⁴ Salah Jalan

721 102 0
                                    

15 menit kemudian...

"Alhamdulillah... siap juga." ujar Rahel. "Oke, sekarang aku tinggal pulang deh." Eh.. yg ini tas siapa?

Rahel memperhatikan tas itu. Dia jadi bingung, Apakah ia harus membawanya atau meninggalkannya saja disitu. Akhirnya dia memilih untuk membawanya.

"Ya udah deh aku bawa aja. Besok aku cari pemiliknya."

Rahel lalu menutup pintu itu dengan rapat. Dia kaget ternyata itu pintu yg sangat canggih. Setelah tertutup rapat, Pintu itu secara otomatis terkunci. Dan untuk membukanya harus memasukkan kode kembali.

"Waw... Keren banget ni pintu. Harganya pasti mahal." Rahel takjub. Rahel pun berjalan menuju gerbang.

20 menit kemudian…

"Loh.. kok dari tadi aku jalan ga nemu-nemu gerbangnya."

Rahel meneruskan langkahnya. Ia akhirnya merasa bahwa dirinya kesasar. Kebayangkan sebesar apa tu sekolah. "Aduh capek—kok ga sampai-sampai ya?" Apa aku kesasar? Ya ampun, kalau iya gimana nih?

"Hmm... Apa aku telfon orang. Tapi siapa? Kan aku baru aja di sekolah ini. Aduh gimana nih?? Kok lorongnya makin gelap yaa? Apa aku salah jalan?"

Rahel tetap berusaha jalan walau ia tak menemukan jalan yg benar. Disaat ia memasuki lorong selanjutnya. Ia mendengar suara. Perasaannya mulai lega. Karena bisa saja orang itu membantunya. Ia pun mencari arah suara itu. Akhirnya ia menemukannya.

Tapi.....

Bruk.... Pria itu terjatuh.

Rahel kaget melihat itu. Akhirnya ia memutuskan untuk bersembunyi dulu dibalik pintu.

"Bangun Lo!!" tegas pria yg menghajar tadi.

"Brengsek Lo!!" Ia menghajar pria yg mengahajarnya tadi.

Jadi Pria yg pertama jatuh tadi adalah Mozar Guruh. Ok, namanya aja udah serem jadi kebayang kan orangnya gimana. Dia itu adalah Ketua dari Geng Metamorf. Geng yg paling terkenal disini. Walau Mozar kek gitu, ceweknya banyak tu.

Sedangkan Pria yg Kedua (yg kena hajar kedua itu) adalah Baraleo Mars. Ok, dia itu sebenarnya tampan, cuman gegara dia brandal makanya ia terlihat serem. Mereka berdua itu musuh bebuyutan. Sebenarnya, Mozar itu iri kepada Bara. Karena, ia ga pernah menang lawan Bara.

Ok lanjut lagi...

"Lo kira gue akan nyerah apa!!" ucap Bara.

"Sudahlah Bar. Lo harus ngaku kalah dari gue." ucap Mozar.

"Ga usah banyak bicara!" Bara kembali menghajar.

'Bruk....' Mozar terpental, kini ia pingsan.

"Woi... Bangun Lo!!" Bara menendang pelan kakinya.

"Pingsan? Cemen banget Lo. Woi bangun!!"

"Astagfirullah.... Apa aku lerai ya? Atau lebih baik aku kabur aja. Daripada aku dihajar." kata Rahel.

Karena terburu-buru, Rahel tak sengaja menabrak kursi yg ada disebelahnya. Suara itu lantas terdengar oleh Bara. Bara semakin emosi. Karena ia merasa ada yg melihatnya tadi.

"Aduh..., Pakai ketabrak segala lagi." gumam Rahel.

"Woi... Siapa tu!!"

"Astagfirullah... Mati aku...harus kabur.."

"Woi berhenti!!"

"Aaa—lari!!"

"Woi siapa Lo?! Woi jangan lari!!"

"Apa aku berhenti aja? Ya Allah lindungin aku."

"Woi gue bilang berhenti!"

"Aduh... tu orang makin dekat lagi."

"Woi! Lo bisa berhenti ga!!"

"Aduh....." Rahel terjatuh.

"Akhirnya lo berhenti juga."

"Tamatlah riwayat aku...." gumam Rahel sambil berdiri.

"Eh lo mau kemana ha?!" Bara mengahalangi Rahel. Matilah.. aku. Ok. Kalau dia hajar aku, akan aku hajar balik. Tapi ni orang kan lagi emosi tingkat dewa, Rahel bertekad dalam hati.

"Woi gue ngomong sama elo. Lo itu siapa? Dan ngapain lo disini ha? Jawab!!"

"Ma–ma ... maf Kk. Aku  tadi ga sengaja lewat sini Kk."

"Alah. Lo ga usah bohong. Lo pasti salah satu anak buah Mozar kan! Udah ngaku aja."

"Hah? Mozar? Emangnya dia siapa?"

"Oh jadi gini. Lo pura-pura ga tau dia siapa. Biar penyamaran lo ga kebongkar gitu?"

"Ga kk. Aku emang ga tau dia siapa. Ngapain aku bohong Kk. Bohong itu dosa."

"Udah lo ga usah ceramah deh. Sekarang panggil tu kawan-kawan lo. Cepetan!!"

"Aduh.. kk. Bisa santai ga ngomongnya."

"Oh. Lo berani sama gue?"

"Eh, bukan gitu maksudnya Kk."

"Alahh... Dibilangin ga usah ngeles. Penyamaran lo udah kebongkar. Sekarang mumpung gue baik. Lo panggil teman-teman Lo. Suruh mereka keluar. Cepetan!!"

"Tapi kk, aku emang sendirian."

"Cepetan ga!!"

"Tapi kk, Aku emang...."  Rahel menghentikan ucapannya.

"Apa? Lo emang apa ha?!"

Rahel tak menghiraukan perkataan Bara. Ia terfokus pada seorang pria yg menuju ke arah mereka. Yap, itu Mozar. Ia telah sadar dan kini ia mau balas dendam. Rahel bingung dengan sikap Mozar. Ngapain Kk itu menggeser madingnya? Batin Rahel.

"Woi!! Gue itu ngomong sama elo. Kenapa lo mendadak bisu."

"Kk...."

"Woi!! Gue disini. Lo ngomong sama siapa? Woi liatnya ke gue, Woi lo itu...."

Tiba-tiba mading terjatuh....

"Awas Kk!!" menarik Bara hingga mereka terjatuh.

"Sialan!! Tu anak selamat lagi. Ini semua karena cewek itu." gerutu Mozar.

Rahel dan Bara selamat. Mereka terdiam sejenak.

"Kk ga apa kan?" tanya Rahel sedikit panik.

"Ga. Gue ga papa."

"Syukurlah..."

"Lo liat siapa yg membuat mading ini jatuh?"

"Iya Kk. Aku juga udah heran, kenapa dia menggeser mading ke arah Kk. Dan ternyata, ia memang sengaja membuat mading itu jatuh tepat di Kk."

"Kurang ajar!"

"Loh.. kok aku kurang ajar sih Kk. Kan aku cuman nolongin doang."

"Bukan elo.."

"Loh..terus? Kan yg ada disini cuman kita Kk."

"Argh... Udah ah. Gue malas debat. Lebih baik Lo diam."

"Tapi..."

"Diam!"

Suasana hening untuk beberapa saat. Rahel memutuskan untuk membersihkan serpihan mading yg menempel di lengan bajunya.

"Kenapa lo nolongin gue?" tanyanya, Ya ga mungkin kali aku biarin, Batinku.

"Woi! Gue ngomong sama lo!"

"Bukannya Kk yg bilang aku harus diam."

"Ya itu tadi. Sekarang lo boleh ngomong."

"Oh oke Kk. "

"Jadi?"

"Iya karena ga mungkin dong aku biarin orang lain celaka. Selagi kita bisa bantu, kenapa ga coba?"

"Jadi Lo bukan mata-mata Mozar?"

"Ya ga lah kk. Lagian aku ga kenal sama dia. Kalau pun aku jadi mata-mata, aku milih-milih juga kali Kk."

"Lo ga bohong kan?"

"Emangnya ada tampang-tampang penipu Kk?" Rahel mencodongkan wajanya pada Bara.

"Ga sih."

"Ha itu tau."

"Terus lo ngapain disini?"

"Aku juga ga tau aku ada dimana Kk? Dari tadi aku nyari jalan keluar ga nemu-nemu."

"Lo anak baru disini?"

"Iya Kk."

"Gue baru sadar kalau kita beda seragam."
Rahel menanggapi Bara dengan senyum.
Ni cewek manis juga. Ah... Kenapa gue ngomong kek gitu?!, Batin Bara.

"Hm... sekarang aku mau kemana lagi ya?" Rahel bergumam.

"Lo kenapa?"

"Aku bingung Kk, gimana cara biar aku bisa nemu jalan ke gerbang sekolah. Udah dua jam aku di gedung ini."

"Lo serius?"

"Ya iyalah kk. Ngapain juga bohong."

"Hm.. thanks ya."

"Untuk?"

"Lo udah nolongin gue." Bara menatap hangat Rahel.

"Sama-sama Kk." Rahel membalas dengan senyuman.

"Nama gue Bara. Dan Lo..."

"Rahel Kk." Rahel. nama yg bagus. Dia sangat baik dan manis. Argh... Apa yg ada dipikiran gue ini, Batin Bara.

"Kk... Kk Bara..." Rahel melambaikan tangannya ke wajah Bara.

"Hah?"

"Kk melamun?"

"Ga. Siapa juga yg melamun."

"Oh.. jadi aku yg salah ya. Perasaan aku diam aja."

"Hahaha..."

"Loh kok Kk malah ketawa?"

"Emang gue ga boleh ketawa?"

"Ya boleh sih."

"Nah itu Lo tau." Rahel dan Bara pun terdiam sejenak.

"Rahel."

"Ya Kk?"

"Yok ikut gue."

"Eh.. mau kemana Kk?"

"Tapi Lo bilang mau keluar dari sini."

"Jadi?"

"Ya ampun Lo ini. Kalau gitu Lo ikut sama gue. Biar gue arahkan."

"Oh.. gitu"

"Ya udah ayok jalan."

"Bentar Kk." pinta Rahel sembari mengambil tas yg tertinggal di UKS tadi.

"Itu apaan?"

"Ini Kk. Aku ga tau ini tas siapa. Tadi aku nemunya di UKS."

"Coba gue lihat"

"Nih Kk"

Bara pun mengecek isi tas itu. Ia merasa sangat familiar dengan benda itu. Dugaannya benar, tas itu milik Reyhan.

"Ini tasnya Rey."

"Hah? Kok Kk bisa tau."

"Ya dari bukunya lah. Nih lo liat nama bukunya." ujar Bara seraya menunjuk buku itu kepada Rahel.

"Reyhan Atmosfer."

"Iya itu namanya."

"Oh.. berarti ini tas Kk yg antar aku ke UKS dong." Rahel berguram sendiri.

"Lo kenapa?"

"Ga apa kk."

"Ya udah biar ini gue yg kembalikan."

"Bener Kk?"

"Ya iyalah. Emang ada tampang cowok penipu." Bara langsung melangkah pergi.

"Eh, kok aku kayak kenal sama tu kata-kata."

"Hei! Lo malah bengong. Ayo tapi katanya mau pulang."

"Oh iyaa itu kan kata-kata ku."
"Eh Kk, Tungguin!!" Rahel dengan segera mengejar Bara.

Akhirnya Rahel sampai ke gerbang sekolah.

"Akhirnya aku keluar juga."

"Ya udah kalau gitu lo pulang sana."

"Ih... Aku diusir nih"

"Ya iyalah."

"Ih.. ya udah aku pamit Kk. Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam."

Rahel segera menaiki Angkot di sebrang Gerbang Sekolah.

PELIK [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang