²¹ Telat

324 45 5
                                    

Keduanya terlelap, hanya nyanyian hewan-hewan kecil yg terdengar dalam keheningan malam.

Pagi harinya, Rahel masih tertidur tidak seperti biasanya. Memang sih, hari ini dia ada kelas siang. Dia merasa sangat lelah, Shiren pun tidak tega untuk membangunkannya. Shiren kembali bekerja seperti biasanya, Mami menghampirinya di meja kasir.

“Shiren dari tadi Mami ga liat Rahel. Kamu tau dia dimana?”

“Rahel masih tidur Mi. Sepertinya dia kurang enak badan Mi.”

“Ya ampun. Ya udah kita bawa aja ke Rumah Sakit sekarang.”

“Rahelnya ga mau Mi.”

“Kok gitu.”

“Iya Mi. Dia bilang, dia hanya butuh istirahat doang.”

“Ya udah. Kalau kondisinya memburuk, kita akan tetap membawanya.”

“Iya Mi”

Di kamar no 26…

Hari menunjukkan pukul 10.00. Rahel terbangun dari tidurnya, badannya sudah lebih baik. Rahel sontak kaget melihat jam di tangannya. Rahel memeriksa hp untuk melihat kelasnya, untung saja kelasnya mulai pukul 11.00. Tapi tetap saja, Rahel bisa telat. Rahel bergegas bersiap, setelah itu ia berlari menuruni anak tangga.

“Eh aku harus pamit dulu.”

“Mi, Rahel berangkat ke sekolah ya?”

“Rahel, akhirnya kamu keluar. Eh tapi emangnya kamu udah enakan?”

“Udah kok mi. ya udah Rahel berangkat ya. Assalamulaikum.” Rahel mengecup tangannya dan langsung menaiki angkot.

Sesampainya di sekolah, pagar kedua telah tertutup. Tentu saja, karena ia terlambat 5 menit. Sistem belajar SMA ini memang berbeda, dan jadwal buka pagar adalah setiap pukul genap dan tutup setiap pukul ganjil. Aneh emang…

“Pak, tolong buka dong.” pinta Rahel.

“Maaf, kamu sudah terlambat.”

“Pak, please! Rahel kan telat 5 menit. Tolong lah Pak.”

“Mau sedetik pun, yang namanya siswa tak disiplin dilarang masuk.”

“Pak baru kali ini Rahel telat Pak. Rahel janji ga telat lagi. lagian bapakkan tau Rahel disini karna beasiswa. Jadi tolong ya Pak.”

“Tidak bisa. Yg namanya aturan dibuat untuk ditaati, bukan dilanggar. Dan itu berlaku untuk semua.”

“Tapi Pak....”

“Biarkan dia masuk Pak.” perintah Pak Bimo.

“Pak Bimo. Tapi dia te....”

“Buka saja.”

“Rahel, ikut ke ruangan saya.” perintah Pak Bimo.

“Tapi, saya ada kelas Pak.”

“Kamu ke ruangan saya dulu.”

“Ba-baik Pak.”

Flashback on
Pak Bimo menerima telfon dari seseorang. Dia adalah Mami Ica, pemilik kos-kosan Rahel. Ia menjelaskan tentang kondisi Rahel, dan ia meminta Pak Bimo agar tidak menghukumnya karena telat.

“Baik Bu.”

“Terimakasih ya Pak. Assalamualaikum.” jawab dari sebrang telfon.
Flasback off

Pak Bimo menjelaskan hal itu kepada Rahel. Lalu, Rahel kembali ke kelas dengan sebuah surat izin masuk. Seperti bukti kalau telatnya telah dimaafkan guru piket gitu… Rahel masuk dengan malu, untung saja kelas B.Indonesia, itu kan Walasnya. Semua anak-anak fokus kembali dengan materi.

Akhirnya kelas usai…

Kenapa mereka ke lapangan ya? Rahel memandangi murid yang lainnya.

“Hel, lo ga ganti baju?” tanya Rika yg telah mengganti baju.

“Untuk apa?”

“Lah, lo lupa hari ini kan kelas olahraga untuk kelas kita.”

“Astagfirullah aku lupa.”

“Jadi lo ga bawa baju?”

“Ga. Duh gimana nih?”

“Emangnya lo udah dapat seragam olahraga?” tanya Daniel baru hadir hendak memasukkan baju ke tasnya.

“Eh, iya juga ya.”

“Lo ini ada-ada aja Hel.”

“Ya udah aku ke ruang kurikulum dulu ya.”

“Gue ikut dong. Bosen gue disini.” pinta Rika.

“Ya udah yuk.”

Ketika hendak keluar pintu, keluarlah seorang Guru yg sama waktu memberikan seragamnya pada waktu itu. Ia memberikan seragam olahraga kepada Rahel, alasannya sama. Pak Devan, selaku guru kesiswaan yg menitipkannya pada ibu itu. Mereka segera pamit, dan Rahel mengganti seragam. Setelah selesai, Rahel dan Rika menuju ke lapangan. Tidak cukup lama menunggu, Pak guru pun datang. Tapi ia tak sendirian, ia bersama dengan dua orang yg tak asing di mata Rahel.

“Siang anak-anak.” sapa Pak Royan, guru olahraga.

“Siang Pak.”

“Baiklah anak-anak, hari ini cukup panas. Ntah kenapa kelas kalian dapat jam olahraga pukul 13.00 seperti ini. Jadi untuk dua jam ini, Bapak akan buat perubahan.”

“Perubahan bagaimana Pak?”tanya Daniel.

“Perubahan jadwal. Jadi Bapak sudah diskusi dengan yg guru lain, kalian olahraganya ditunda. Kalian olahraganya jadi sore. Dan untuk sekarang, kalian bisa kembali dan masuk ke kelas berikutnya. Kalian sudah di data, jadi jadwal kelas yg lain di majukan.”

“Oh..” jawab kami seperti beo.

“Oh ya saya lupa. Tentunya kalian heran dengan dua cowok tampan di sebelah saya. Tapi, bukan mereka aja, saya juga.”

“Haha... iya Pak.”

“Kalian udah kenal juga kan sama mereka?”

“Udah kok Pak.” jawab Rika pelan, tapi ya tetep kedengaran kalau yg lain diam.

“Huu... Rika mah kalau cogan jangan tanya lagi.” Marcel meledek.

“Ih, lo diam ga .” Rika Kesel.

“Sudah-sudah. Kamu ini Marcel, paling hobi ganggu Rika. Hati-hati ntar jodoh lagi.” kata Pak Royan.

“Haha... cieee.…” sorakan kami pecah.

“Ih, Bapak. Mana mau saya sama dia, kayak ga ada cowok lain aja.” tukas Rika.

“Lo kira gue mau sama lo?! Jangan mimpi lo!” jawab Marcel.

“Alah lo ngaku aja, lo suka kan sama gue?” kata Rika percaya diri.

“Pede amat lo.”

“Eh sudah kalian bisa diam ga? Atau saya bawa penghulu biar kalian diam?” tegasnya.

“Ga Pak.” Jawab Marcel dan Rika serentak.

“Cie.. samaan dang–” semua anak tertawa.

Sepertinya dia udah baikan, Reyhan melihat Rahel.

Lo tau ga Hel? Gue seneng liat lo ketawa gini. Gue jadi merasa bersalah karena sikap Helen ke elo, Batin Bara.

“Ini gara-gara lo.” tukas Rika.

“Enak aja lo.”

“Ngapain lo masih liat-liat gue.” Rika kesel.

“Heh Mbak. Pede amat, gue kalau mau lirik orang ngira-ngira juga kali.”

“Alah, lo ga usah ngeles, jelas-jelas lo liatin gue kayak gitu.”

“Heh! lo jadi cewek resek amat. Lagian lo sih, ngapain lo berdiri di samping bidadari gue, kan lo jadi geer. Jangan-jangan lo yg suka sama gue.” jelas Marcel.

“Hah bidadari?” Rika langsung memandangku.

“Ya iyalah. Noh," tunjuknya, "Rahel kan bidadari gue, ngapa lo cemburu?”

“Idih… mimpi lo kali ya. kalau Rahel emang patut aja dibilang bidadari. Orang dia emang baik, dan manis. Kalau elo, mana cocok deket sama Rahel. Jadi ga usah ngaku-ngaku Rahel ini bidadari elo.”

“Heh! kan gue yg mau bilang gitu. Lagian Rahel aja ga sewot. Kenapa situ yg sewot.”

“Lo itu–”

“Rika! Marcel! Kalian lari 10 keliling lapangan! Cepat!!” perintah Pak Royan.

“Hah? Tapi Pak....”

“Masih kurang?”

“Cukup Pak.”

“Semangat ya Rika. Kamu pasti bisa, yg sabar ya.” bisikku padanya.

“Ok anak-anak, kalian kembali ke kelas berikutnya. Dan berkumpul lagi disini pukul 16.00, serta materi kita nanti adalah Basket. Jadi karena Bapak nanti hanya bisa sebentar mengajar, bapak akan meminta Reyhan dan Bara menjadi pelatih kalian. Apa bisa dimengerti?!”

“Siap bisa Pak.”

Semua anak kembali ke aktivitasnya. Rahel telah selesai mengikuti dua kelas tersebut. Sekarang hari menunjukkan pukul 16.00. Semua anak-anak kembali ke lapangan.


Hai readers ku 😘

Vote & komen

Yg pura-pura lupa ntar disuruh mamanya beli paket sendiri 😂

PELIK [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang