¹ Lingkungan baru

3.4K 144 106
                                    

Gedung-gedung pencakar langit terpampang jelas dari jendela, laju Bus terus stabil. Bisingnya kota, terobati dengan semilir angin sejuk dari kota ini. Dia, mengeratkan tas sandang bersiap untuk menunggu pemberhentian. Sekitar delapan jam perjalanan, ia turun dengan langkah kecil menatap orang berlalu lalang.

Namanya, Rahel Adisty. Gadis berusia 16 tahun, merantau ke kota demi menggapai cita-cita. Pemilik netra biru berjalan dengan langkah pendek sembari menyeret koper. Dia melirik sekeliling, terfokus pada bangku kosong disudut sana.

Meletakkan koper disebelah kirinya, lalu mengeluarkan ponsel. Ia memandang Google Maps, untuk mencari lokasi sekolah barunya. Seorang cowok berjalan kearahnya, meski ia belum menyadarinya.

“Hmm, Gue duduk disitu boleh?” Suara itu membuat Rahel mendongak, lalu mengikuti arah mata cowok tersebut.

“Boleh Kak,” Rahel kembali fokus pada ponsel, sesekali ia mengetukkan jemari pada dagunya. Cowok disebelah, menangkap raut bingung dari Rahel. Dia mencodongkan kepala, melihat apa yang Rahel pandang dari ponsel.

“Lo kenapa?”

“Hmm, ini Kak,” Rahel menunjukkan ponsel, menampilkan Goggle Maps pada layarnya.

“SMA Alam Semesta,” ejanya pada layar dibalas anggukan dari Rahel,”Kakak tau itu dimana?”

“Oh, Gue tau.” Dia mengembalikan ponsel Rahel, “dari sini, Lo tinggal naik angkot warna kuning. Terus Lo bilang deh, mau ke SMA ini. Ntar Lo bakal diberhentikan diseberangnya.”

“Oh,” Rahel mangut-mangut, “makasih ya Kak,” Cowok itu mengangguk dan segera berdiri menaiki taksi pesanannya.

“Gue duluan ya?”

“Iya Kak,” Rahel berdiri sekedar berpamitan, “hati-hati Kak, makasih atas bantuannya.”

“Sama-sama.”

* * *

Sekitar sepuluh menit ia menunggu, akhirnya sebuah angkot kuning berhenti didepannya. Ia menyeret koper, duduk ditempat kosong dan mengatakan tempat tujuan pada Sang supir. Dua puluh menit ia menepuh perjalanan, hingga sudah turun sembari memposisikan koper disebelahnya.

“Berapa Pak?”

“12 ribu aja Neng,” Rahel mengangguk paham, ia merogoh kantong jaketnya dan memberikan selembar uang berwarna hijau, dua puluh ribu.

“Ini Pak,” Supir tersebut menerimanya, lalu memberikan empat lembar uang dua ribuan sebagai kembalian.

“Makasih Pak,” Angkot itu kembali melaju, Rahel berdiri ditepi trotoar menunggu lampu lalu lintas berubah menjadi merah. Tepat saat lampu berubah, ia berjalan menyeret koper dan terhenti pada pagar kokoh yang ternyata tinggi, bukan karena dirinya pendek.

“Wah! Besar banget!” Dia melangkah masuk pada celah pagar yang terbuka setengah, namun ia lantas berhenti ketika mendengar suara seseorang dari belakangnya.

"Maaf Nak, kamu siapa ya?"

"Hmm, Saya Rahel Pak,” Rahel menyalami tangan Bapak yang seperti mengenakan seragam satpam.

"Saya Roni, penjaga sekolah disini.” jelas Roni, Rahel lantas mengangguk. Roni memandang Rahel secara keseluruhan, “kamu mau ngapain Nak?”

PELIK [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang