9* Teman Baru

473 67 2
                                    


Saat Ia sedang mencari angkot, ia tak sengaja melihat seorang cewek cantik seumuran dengannya diganggu oleh beberapa cowok. Mereka ngapain sama tu cewek, Batinku.

“Mana duit lo! Pasti duit lo masih ada kan. Serahkan semua ke gue!” perintah Mozar.

“Keknya aku pernah liat tu cowok. Tapi, dimana ya.” Rahel bergumam.

“Udah ga ada lagi Kk. Please! biarin aku pergi.” pinta Aurora.

“Enak aja lo. Lo ga usah bohong sama gue cantik. Lo itu anak orang kaya, apa lo mau celaka?” ancam Mozar.

“Oh iya, itukan Kk yg kemarin berantem sama Kk Bara.”

“Ga Kk.”

“Ya makanya lo serahin duit lo sekarang!” tegas Mozar.

“Ba-ik–Kk.” jawab Aurora sambil mengambil uang di tasnya.

“Ini ga bisa dibiarin.” Rahel melangkah mendekat.

“Cepetan!” Mozar membentaknya.

“Hm… i-ni....” menyerahkan uangnya.

“Lambat amat sih Lo.” Mozar langsung merampasnya.

“Enak aja ngompas anak orang.” Rahel langsung merampas kembali uang di tangannya. Mozar kaget dan emosi dengan kehadiran Rahel. Dan ia juga merasa seperti tidak asing dengan cewek berhijab tersebut.

“Woi!! itu duit gue.” Mozar emosi.

“Jelas-jelas ini duit dia. Aku udah liat kali,"ujarku, "nih, uang kamu.”

“Ma–ka... sih.” Aurora menatap Rahel cemas.

“Heh! lo ga usah sok jadi jagoan disini.” ucap anak buahnya.

“Ga ada yg bilang aku jagoan kok kak. Lagian Kk ngapain ambil hak orang lain kek gini, sama cewek lagi. Cemen amat.” sahut Rahel.

“Apa lo bilang!!”

“Eh, salah ya Kk? kalau cemen salah, berarti pengecut dong.”

“Lo berani sama gue!!” Mozar semakin emosi.

“Hm... ga sih. Kan Kk cuman seorang pengecut yg main keroyokan, terus beraninya sama cewek lagi.”

“Sekali lagi lo ngomong gue akan…”

“Udahlah Bos. Ngapain kita ngurusin cewek ingusan kek gini.”

“Kalau ngomong itu ngaca dulu Kk.” cerca Rahel yg membuat Mozar semakin emosi.

“Lo ga usah banyak bacot. Kalian semua habisi dia.” perintah Mozar. Rahel yg mendengar aba-aba itu lantas bersiap. Ia meminta Aurora pergi. Jelas saja ia tak mau, karena Rahel hanya sendiri dan mereka berempat.

“Udah. Kamu tenang aja. Aku bisa atasi ini kok.”

“Tapi….”

“Hei Mbak. Udah selesai bicaranya?” Mozar angkuh.

“Oh. Udah.” jawab Rahel santai.

“Lo yakin?” Aurora menatap cemas.

Rahel menatap Aurora dengan senyuman. Aurora pun mengikuti kode Rahel untuk bersembunyi. Pertempuran dimulai. Serangan demi serangan dapat Rahel atasi, bahkan satu persatu anak buah Mozar dapat ditakhlukkan. Aurora mulai merasa lega dan ia terus berdoa. Mozar semakin emosi, tidak satu pun anak buahnya yg bisa ia handalkan.

“Hei Kk bangun!” kata Rahel pada anak buahnya yg tergeletak.

“Wah, Wah... ternyata lo hebat juga.”

“Ga kok biasa aja.”

“Lo ga usah belagu. Rasain ini!” serangnya, Rahel dengan sigapnya menangkis serangan dari Mozar. Pertempuran semakin hebat, karena Mozar sangat kuat. Tapi, semangat Rahel tidak pudar. Walau ia harus terkena pukulan di tangannya.

Sementara itu…

Bara sedang otw pulang ke rumah. Di tengah perjalanan, ia tak sengaja melihat kegaduhan  di tempat tersebut. Awalnya ia tak menghiraukannya, tetapi ia melihat ada seorang cewek berlari ke arahnya.

“Kk— Tolong berhenti—” teriak Aurora.

“Lo manggil gue?” Bara menghentikan motornya.

“Huft... iya Kk," Aurora mengatur nafasnya, "Kk Bara bisa bantuin gue ga?”

“Lo tau nama gue?”

“Itu ntar deh gue jelasin Kk. Yg penting Kk bisa bantuin gue ga?”

“Maaf gue sibuk.” mulai menyalakan motornya.

“Please Kk! Bantuin gue.”

“Lo minta bantuan aja ke yg lain, gue sibuk.”

“Mau minta tolong kemana Kk. Ini jalanan sepi Kk, ga bakal ada yg lewat selain pemilik rumah disini. Please kk bantuin gue!! gue ga tega sama dia. Dia jadi harus lawan Kk Mozar gara-gara nolong gue.”

“Bentar, lo bilang Mozar?”

“Iya Kk. Jadi please tolong gue Kk. Kk ga kasian sama dia, dia itu cewek loh Kk.”

“Lo ga mengada-ada kan?”

“Ya iyalah Kk. Kk mau bantuin kan? Please kk!”

“Ya udah.” Aurora pun mengarahkan Bara ke tempat itu. Bara terkejut melihat Rahel, tentu saja ia mengenali cewek itu. Rahel masih belum menyadari kehadiran mereka. Rahel terus melakukan serangan balasan ke Mozar, hingga Mozar terjatuh.

“Maaf Kk, sakit ya?”

“Tu cewek hebat juga.” gumam Bara kagum dari balik tembok. Kurang ajar ni cewek!! Batin Mozar.

“Mau aku bantu Kk?” Rahel dengan tulus menjulurkan tangannya.

“Gue ga butuh.” Mozar meluncurkan serangan yg membuat Rahel kaget dan terjatuh.

“Aduh….” Rahel merintih sakit dilengannya.

“Hahaha… lo pikir lo bisa menang?!” Mozar lalu mengambil sebuah kayu dan bersiap memukul.

“Kk–kk mau ngapain? Kk?“

“Gue mau bunuh lo.”

“Kk, istigfar. Jangan lakukan ini.”

“Rasain ini—” Rahel menutup badannya dengan kedua tangan. Melihat hal tersebut, Bara langsung menahan tangan Mozar. Sedangkan Aurora berlari kearah Rahel.

“Elo!” Mozar kaget.

“Lo mau bunuh tu cewek.” melempar kayu itu menjauh.

“Lo ga usah ikut campur!” tegas Mozar.

“Gue ga akan ikut campur kalau lo ga main curang.” tegasnya, Kk Bara, Batinku.

“Lo ga papa?” tanya Aurora kepada Rahel.

“Aku ga apa kok.”

“Apa maksud lo?” ucap Mozar.

“Lo ga nyadar. Kalau lo itu lawan cewek. udah curang, ternyata lo pengecut juga.” jelas Bara.

“Lo ga usah banyak bacot.” langsung melancarkan serangan ke Bara.

Terjadilah pertempuran yg hebat, sebab mereka sama-sama cowok tampan dan kuat. Rahel tak bisa berbuat apa-apa, kondisinya mulai melemah. Serangan demi serangan dapat Bara atasi, Mozar mulai melemah. Bara lalu menghantamnya hingga terjatuh pingsan. Setelah kondisi aman, ia menghampiri Rahel.

“Ok. Lo tunggu disini, gue cari minum sama obat dulu.”

“Eh, ga usah repot-repot.”

“Udah lo diam aja disini, ok? Please hanya ini yg bisa gue lakukan.”

“O–ok.”

“Lo tunggu disini, jangan kemana-mana.”

“Iya.” Aurora pergi mencari Apotik, Bara yg khawatir lantas menghampiri Rahel. Rahel sedang duduk sendiri sambil terus memegang tangan kirinya.

“Duh, kok nyeri ya? Pantesan, luka kemarin jadi kebuka lagi.”

“Lo ga apa?”

“Kk Bara," ujar Rahel sembari menutupi luka, "ga kok Kk.”

“Lo ga usah ngeles. Tuh liat.”

“Ini cuman tergores dikit Kk. Hehehe..”

“Lo ini aneh. Udah berdarah gitu masih bisa ngeles kayak bajai.”

“Hahaha.. aku ga gitu kok. Oh iya, Kk kok bisa ada disini?”

“Gue kebetulan lewat tadi.”

“Oh gitu. Makasih ya kk.” menatap Bara tersenyum.

“Sama-sama.” membalas tatapan Rahel. Mereka tak sengaja saling bertatap. Aurora tiba. Melihat Rahel dan Bara saling bertatap, Aurora pun iseng dengan langsung duduk di tengah mereka. Rahel dan Bara seketika kaget.

“Hayo–kalian berdua ngapain?”

“Astagfirullah. Kamu tiba-tiba nongol, bikin kaget aja.”

“Habisnya kalian berdua sih. Masa gue datang malah dicuekin.”

“Lo dari mana aja?” ucap Bara.

“Ini gue beli minum sama obat untuk dia. Sini tangan Lo.”

“Hm... Makasih ya.”

“Oh ya nama lo siapa?”

“Rahel.”

“Oh Rahel. Gue Aurora, lo bisa panggil gue ara atau rora. Oke, luka lo udah gue obatin.”

“Makasih ya ra.”

“Seharusnya gue yg bilang makasih. Berkat lo uang gue ga mereka ambil.”

“Bukan apa-apa. Itu hanya kebetulan doang, tapi lain kali hati-hati. Jangan mau dikompas orang kayak gitu lagi.”

“Lain kali gue akan hati-hati.”

“Kalau gitu gue balik ya?” tanya Bara.

“Iya Kk. Makasih ya atas bantuannya.” ucap Aurora.

“Iya Kk. Makasih.” ujar Rahel.

“Sama-sama. Gue balik.”

“Hati-hati Kk.” Bara melangkah jauh meninggalkan kami. Aurora menawarkan Rahel pulang naik taksi. Awalnya Rahel menolak, Tapi ia tetap membujuk Rahel. Hingga Rahel mengikutinya.

Sesampainya di depan R.M. Mami Ica…
Rahel POV
“Makasih ya Ra.”

“Sama-sama Hel. Gue pamit dulu ya.” Taksi itu pergi menjauh.

“Rahel. Kamu darimana aja? Kok baru balik.” Mami panik.

“I-iya maaf Mi. Tadi....”

“Ya ampun Hel. Tangan kamu kenapa?” kaget melihat tanganku di perban.

“I-ini Mi–”

“Cerita sama Mami, ada yg jahatin kamu?”

“Ga kok mi. Ta... di itu Rahel ga sengaja liat cewek sebaya Rahel diganggu sama orang. Jadi– ya Rahel to–longin Mii–”

“Ya ampun Rahel. Kamu kalau baik itu boleh, tapi jangan sampai terluka gini dong sayang. Tapi kamu ga apa kan?”

“Ga kok Mi. Karena ini juga aku dapat teman baru Mi, dia juga satu sekolah denganku. Hehehe....”

“Kamu ini. Ya udah kamu istirahat aja ya. Ga usah kerja dulu.”

“Tapi Mi....”

“Ga ada kata tapi lagi. Kamu harus istirahat, tenang gaji kamu ga akan Mami potong.”

“O-oke Mi. Oh ya, ini uang pelanggan tadi.”

“Makasih ya sayang.”

Rahel melangkah ke kamar. Hari yg cukup melelahkan baginya. Dan ntah kenapa Rahel bahagia karena bisa menolong Ara. Sementara di Rumah Bara, Ia membayangkan momen-momen bahagia dengan Rahel.

“Tu cewek keren juga. Argh.. lagi-lagi gue mikirin dia, kayak ga ada cewek lain aja.” Menepis hayalannya.

Tok- tok… suara seseorang mengetuk pintu.

PELIK [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang