Chapter 01: Contract

307 25 8
                                    

Bel baru saja usai, Raya menghembuskan napas lega karena ini pertanda bahwa ia juga akan ikut beristirahat. Kegiatan Masa Orientasi Siswa hari pertama-meski belum berakhir, berjalan dengan lancar. Rasa berdebar yang awalnya terasa sejak rapat hingga acara berlangsung telah menguap begitu saja.

Raya kembali ke kelasnya, 11 IPS 1 yang selama setahun kedepan akan menjadi kelasnya di tahun kedua di SMA.

Baru saja Raya melangkahkan kaki menuju pintu kelas, dua orang laki-laki menghalangi. Mereka bukan bagian dari OSIS, tetapi Raya mengenal karena salah satu dari mereka teman sekelasnya saat kelas sepuluh sebelumnya. Mendesah napas, Raya melipat kedua tangannya di depan dada, "Ngapain kalian?"

"Gue mau tanya," buka Minhee. Mendadak lelaki yang biasanya bertingkah banyak, tak bisa diam, tetapi mendadak selalu merasakan kantuk saat guru sedang mengajar-mengubah raut wajahnya mendadak serius seolah perang dunia akan pecah. "Tapi lo jawab jujur."

"Yes, yes," Junho menganggukan kepala, seolah mengikuti apa yang ingin Minhee bicarakan. Raya bingung, setahunya Junho tidak seperti ini di depan teman yang tidak dekat dengannya. Tetapi kalau sudah bareng dengan tiga sejoli-alias Minhee, Eunsang dan dirinya-dia berubah menjadi orang yang berbeda. Raya sempat takjub dibuatnya.

"Nanya apa sih? Serius banget muka lo bedua, kayak abis hamilin anak orang," balas Raya asal. Sesungguhnya, perut Raya keroncongan. Tetapi, karena waktu istirahatnya diganggu seperti ini, membuatnya bersungut kesal.

"Jangan asal ya lo, kalo ngomong!" seru Minhee. "Junho tuh berjuang deketin gebetan aja susah, apalagi sampe hamilin anak orang!"

"Iya, susah—eh anjing!" Junho tersadar dan tangannya langsung menepak belakang leher Minhee dengan keras. "Napa jadi gue!"

Raya berdecak kesal. "Lama ah, kambing. Gue laper."

"Kita punya misi khusus."

"Misi khusus?" Raya mengernyitkan dahi bingung. "Misi apa sih? Elah serius banget lo kayak mau perang dagang sama Amerika!"

"Dengerin dulu makanya," ucap Junho. Raya mengangguk-ngangguk aja.

"Lo kerja part time kan di minimarket komplek sebelah?" tanya Minhee.

Raya terdiam sesaat. Seingatnya, semenjak dia pindah ke sekolah ini saat semester kedua kelas sepuluh lalu, Raya belum benar-benar punya teman dekat yang bisa diajak cerita hingga tahu aktivitasnya-apalagi laki-laki. Gadis itu memandang Minhee dan Junho bergantian, "Tau dari mana lo?"

"Jawab aja!"

Raya terdiam, menatap keduanya curiga bukan menjawab.

"Iya apa enggak?" tanya Junho karena tak kunjung mendapat jawaban.

"Kalo iya kenapa, kalo enggak kenapa?" balas Raya. "Lo berdua kok bisa tau gue kerja disana padahal seinget gue, nggak pernah cerita sama siapapun?"

"Kalo Eunsang?" Minhee bertanya tanpa menggubris ucapan cerewet Raya. Dia hanya ingin agar misinya dengan cepat terancang.

Ekspresi Raya berubah datar karena dua orang ini tidak menanggapi pertanyaannya. "Hah?"

"Jawab aja!"

"Ya apanya yang dijawab sih bangke lo tiba-tiba nanya 'kalo Eunsang?' ya Eunsang kenapa?" kesal Raya.

"Kalo Eunsang, lo suka nggak?"

Kening Raya sontak terkerut kembali. Kedua matanya menatap Minhee dan Junho bergantian secara sinis tak habis pikir. Mereka berdua ini sebenarnya kenapa sih?

"Apasih anjir, random banget," Raya hendak melangkah pergi tetapi lagi-lagi langkahnya dihalangi oleh keduanya.

"Jawab aja!"

Moments | Eunsang ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang