²² Berhasil

325 36 3
                                    

Semua anak kembali ke aktivitasnya. Rahel telah selesai mengikuti dua kelas tersebut. Sekarang hari menunjukkan pukul 16.00. Semua anak-anak kembali ke lapangan.

Rahel POV

Kami mengatur barisan dan melakukan pemanasan. Reyhan dan Bara mengikuti arahan dari Pak Royan untuk mengawasi kami. Setelah selesai, Pak Guru menjelaskan secara singkat materi olahraga kami. Akhirnya mulai praktek…

“Baiklah nilai pertama adalah melakukan teknik lay-up shoot. Atur barisan dan lakukan secara bergantian. Sekarang mulai!” Pak Royan meniup peluitnya, tanda dimulai.

Semua anak terlihat antusias. Tentu saja walau kita belum menguasai tekniknya, tetap saja Basket itu keren. Sedangkan Reyhan dan Bara di tugaskan untuk memantau dan menilai, ya... sekaligus nangkep bola yg meleset. Oh iya, penilaiannya itu dilakukan sampai 3 kali gitu.

“Semangat Rika!” sahutku.

Rika melakukan teknik dengan baik, tapi…

“Yah.. ga masuk.” sampai sudah tiga kali mengulang, tak satu pun yg masuk.

“Siapa selanjutnya?”

“Saya Pak.”

“Ok. Kamu yg terakhir ya. Ayo lakukan!” meniup peluit tanda mulai.

“Baik Pak.”

“Bismillah.” gumamku.

Rahel melakukan teknik selangkah demi selangkah, ternyata lemparannya masuk.

“Lo keren Hel!!” teriak Rika.

Wah, tekniknya bagus dan bola masuk dengan santai,  Pak Royan kagum.

“Alhamdulillah Berhasil.” kataku senang.

“Bagus Hel.” Bara lalu melemparkan bola kerahku.

“Ok. Santai Rahel. Bismillah.” bola kedua itu terlempar dan masuk.

Teman-teman yg lain seketika bertepuk tangan. Rahel merasa senang, tapi dia ga boleh berlebihan. Bisa jadi ini hanya kebetulan. Kemudian, lemparan terakhir…

“Rahel, cemungut!” teriak Rika.

“Ok. Bismillah.” bola itu berputar-putar di ring.

Author POV

Semua anak jadi tegang, cukup lama bola itu berputar. Hingga bola itu jatuh memasuki ring. Alangkah bahagianya Rahel, ia sampai berloncat kegirangan. Semua anak mendekatinya, kebetulan Rahel juga siswi terakhir yg ambil nilai.

“Lo keren Hel.”

“Alhamdulillah berhasil, aku ga mimpi kan?”

“Ga kok.”

“Rahel Adisty.” sapa Pak Royan.

“Iya Pak.”

“Bapak sangat suka cara bermain kamu. Bapak mau tanya, apa sebelumnya kamu pernah ikut club basket? atau apapun yg berhubungan dengan basket?”

“Hm... sebenarnya ga pernah Pak. Paling jadi penonton doang.”

“Benarkah?”

“Iya Pak.”

“Kalau gitu Bapak ucapkan selamat. Nilai kamu tertinggi dalam praktek ini.”

“Terima kasih banyak Pak.”

“Baiklah, masih tersisa satu jam pelajaran. Tapi Bapak mohon maaf, karena tidak bisa bersama kalian sampai akhir jam pelajaran. Jadi, kalian di ajarin sama Reyhan dan Bara ya.”

“Iya Pak.”

Rahel POV

Pak Royan melangkah pergi, Reyhan dan Bara mengajarkan kami cara melewati musuh dalam basket. Semua antusias, kami tertawa bersama, bermain sama, walau ada terjatuh. Semua sangat bersenang-senang. Sesekali Reyhan dan Bara mencuri-curi pandangan dengan Rahel.

Gue seneng liat lo kayak gini. Ah.. gue mikiran apa, Batin Reyhan.

Lo terlihat keren Hel.. terkadang gue gerem sama sifat polos lu, Batin Daniel, yg juga mencuri pandangan dengan Rahel.

“Ayo! lo harus bisa lewati gue.” Bara menghadangku.

“Ok, siap-siap ya Kk.” kataku.

“Ok.”

Bola masuk ke ring, semua bersorak gembira. Bara melontarkan senyumnya sebagai ucapan selamat. Tak terasa satu jam telah berlalu, semua bergegas untuk pulang.

“Woi Hel!” sapa Bara yg tiba-tiba berjalan di sebelahku.

“Astagfirullah Kk, bikin kaget aja.”

“Lo mau pulang?”

“Iya Kk.”

“Mau bareng gue?”

“Hm... ga usah deh Kk. Aku…” kataku terpotong dengan seorang cewek yg memanggil namaku.

“Rahel—” teriak Aurora yg menghentikan langkahku.

“Ara.”

“Lo mau pulang? Eh... ada Kk Bara juga, Hai Kk!”

“Hai!”

“Iya. Kamu baru mau pulang? Tumben.”

“Iya. Tadi ada seminar lukis di aula, ya... gue ikutin dong.”

“Kamu pandai melukis?”

“Hm... sekedar hobi sih.”

“Wah! sapa tau bakat kan? Iya ga Kk?”

“Iya.”

“Hehe... amin.”

“Ara.” ucap wanita karir itu.

“Bunda—” Aurora lantas memeluk dan mengecup tangannya.

“Mereka siapa sayang?” tanyanya.

“Oh iya, ini Rahel Bun.”

“Rahel tante.” aku mengecup tangannya.

“Dan ini Kk Bara.”

“Hallo Tante.” Bara juga mengecup tangannya.

“Hai juga Bara. Tunggu sayang nama kamu Rahel?”

“Iya Bun. Rahel yg nolongin Ara waktu itu.”

“Akhirnya Bunda bisa ketemu sama kamu. Bunda mau bilang makasih banget sama kamu ya.”

“Bukan apa-apa kok Tante. Rahel cuman....”

“Eh, no! jangan panggil tante. Panggil aja Bunda, kamu udah Bunda anggap seperti anak Bunda.”

“Hm... oke Bun.”

“Dan cowok yg bantu kita itu Kk Bara ini Bun.”

“Oh ya? ya ampun Bunda senang bisa ketemu dengan kedua anak baik ini. Oh iya, kalian pulang naik apa? Bareng sama kita yuk.”

“Hm... ga usah Bun, Tan.” jawab mereka serentak, yg membuat mereka saling pandang dan tertawa.

“Cie.. barengan dang.” Auora meledekku.

“Iya kan sayang, biasanya jodoh tu.” sahut Bunda Ara.

“Hm... Bunda Rahel pulang dulu ya.” mengalihkan pembicaraan.

“Bareng gue aja Hel.” pinta Ara.

“Aku naik angkot aja.”

“Kok kamu gitu sih, kamu ga mau bareng Bunda? Ceritanya kamu ga mau pulang sama Bunda?”

“Bu-Bukan gitu maksudnya.”

“Udahlah Hel. Please pulang sama gue aja, lagian kan jadi hemat ongkos.”

“Hm... Rahel takut ngerepotin.”

“Ga repot kok Hel.” jawab Bunda Ara.

“Ya Hel? Please–”

“Hm... ya udah. Makasih ya Ra, Bun sebelumnya.”

“Udah ah, makasih mulu kamu. Dan nak Bara mau bareng juga?”

“Ga usah Tan, Bara bawa motor.” jelas Bara.

“Ya udah kalau gitu kami pamit ya Bara.”

“Iya Tan.”

“Bye Kk. Yuk Hel!” ajak Aurora.

“Iya Ra. Aku pamit ya Kk, Assalamualaikum.”

“Waalaikumussalam.” jawabnya dengan senyuman. Senyuman yg bakal bikin hati cewek luluh, tapi ntah kenapa Rahel ga ngerasa hal itu. Jadi maklum aja ya, Rahel emang kayak gitu.

Author POV

Keesokan harinya…

Seorang cewek baru turun dari taksi dan membawa koper yg lumayan besar. Ia melangkah dan kemudian mengetuk pintu. Belum ada tanda-tanda di buka, Ia mengetuk kembali.

‘Tok, tok, tok…’ suara ketukan pintu.

Semua anak-anak sekarang tengah berkumpul di meja makan. Semua menyantap makanan, seketika terdengar suara ketukan pintu.

“Kayak ada yg ketuk pintu.” kata Mami.

“Kayaknya iya Mi. biar Shiren yg buka.”

“Biar aku aja Kk.”

“Ya udah.”

“Assalamualaikum.” ucapnya masih mengetuk.

“Waalaikumussalam.” jawab Rahel sembari membuka pintu.

“Elo?!”

“Kk?!”

Di tengah kehangatan keluarga Mars…

Clara Mars, ibunda tercinta Bara tengah membuat roti lapis untuk keluarganya. Belva Mars tengah sibuk dengan laptopnya. Calysta Mars, adik kesayangannya tengah bermain manja dengan Bara.

“Kk Bara.”

“Ya?”

“Kk tau ga? kemarin Calys ketemu sama Kk cantik.”

“Kk Helen?”

“Ih–bukan. Kk cantik.”

“Nama Kk cantiknya siapa?”

“Hm... namanya Kk cantik.”

“Calys bikin Kk Bara kepo.” Bara mencubit manja hidung adiknya.

“Ih–Kk—”

“Udah-udah. Nih, sarapan dulu.”

“Makasih Bunda.” jawab kedua Kk adik itu serentak.

Keduanya terlihat kompak dan akrab, walaupun memilki selisih usia yg cukup jauh. Ketika hendak mencomoti roti coklat tersebut, ia teringat kembali dengan Rahel yg mencomotinya dengan roti itu. Keluarga hangat itu seketika menatap Bara yg sedang senyam-senyum melihat Roti.


Vote and komennya

Klw ga di vote mager author mau up

PELIK [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang