60* Berpisah

507 38 18
                                    

Hayuk lanjut lagi....

Selamat membaca.....

Klik dulu deh, biar enak gitu. Ntar kalian lupa lagi.




“Iya deh Pa. Terus dia dimana? Kenapa ga dibawa kesini? Kan Ara pengen kenal juga sama Bianca. Apa kami mirip Pa?? Cantikan Ara atau Bianca??”

Pertanyaan Aurora membuat Aghna dan Ardhan saling melempar pandangan, mereka hanya diam tak menggubris. Ardhan mengambil nafas kemudian menghela dengan kasar.

“Bianca telah tiada akibat pembunuhan beberapa bulan yang lalu.”

Aurora tertegun. Aghna dan Ardhan saling menunduk dan meminta Aurora hanyut dalam dekapan mereka. Tak butuh waktu lama, Aurora segera meringsut dalam pelukan tersebut.

🌠🌠🌠

“Pakai sabuk pengaman Hel.”

“Iya Kk.”

Mobil itu melesat dengan kecepatan tinggi. Tak ada pembicaraan, keduanya sibuk dengan kegiatan masing-masing. Sialnya, tinggal seperempat perjalanan mereka sampai tapi terhalang oleh kemacetan jalan. Tak mau putus asa, mereka terus mencari celah dan melewati jalan yang terbilang akan memperlama waktu. Tapi apa boleh buat, daripada terjebak kemacetan yang ntah kapan selesai.

Sebuah mobil mewah silver telah terparkir di Bandara Elang. Mereka turun dari mobil sembari menyeret koper tersebut. Suasana bisa terbilang ramai, banyaknya orang yang berlalu lalang tak dapat menutupi rasa sedih dihati cowok tersebut. Dia lalu memesan tiket dan menunggu di kursi pengunjung. Senyuman selalu ia lontarkan pada dua orang bersamanya untuk menutupi rasa sedihnya.

Ting tong

Sebuah kode pesawat telah terdengar, mereka beranjak sesuai intruksi. Langkahnya lambat namun pasti. Ia tak ingin air mata menetes, tetap ia tahan. Ia tak mau terlihat sedih didepan kedua orang yang ia cintai. Mereka saling berpelukan untuk terakhir kalinya.

☄️☄️☄️

“Kamu mau kemana El?” tanya Keyma disaat Daniel melepas pelukan dan meraih jaketnya.

“El mau keluar bentar Mi.” Daniel segera berlari dan menyalakan mesin motornya.

Sebuah rumah dengan taman kecil didepan rumahnya bernuansa abu-abu masih memperlihatkan corak batik disudut temboknya.

Ia memakirkan motornya kemudian melangkah menuju depan pintu kayu kokoh yang tinggi menjulang. Sudah berapa kali tangannya menggantung diudara. Terasa berat untuk menyentuh pintu dan meninggalkan ketukan disana.

Gue harus bisa!

Setelah bertekad ia mengumpulkan tenaga. Belum sempat ia mengetuk, seorang gadis keluar dari pintu tersebut. Gadis yang ingin ia temui sejak lama, tapi tak ada kata ‘berani’ dalam diri cowok tersebut.

“Hai.” sapa Daniel.

“Hm… Hai.”

“Apa kabar lo?”

“Gue baik.”

Daniel terdiam, ia bingung untuk mengatakannya. Ia terlalu takut, atau terlalu lemah ntahlah. Aurora memutar bola mata dengan malas melihat Daniel yang terus menunduk tak menatapnya. Terlalu buang-buang waktu.

“Gue mau pergi.” Aurora langsung melenggang pergi.

“Ra, tunggu!” pinta Daniel.

“Kenapa?” tanya Aurora sembari menghentikan langkah namun tetap tak menoleh.

PELIK [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang