Penyelamatan

285 33 11
                                    

Kedua anak buah tersebut dapat diatasi olehnya, meski ada beberapa lebam lagi diwajahnya.

Kurang ajar!

Sorot mata Tristan mengarah pada dua orang gadis disana. Reyhan tersenyum kearah mereka berdua.

Siapa gadis yang melindungi Shelin? Sepertinya mereka dekat, Hm… dia bisa kumanfaatkan, Tristan lalu menarik paksa Rahel dengan melingkarkan sebelah tangannya pada leher Rahel.

“Ih… lepas!!” Rahel terus memberontak tapi, tangan pria ini begitu kekar dan dengan mudah mengatasi gerakan Rahel.

“Rahel!” ujar Shelin dan Reyhan serentak.

“Oh jadi nama gadis ini Rahel. Kenapa kalian menatap Papa seperti itu?”

“Lepaskan Rahel!” tegas Reyhan kini berada disebelah Shelin, “Dia tak ada sangkut pautnya dengan masalah ini.”

“Memang benar.” tukasnya seraya menjauhkan posisi mereka.

“Tapi, Papa heran. Kenapa gadis ini bisa disini? Dan—seberapa pentingnya gadis ini bagi kalian—“ Tristan semakin kuat mencekat leher Rahel.

“Argh… lepas!!” Rahel terus memukul lengan yang membuat oksigennya terkuras.

“Rahel! lepaskan dia!!” Reyhan semakin emosi dengan pria didepannya.

“Santai Bro.” ujarnya sembari melonggarkan lengannya dan mengeluarkan sebuah benda tajam kearah Rahel.

Reyhan kesal dan mulai melangkah maju, “Eh! selangkah lagi kamu maju, Papa tak akan segan membunuhnya!”

“Jangan sakiti Rahel!” Shelin akhirnya angkat suara karena tak tega melihatnya.

“Ok. Tenang! Jika kalian ingin dia selamat, ada syaratnya.”

“Apa syaratnya?” tanya Reyhan, salah satu anak buah tersebut membawa sebuah Map Hijau berisi tentang pengalihan ahli waris.

“Anda sangat licik!” ujar Reyhan.

“Ya terserah, kalau kalian mau dia selamat. Tinggal tanda tangan, kalau ga ya—“ Tristan mengarahkan pisau tersebut kearah tubuh Rahel.

“Ga! Kk jangan lakukan itu! Aku akan baik-baik aja Kk.”

“Heh!! Kamu berani sama saya hah?!”

“Untung apa saya takut!”

“Kamu ga tau berurusan sama siapa ha?!” Tristan mencekat kembali leher Rahel.

“Baiklah, kami akan tanda tangani. Tapi, jangan sakiti Rahel.” pinta Shelin.

“Tanda tangan cepat!!” tegasnya.

Aku ga bisa tinggal diam, tepat saat pulpen hampir menyentuh kertas. Rahel memberontak dengan kuat seraya merebut pisau tersebut. Akhirnya ia berhasil dan pisau telah ditangannya lalu ia buang jauh.

“Kk!” Rahel merebut kertas tersebut dan mengoyaknya hingga hancur berkeping-keping. Reyhan lalu menghajar siapapun yang menghalangi langkah mereka, kemudian mereka berlari menjauh.

Tiba-tiba…

Titt!!

“Aaa—“ Shelin berteriak, lalu Rahel menariknya dan mobil berhenti dengan jarak 5 cm dengan tubuh Rahel.

Reyhan sontak menghampiri mereka dan melihat Shelin yang pingsan karena kaget dengan kejadian tersebut.

Rahel masih menutup wajahnya dengan kedua tangannya, kemudian sang pemilik mobil turun sembari memeluk Rahel.

PELIK [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang