¹5* Pertemuan

400 48 3
                                    

Mereka kemudian kembali ke Rahel. Rahel yg tengah kepo dengan mesin itu, sedang mencoba menyentuhnya.

"Wih. Kok itu ada asepnya." gumam Rahel.

"Rahel, jangan sentuh itu!" tegas Bara.

"Hah? Aw...." teriakan itu membuatnya terkejut dan tangannya terkena benda panas itu.

"Lo ga papa?" Reyhan panik.

"Ga aku ga papa kok. Cuman panas doang."

"Lo udah gue bilang jangan di sentuh." cerca Bara.

"Kk yg bikin kaget, makanya kesentuh."

"Sini tangan lo." Reyhan membawa air minum. Reyhan langsung membasahi tangan Rahel dengan air. Bara yg melihat itu sedikit cemburu, tapi segera ditepisnya.

"Udah mendingan ga?"

"Udah Kk."

"Bagus kalau gitu." ujarnya, Ternyata Kk Reyhan bisa lembut juga.

"Udah ga papa kan Hel?" tanya Bara.

"Iya Kk. A-aku...." kata Rahel terpotong melihat sebuah motor bersiap melaju ke arah Bara.

"Kenapa Hel?"

"Kk awas!!" peringat Rahel seraya menariknya. Terlihat seorang cowok misterius kesal karena aksinya gagal.

"Woi!" Rahel melempar sebuah batu kecil mengenai ban motornya.

"Aduh." Motor itu jatuh karena tidak seimbang. Rahel berlari menghampiri cowok itu, Reyhan mengikuti langkahnya.  Tapi, cowok itu berusaha bangkit. Ia pun kabur.

"Woi! Yah–dia kabur."

"Lo liat wajahnya ga?" tanya Reyhan.

"Ga Kk."

"Ya ampun Kk Bara." ujar Rahel panik.

Dia kenapa? Begitu pentingnya Bara baginya? Batin Reyhan.

"Kk ga papa kan?"

"Gue ga papa. Lo sendiri?"

"Aku ga papa."

"Sebenarnya dia siapa?" kata Reyhan.

"Gue juga ga tau. Tapi, kenapa dia mau celakai gue?"

"Yg penting kita semua selamat."

"Thanks ya Hel."

"Sama-sama Kk. Astagfirullah." Melihat jam tangannya menunjukkan pukul 14.45.

"Kenapa Hel?" tanya Reyhan.

"Udah mau sore, aku harus ke tempat kerja."

"Ya udah biar gue antar." ujar Bara.

"Hm.. ga usah Kk. Lagian kesian nanti kalau Kk Reyhan ga ada yg nolongin. Lagian ini udah hampir deket. Aku naik angkot aja."

"Ga papa biar gue antar, baru gue tolong Rey." jelas Bara.

"Itu namanya muter-muter Kk. Aku naik angkot aja, itu dia–Aku duluan ya Kk."

Reyhan dan Bara terdiam sejenak. Rahel telah menjauh, Bara membantu Reyhan. Sedangkan Geng 'Cecan' merasa senang karena Rahel telah pergi.

"Tuh si cupu udah pergi. Jadi Bara aman Len." ujar Stella.

"Iya gue seneng banget." kata Helen.

"Ok gaes, gimana kalau kita tetap ke Mall?" tanya Aurel.

"Ide Bagus. Ok, kita cap cuss...."

Mobil itu memutar balik untuk ke Mall. Sedangkan Rahel sudah berada di R.M. tempat ia bekerja. Dia segera mengganti seragam, dan melayani pelanggan dengan baik.

Di taman....

Terlihat seorang cewek cantik sedang duduk bersama kopernya. Reyhan sedang keluar membeli makanan, seketika terfokus oleh cewek itu.

Flashback on
"Ok. Mobil Lo udah bener, gue balik ya." kata Bara.

"Thanks Bar."

"Sama-sama."

Mereka kemudian menaiki mobil, dan pergi ke tujuan masing-masing. Sesampainya di Rumah, Reyhan diminta ibunya untuk membeli makanan di depan kompleks.
Flashback off

"Gue kangen sama taman ini." kata cewek itu.

"Bukannya itu.... "

"Mama, Rey, gimana kabar kalian? Gue kangen." gumamnya.

"Kk Shelin." ucap Reyhan.

"Reyhan." kaget melihat kehadiran cowok itu, ia bangkit hendak pergi.

"Kk mau kemana?" Reyhan meraih tangan Shelin dan menghentikannya.

"Gue mau pergi. Lepasin gue Rey." Shelin menahan air matanya.

"Ga. Kk kenapa harus pergi? Kita punya rumah, kenapa Kk pergi?"

"Itu bukan rumah gue."

"Itu rumah kita Kk. Kk tolong beri gue penjelasan kenapa Kk pergi?"

"Lepas Rey."

"Kk please! kasih gue penjelasan." pintanya, Tapi gue ga bisa, Batin Shelin.

"Kk gue ini adek Lo Kk. Gue ga bisa biarin Kk pergi gitu aja."

Reyhan melepas tangannya, mereka duduk di kursi taman itu. Shelin akhirnya  menjelaskan semua yg terjadi, karena ia merasa Reyhan harus mengetahuinya.

Flashback on
Tristan dan Regina melangsungkan pernikahan. Reyhan akhirnya menyetujui, sedangkan Shelin tidak. Menurutnya, mamanya terlalu cepat melupakan ayahnya. Dia juga merasa bahwa laki-laki yg menikah dengan mamanya memiliki maksud terselubung.

2 bulan setelah pernikahan...

Tristan mengetuk pintu kamar Shelin. Shelin yg tengah buat tugas, merasa tak acuh dengannya.

"Masuk." Shelin terus memandang bukunya.

"Hai Shelin, kamu lagi belajar?"

"Ngapain anda disini?! kamar mama bukan disini."

"Kenapa kamu bicara begitu pada Papa?"

"Maaf, anda bukan Papa saya."

"Ya saya memang bukan Papa kamu." Tristan mengunci pintu kamar.

"Kenapa anda mengunci kamarnya?"

"Ga ada."

"Anda mau ngapain ha? Anda pergi dari sini!"

"Saya hanya berbicara dengan kamu."

"Saya ga mau bicara dengan anda. Sebaiknya anda keluar."

"Saya tidak mau. Saya hanya mengingatkan kamu untuk tidak ikut campur dengan urusan saya lagi."

"Kenapa? Anda takut semua akal busuk anda kebongkar?"

"Saya tidak pernah takut. Saya hanya mengingatkan kamu. Ingat!! Mama kamu di bawah kendali saya."

"Ya, mungkin sekarang. Tapi, saya yakin yg namanya bangkai disembunyikan lama-lama akan tercium baunya."

"Terserah kamu mau bicara apa. Yg jelas kamu harus pergi dari rumah ini. Atau kamu mau...."

Tristan melihatkan video Reyhan tengah berjalan dan sebuah mobil bersiap melaju kerahnya. Dan di video kedua, ia melihat mamanya tengah tertidur, ternyata sudah disiapkan bom untuk meledakkan kamar itu.

"Jangan anda berani sakiti mereka."

"Santai. Saya ga akan lakukan ini, tapi kamu harus pergi. Dan ingat jangan katakan ini pada siapapun."
Flashback off

"Kk serius?" Reyhan Kaget.

"Iya. Tapi Rey, please jangan kasih tau Mama tentang semua ini. Kk takut laki-laki itu akan berbuat macam-macam. Dia itu nekat Rey."

"Tapi Kk...."

"Please Rey, gue ga mau kalian kenapa-napa."

"Hm... iya Kk. Jadi Kk sekarang mau kemana?"

"Lo tenang aja gue udah punya kos-kosan. Lagian disana orang-orang nya baik. Dan gue pesen sama Lo untuk hati-hati dan jaga Mama."

"Iya Kk."

"Ya udah gue pergi dulu. Rey, jangan pernah beri tau siapapun tentang pertemuan kita."

"Hm... ok Kk. Kk, Hati-hati ya." Shelin tersenyum lalu melangkah pergi. Reyhan kemudian kembali ke rumah.

Di rumah makan....

"Rahel, bisa tolong Mami ga?"

"Tolong apa Mi?"

"Ini ada pesanan dan diminta antar ke rumahnya. Kamu bisa antar ga? Soalnya Iren juga lagi anter orderan."

"Bisa kok Mi."

"Ya udah ini pesenan dan total biayanya. Kamu anternya pakai sepeda itu aja, kebetulan ga ada yg pakai. Alamatnya ntar Mami WA."

"Ok Mi. Ya udah Rahel pergi Mi. Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam."

Rahel mengantar pesanan tersebut. Hingga ia menemukan tempatnya, ia lantas memencet bel. Seorang IRT membuka pagar.

"Misi Bu, ini pesenan Bu Aghna Bernialis, totalnya 120k."

"Ini uangnya Mbak."

"Makasih Bu, kalau begitu saya permisi Bu, Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam." IRT itu menutup pagar, seorang gadis menghampirinya.

"Pesenannya udah sampe Bi?"

"Udah non."

"Ya udah Bibi lanjut kerja aja. Biar ini Ara yg siapkan."

"Baik non."

Di Perjalanan pulang...

Kok aku baru sadar kalau nama belakang ibu tadi sama dengan nama Ara. Ah, mungkin kebetulan doang

Rahel terus mengayuh sepedanya dengan santai. Saat melewati sebuah sekolah, ia melihat seorang anak kecil bersama dua orang pria.

PELIK [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang