¹7* Sebuah Kertas

379 45 7
                                    

Reyhan menjawab dengan anggukan kepalanya. Rahel lalu pergi ke kantin. Disaat Reyhan hendak membuka bukunya. Kertas itu terjatuh, Reyhan menatap lalu mengambilnya.

"Kertas apa ini?" kata Reyhan sambil membuka lipatannya.

Di dalam Kertas itu terdapat sebuah tulisan.

Hai Kk Reyhan..
Kk.. kok kk diem aja sih...
Beda banget ga kayak biasanya.

Kalau kk ada masalah lebih baik kk cerita aja
Ya.. terserah sih sama siapa.

Karena setau aku, setelah cerita kita lebih lega kk. Percaya deh.. :)

Sebenarnya aku mau ajak Kk ngobrol tdi. Tapi Kk serem sih.. kan aku jadi ga berani.

Tapi Kk, kk harus inget. Yg namanya masalah itu adalah sebuah ujian kk. Allah itu memberikan ujian sesuai kemampuannya kok. Tinggal kitanya aja, gimana mau menghadapinya.

Mungkin aku cuman mau bilang itu aja.
Habis ini terserah kk deh, aku tau kk pasti bisa hadapi nya. Semangat Kk :)

Maaf ya Kk kalau aku jadi sok tau. Terserah deh kalau Kk mau bilang aku sok tau, sok bijak, tapi satu hal yg harus Kk tau aku itu ga pernah modus Kk sama sekali.

Suer dah... Ga boong...
Aku cuman mau bantu doang
Kalau Kk mau buang juga silahkan, yg penting kan Kk udah baca hehehe....

Ya udah Bye kk. Assalamualaikum...


Salam Rahel


"Rahel.. gue yakin Lo orang baik. Thanks ya udah semangatin gue." Reyhan tersenyum. Reyhan menyimpan kertas tersebut ke dalam tasnya. Sedangkan Rahel sedang mencomoti bekal roti coklat di Kantin.

"Kira-kira Kk Rey udah baca ga ya?" gumam Rahel sembari mencomoti roti.

"Eh.. itu Rahel. Gue samperin ah." Aurora menghampirinya.

Atau mungkin udah dibuangnya? bisa jadi kan Kk Rey kira itu sampah, Batin Rahel.

"Rahel!!" Aurora mengejutkan Rahel.

"Astagfirullah Ara, kamu ngapain kagetin aku?"

"Hahah.. habisnya Lo ngapain bengong Hel?"

"Ga ada yg bengong, nih liat aku lagi makan."

"Iya elo emang lagi makan. Tapi pikiran Lo ntah kemana."

"Kamu ga ada kelas?"

"Ada. Tapi bentar lagi, makanya gue ke kantin dulu. Terus gue liat Lo makanya gue samperin."

"Oh." kataku kembali mencomoti roti.

"Lo sendiri Hel?"

"Ada. Cuman masih lama, sekitar pukul 11.00."

"Terus lo ngapain ke sekolah pagi-pagi amat. Emangnya Lo ga kerja?"

"Aku udah izin. Aku ke sekolah pagi-pagi, ya karena aku mau baca buku di perpus."

"Oh, gitu." Aurora memesan makanan. Sedangkan Bara sedang berada di taman bareng Helen.

"Yang, ga kerasa ya. Udah hampir 1 tahun aja."

"Iya. Tapi kenapa lo tiba-tiba bicara itu?" tanya Helen.

"Lo lupa? Besok tanggal berapa?"

"Hah?" Helen lantas melihat Hpnya, seketika ia tersenyum.

"Hayo... tanggal berapa?"

"12. Tanggal jadian kita Yang. Sorry gue lupa."

"Ga papa kok."

Mereka tersenyum bahagia. Mereka saling mengingat momen-momen bahagia. Momen dimana Bara menyatakan perasaannya di depan banyak orang.

Flashback on
Semua anak berkumpul di lapangan. Saat itu guru tengah rapat, jadi anak-anak free. Helen yg sedang sibuk dengan gengnya, tiba-tiba diminta ke lapangan.

"Helen Lo di suruh ke lapangan." ucap pria suruhan Bara.

"Ngapain? Siapa yg suruh?"

"Udah Lo  ke lapangan aja dulu. Ntar Lo tau juga."

Helen melangkah ke lapangan. Dia diarahkan untuk berdiri di tengah lapangan Basket seorang diri. Dia bingung, kemudian datang seorang pria membawa setangkai bunga yg sengaja ia sembunyikan.

"Hai Helen."

"Bara." ujarnya, Bara seketika berlutut di hadapannya.

"Eh, Bar. Lo kenapa berlutut?"

"Sejak awal kita bertemu, ntah kenapa detak jantung gue tak beraturan. Gue selalu mencoba tenang, tetapi senyuman lo membuat gue jadi salting. Lo orang pertama yg bikin gue jadi gini. Lo tau ga, ntah kenapa gue nyaman banget deket Lo. Mungkin itu yg namanya cinta. Dan ya.. Mungkin gue bukan tipe cowok romantis yg bisa merangkai sebuah puisi untuk lo. Jadi, Helen maukah Lo jadi pacar gue?" Bara lalu mengeluarkan setangkai bunga.

"Bara." Helen kaget mendengarnya.

"Terima, terima, terima...." sorakan dari anak-anak yg lain.

"Uuh, So sweet–Terima Len! Terima, terima...." Teman gengnya mengikuti yg lain.

"Jadi gimana?" Bara bertanya.

"Hm... maaf." Seketika mereka berhenti. Bara kaget dengan kata 'maaf'. Ia merasa ia akan pupus harapan untuk menjadi pacar Helen.

"Gue terima apapun keputusan Lo. Mungkin kita emang..."

"Gue belum selesai ngomong."

"Maksud Lo?"

"Ya maaf gue ga bisa nolak Lo." Helen mengambil bunga itu dari tangan Bara.

Semua anak-anak bersorak. Bara terkejut mendengarnya, terlalu bahagia ia tak sengaja memeluk Helen.

"Sorry Hel, gue ga sengaja."

"Ga papa kok."
Flashback off

"Helen, gue harap kita jodoh." kata Bara.

"Gue juga harap gitu Bara."

Mereka bertatap, lalu kembali ke kelas masing-masing. Reyhan selesai dengan buku-bukunya. Kini, Reyhan hendak menemui Rahel. Tapi, niat itu diurungkan. Melihat Rahel sedang bersama Aurora.

"Rahel lagi sama temannya, ntar deh gue temui dia." Reyhan melangkah jauh.

Di kantin....

"Rahel, gue ke kelas dulu ya?"

"Iya."

"Bye Hel!" Rahel tersenyum melihat sahabatnya itu. Roti telah ludes ia makan, sedangkan hari menunjukkan pukul 09.00. Rahel memutuskan untuk kembali ke Perpustakaan. Ternyata, Reyhan masih ada disana.

Flashback on
"Rahel lagi sama temennya, ntar deh gue temui dia." Reyhan melangkah jauh.

Reyhan kembali ke Perpus, karena kelasnya masih lama.
Flashback off

Rahel duduk kembali di tempat yg sama. Ia masih takut menyapa Reyhan. Seketika ia kaget ketika Reyhan membuka bicara.

"Thanks ya." ucapnya.

"Hah? Untuk apa Kk?"

"Lo udah kasih ini." kata Reyhan seraya menunjukkan sebuah kertas.

Oh iya itu kan kertas yg aku selipkan di bukunya, Batin Rahel.

"Tapi Lo jangan harap bisa deket sama gue. Gara-gara kertas ini." tegasnya.

Baru aja mau puji, udah keluar lagi setannya, gerutu Rahel.

"Woi! Lo denger ga?!"

"Iya aku denger Kk." Rahel kembali fokus dengan bukunya. Reyhan mencuri pandangan dengannya.

Kenapa lo diam? Gue pengen cerita sama Lo tau, Batin Reyhan.

Hm... Kk Rey kenapa liat-liat aku ya. Apa ada yg salah ya dengan ku, Batin Rahel.

Dia kenapa? Apa dia tau gue liatin, Batinnya.

Hm.. Kk kenapa? Kok daritadi liatin aku? Ah... ga. nanti aku dibilangnya geer lagi, Rahel kembali fokus dengan bukunya.

Mereka hanya diam, tak ada yg mau mulai pembicaraan. Rahel ingin bicara, cuman dia tak mau nanti malah berantem. Sedangkan Reyhan, dia gengsi memulai pembicaraan karena ia mengira Rahel akan kepedean.

"Hm... Kk ga ada kelas?" Tanya Rahel.

"Ada." jawabnya, Wih. tumben dia ga nyolot, Rahel tersenyum.

"Lo sendiri?"

"Ada Kk. Sekitar pukul 11.00."

"Oh."

"Hm... Kk maaf banget. Aku perhatiin dari tadi, Kk seperti ada masalah ya?" tanya Rahel.

Apa gue cerita aja ya sama dia, Reyhan terdiam.

"Kalau Kk ga mau cerita juga ga papa. Itu hak Kk kok."

"Dan Lo juga berhak denger."

"Hah?"

"Lo kenapa kaget?! gue kan bilangnya santai."

"Hm... iya Kk maaf."

"Gue cuman lagi bingung."

"Kk cerita aja ke aku, siapa tau aku bisa bantu."

"Intinya ini masalah keluarga."

"Oh."

"Kenapa lo ga banyak pertanyaan?"

"Hm.. ga Kk. Kalau masalah keluarga kan, emang ga sembarangan orang bisa tau. Aku ngerti kok perasaan Kk. Intinya ya Kk, kalau Kk lagi bingung atau ngerasa ga tau apa yg harus dilakukan untuk menghadapi masalah. Kk jangan lupa, Allah masih mau membantu. Kk bisa minta bantuannya, karena Allah pasti akan membantu hambanya yg sedang bimbang." Rahel bicara panjang kali lebar = luas persegi panjang.

Ga salah gue cerita sama ni cewek, Batinnya.


"Thanks." kata Reyhan dengan senyuman.

"Hm... sama-sama Kk."

Hari menunjukkan pukul 10.10. Reyhan hendak pergi ke kantin. Ia meminta Rahel ikut dengannya. Awalnya Rahel menolak, tapi melihat ekspresi Reyhan seperti mau menerkamnya. Rahel jadi mengikutinya.

Di kantin....

Geng 'Cecan' memasuki Kantin, mereka kaget melihat Rahel bersama Reyhan. Rahel masih belum sadar dengan kehadiran mereka.

"Eh, itu si cupu ngapain deket-deket ayang beb gue." Aurel kesal.

"Tu cewek emang suka modus ya. Kemarin dia deketin Bara, sekarang dia deketin Reyhan, ntar siang paling deketin Daniel. Heran gue." kata Helen.

"Dia ga punya kaca kali di rumah." sahut Stella.

"Apa perlu kita kasih dia kaca? kesian banget gue liatnya."

"Tenang gaes. Gue ada rencana baru nih." Aurel berbisik dengan gengnya. Seketika mereka tersenyum licik.



Vote and komen

Salam dari Cecan😘

PELIK [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang